Author : Duele
Finishing : Agustus 2012
Genre : AU, Drama Romance, Comedy
Rating : PG15
Chapter(s) : 1/on going
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : DiexShinya, HakueixToshiya, KaoruxToshiya
Note Author : Kaoru is Papaa Kost :P
*****
“Tidak. Boleh. Ada.
Perempuan.” Penekanan itu sepertinya bukan ancaman. “Titik!”
“Saatnya mengucapkan selamat tinggal sama Sharon, Jessica atau Katrin.”
“Siapa Katrin?”
“Nah, itu. Aku juga nggak kenal.” Kata Kyo kembali fokus pada Kaoru yang hampir menumpahkan pandangan seram. Tidak peduli dengan mata elang Die yang ingin mencabiknya dari sana.
“Please, ini serius, kawan-kawan,” Kaoru kembali bicara. “Kalau kalian masih ingin tetap menjadi penghuni rumah ini, tolong patuhi aturannya. Aku tahu kalian membayar di sini, tapi kalian tinggal di rumahku. Itu artinya kalian harus mematuhi aturan yang sudah kubuat.”
Yang lain mengangguk, “Terus
kalau nenekku datang, gimana?” Kyo naik banding, mengingat kemungkinan neneknya
bakalan berkunjung di waktu dekat ini.
“Ooh, cucu nenek...” kali ini
giliran Die yang menggoda. Kyo menaikan sebelah alisnya.
“Kyo, apa mungkin kau bakal
melakukan hal yang tak senonoh dengan nenekmu?” Toshiya menimpali.
“Fitnah!” Kyo memukul lengan
sofa. “Lancang kau, Toshiya!”
“Mungkin nyimeng dengan nenek~” sahut Die lebih jahil.“Die!” Kyo menggeram.
Lagi-lagi Kaoru memotong
pembicaraan mereka yang tak mutu ini. Kapan sih, mereka bisa serius
mendengarkan wejangan super seriusnya Kaoru kali ini? Mereka bukan kelompok
pelawak seperti yang di tivi-tivi, kan?
Sial sekali, kan?
Tapi, untungnya masalah itu
cepat diselesaikan karena Kaoru menyewa seorang pengacara untuk membantunya.
Alhasil, uang sewa kamar yang sudah banyak dia kumpulkan habis
terkuras untuk menyewa pengacara yang mahalnya naudzubillah :P
Itu yang membuat Kaoru kesal.
“Sekarang itu, uang lebih
penting dari nama baik.” Toshiya santai mengikir kukunya.
“Tapi ‘anu’ memang parah, ya.”
Die berkomentar.“Makanya, Die... lainkali kalau bawa cewek, satu aja. Jangan gonta-ganti melulu.” Toshiya nyengir.
“Retweet!” Kyo ngikik sambil mengacungkan tangan tinggi-tinggi.
Die memutar matanya malas.
Kompak sekali mereka kalau sudah memojokan orang.
“Toshiya mana?” Kaoru melirik
Die yang baru muncul ke dapur.
“Jogging,” jawabnya.
“...mungkin.”“Ya, pagi-pagi dia sudah berangkat. Katanya hari ini ada seminar.” Kyo menjawab benar kali ini.
“Tumben,” ujar Kaoru.
“Nah, kau bisa baca pikiranku, Kao.” Die terkekeh lalu meneguk minumnya.
“Kalian sendiri tidak kuliah hari ini?”
“Siang~” jawab keduanya kompak.
“Kau sepertinya mesti ikut Toshiya berjogging besok,” sahut Kyo. “...bukannya lemak sudah menggelambir di lenganmu.”
“Bocah!”
“Tidak.”
“Kebetulan, aku mau bicara denganmu.” Buru-buru, Kyo menelan makanannya. “Masalah bisnis, nih!”
Kyo itu rese. Agak nyebelin.
Mungkin ini karma dari perbuatan Die juga sih, yang suka mengusilinya. Sering
terlalu rasis kalau sudah menggodanya, apalagi kalau soal fisik dan hobi. Susah
membayangkan berteman dengan makhluk berduri semacam Kyo. Pantas dia tak pernah
memiliki pacar, hehe.
Die terkekeh sambil mencukur
dagunya. Kalau Kyo sih, sudah tidak aneh.
Setelah selesai bercukur,
pemuda yang memutuskan akan memanjangkan rambutnya agar terlihat lebih cool itu
melirik pada notes yang menempel di dindingnya. Dan kemudian dia terkejut.
“Owh, shit!!! Hari ini ada
perubahan jadwal!” Die panik. “Shit! Shit!!”
“Nah, begitu!” Kyo menepuk
tangannya menyudahi rincian bisnisnya. Kaoru mulai menghitung-hitung saat suara
derap langkah seseorang yang menuruni tangga dengan nada sadis.
“Die~ pelan-pelan, kau bisa
menghancurkan rumahku.” Kaoru bersungut.“Gak ngurus! Telat, nih!”
“Bukannya siang?” sahut Kyo.
“Man~ aku baru ingat ada perubahan jadwal!”
“Skip, aje~” hasut Kyo :P
“NO! Demi kelasnya Ms. Erina, sepagi apapun harus masuk!”
BLAM!
Dan pintu tertutup.
“Dasar, pengejar rok mini.” Kyo
dan Kaoru menatap pintu dengan wajah datar.
*****
“Huuuaaeeemmm~!”
Untuk ke sekian kalinya
Toshiya menguap. Titik-titik airmata yang gagal jatuh membekas di ujung matanya
yang sipit. Dengan muka yang sudah mulai mengantuk Toshiya masih memerhatikan
dosennya di muka kelas. Tetapi dia sadar, mungkin sebentar lagi akan tertidur.
Seminar kali ini benar-benar membosankan. Kalau saja dia tidak mengincar
sertifikat dari seminar ini, mana mau Toshiya datang sepagi ini.
“God, save me~” Toshiya
memegangi wajahnya yang sedikit pucat.
Ia ingat bangun terlalu pagi
karena sejak terbangun dari subuh, dia sudah tidak bisa tidur kembali. Tidak
biasanya dia begitu. Entah kenapa hari ini tubuhnya agak sedikit membantunya
untuk bisa bangun sepagi tadi. Saking paginya, dia sampai bisa memilih pakaian
sebanyak dua stel. Walaupun akhirnya dia memilih salah satu diantaranya yang
akhirnya dia kenakan hari ini. Kaos putih lapuk nan nyaman bergambar stereo.
Jeans lapuk kesan rebel. Dipadu padankan dengan sepatu sneakers dan tas adidas.
Favoritenya. Selalu.
Tapi sepertinya pilihannya
salah hari ini, karena ruangan seminar terasa lebih dingin daripada biasanya.
Apa mungkin gara-gara cuaca juga yang sudah mulai mendung, pikirnya yang
melongok keluar jendela. Awan hitam sepertinya memang sedang mengancamnya hari
ini.
“Bad day,” gumamnya.
“Sorry, kursinya kosong?”
Toshiya menoleh sambil mendongak ke sebelahnya. Seorang cowok tinggi dengan wajah tampan berdiri di situ. Toshiya diam sebentar, sampai si cowok berdeham menunggu ijinnya.
“Uh, oh! Ya! Kosong, kok!”
Dia menggeser tempat duduknya yang memang masih sepi. Terlalu sepi malah.
Karena pada deret bangku mereka sama sekali tidak ada siapapun kecuali Toshiya.
Si cowok bermuka mirip artis itu duduk di sebelah Toshiya sambil membuka buku catatannya
yang menurut Toshiya lebih mirip buku hutang XDD
“Hihihi~” tanpa sengaja dia
terkikik.
“Kenapa?” tanya cowok itu.
Toshiya segera menggeleng,
sambil tetap tersenyum. Duh, semoga cowok ini tidak merasa risih. Toshiya,
Toshiya, kau harus bisa menahan dirimu! Toshiya berbicara pada hatinya.
“Sepertinya aku ketinggalan
banyak bahan pembicaraan.” Bisik cowok itu. Tidak tahu mengajak Toshiya ngobrol
atau hanya sekedar celetukan biasa. Tetapi, Toshiya menjawabnya.
“Tenang aja, apa yang dia
bicarakan nggak penting juga. Malah ngebosenin.” “Beneran?” Dia menoleh.
“Yup!” Toshiya mengangguk kecil. “Aku, kalau bukan karena iming-iming sertifikat juga aku ogah ke sini. Hihihi!”
“Ya, itu sih yang lebih menarik.”
“Betul!”
Dan keduanya terkikik
bersama.
“...namaku Hakuei.”
Toshiya terpana sewaktu dia
menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Senyum imutnya terkembang
sempurna.
“Aku Toshiya...”
*****
“Kisah cinta yang tragis,”
Kyo mengusap ujung hidungnya yang berair. Kepalanya sedikit berkeringat karena
pendingin di perpustakaan mati hari itu. Rusak, katanya. Tapi itu tidak
mengurungkan niat Kyo untuk duduk tenang di perpustakaan untuk mendengarkan
musik.
Aduh, sebenarnya sih
tujuannya datang ke perpustakaan karena hanya ingin bersantai dan mendengarkan
musik. Hanya saja, pengawas perpustakaan kali ini orangnya agak strict. Panas-panas membara gitu kalau melihat mahasiswa berkeliaran
tidak penting dan membuat ribut. Sebenarnya Kyo malas kalau anak itu yang
menjagai perpustakaan, hanya saja kelas dosen kalkulus benar-benar membuatnya
ingin segera hengkang dari sana. Dan hanya perpustakaanlah satu-satunya tempat
yang paling aman untuk menghindari sindiran mata dosen yang tidak sengaja
melihat mahasiswa semacam Kyo yang membolos di tempat seperti ini. Karena
seperti yang mereka lihat, Kyo di perpustakaan, loooh! Artinya, dia masih menuntut ilmu walau tidak di kelas. Atau
anggap saja bahwa hari itu Kyo memang tak ada kelas. Hehe...
Karena bosan mendengarkan
musik, tak sengaja dia mengambil beberapa buku. Salah satunya buku mengenai
sejarah peperangan Adolf Hitler. Sungguh diluar dugaan, ada kisah cinta
terselip di dalamnya yang membuat hati keras Kyo sedikit melunak.
“Si sadis ketemu jodohnya,
hiks..” gumamnya sedih.
Tiba-tiba ponsel Kyo
bergetar. Sebuah pesan singkat masuk ke dalamnya. Setelah Kyo membacanya,
senyumnya terkembang lebar. Kira-kira, dari siapa, ya?
*****
Die melangkah menuju kantin
dengan wajah tertekuk. Dia kecewa. Apa yang dia bela hari ini hingga mengejar
bus pagi terbayar dengan kesia-siaan. Ms. Erina tidak masuk dan digantikan oleh
dosen botak dari gedung sebelah. Oh, betapa kesalnya Die hari ini.
Pengorbanannya benar-benar tidak mendapatkan hasil. Alhasil, mukanya yang sudah
suntuk semakin suram saja.
Setelah memesan makanan,
pemuda bertubuh tinggi itu mendaratkan pantatnya di kursi kosong di dekat
taman. Menunggu makanan yang siap untuk dijadikan bahan bulan-bulanan
kekesalannya. Melewati sarapan di rumah tadi membuat nafsu makannya
menjadi-jadi, terlebih lagi dengan kegagalan hari ini. Otot sarafnya mengejang
kuat, hawa membunuh ingin makan orang tergantikan dengan makan kwetiau sapi.
Maka saat makanan itu datang,
habislah sudah riwayatnya di dalam mulut Die yang mencabiknya begitu rupa. Oh,
kwetiau yang malang L
*****
“Oh, jadi kamu anak musik.
Pantesan...” Toshiya mengangguk-angguk.
“Kenapa?”“Tattomu, banyak.” Senyumnya yang manis memperlihatkan gigi gingsulnya. “Nggak sakit, ya, bikin tattoo sebanyak itu?”
“Sakit, sih. Tapi bikin nagih, hehe!”
“Ahaha! Masochist!” tanpa sadar Toshiya memukul lengannya. Hakuei tersenyum tipis.
“Laper, nih. Makan, yuk!” ajaknya.
“Um, tapi aku masih ada kelas.” Toshiya terpaksa menolak.
“Oh, gituh. Ya, udah. Gapapa, lainkali aja.”
“Besok gimana?”
“Boleh, deh!”
“Traktir!” candanya.
“Boleh!”
“Serius?”
“Asal jangan minta yang mahal-mahal, haha!”
“Semahal apa sih, makanan kampus kita?”
“Nggak semahal minta senyum kamu, sih.”
Ugh!
Wajah Toshiya merona. Hakuei tertawa kecil. “Sorry, becanda, loh.”
Tapi
wajah Toshiya justru semakin merona. “Hihihi...”
Kegiatan
mahasiswa di malam hari...
Kyo sibuk dengan game fatal
catarsis yang baru saja dia pinjam dari teman sekampusnya. Dibabat habis oleh
teman serumahnya, Die, yang juga sama-sama maniak game. Sebenarnya sih, selain
mereka ada lagi satu orang maniak game yang tingkat kemenangannya hampir selalu
juara di setiap kesempatan. Sayang, orang itu kini sedang sibuk mengurung diri
di kamar. Bahkan makan malam pun di kamar.
“Mungkin dia sibuk mau
ujian.” Ujar Kaoru melongok ke arah tangga.
“Please, ya, Kaoru. Baru
minggu lalu kita-kita UTS, masa iya, mau langsung UAS. Bunuh aja sekalian!” Kyo
sewot.“Muodddaaaarr kowee!” Die memencet-mencet stik gamenya bersemangat. Masih dendam rupanya dengan kejadian tadi siang. Beruntung sekali Kyo membawa bahan bulan-bulanan yang ciamik selain makanan!
Kaoru cuma menghela, kegiatan
anak-anak yang sering dia perhatikan sudah menjadi kebiasaan. Maka dari itu kalau
salah satunya menghilang, Kaoru selalu perhatian. Apa yang sedang Toshiya
lakukan di kamar sampai sesibuk itu?
“Hihihi...”
Cekikikan itu terdengar.
Toshiya memeluk bantalnya bercampur gemas. Memeluknya sampai gepeng dalam
dekapan mautnya. Membayangkan seringai dan candaan seseorang yang baru ia kenal
siang ini. Dibalik kesialannya karena harus bangun pagi dan berbosan-bosan ria
dengan seminar yang akhirnya selesai juga, ternyata Tuhan Maha Baik
memberikannya seorang kawan baru.
“Hakuei?!”
Matanya melotot kaget sewaktu
melihat nama itu tertera di layar ponselnya. Pesan perdana dari cowok
menggemaskan yang tadi siang begitu memikat akhirnya muncul. Toshiya harus
mengambil nafas untuk sekadar menenangkan diri sewaktu membuka isi pesannya.
‘Ingat,
besok. Janjinya yang mau nemenin makan. Kutunggu di kantin jam 2, ya! J’
Iiiiiiihhhhh!!!
Sumpah. Hakuei itu
menggemaskan sekali. Toshiya suka, deh!
Nah, nah! Apa yang harus
Toshiya tulis untuk menjawabnya?
“Hhihihihi!!”
Kaoru mengangkat tangannya
saat hendak mengetuk pintu kamar Toshiya. Suara cekikikan itu jelas terdengar.
Maka, daripada mengetuk pintu, dia lebih memilih untuk menempelkan kupingnya di
daun pintu kamar Toshiya. Berusaha mendengarkan, kira-kira hal apa yang sedang
Toshiya lakukan di dalam.
“Adoohhh!!!
Kalah!!” Kyo menggelosoh ke lantai setelah kalah 3 kali berturut-turut beradu fight dengan Die. Pemuda itu memang jago
berkelahi sepertinya. Dan sepertinya dia memang sedang ingin bertarung.
Roman-roman dia memencet stik game saja sudah sangat sadis.
Piip!
Piip!
Kyo baru
sadar bahwa ada dua pesan singkat yang masuk. Dia membuka dan membacanya, lalu
tersenyum. Secepatnya dia membalas.
“Kyo! Main
lagi!” Die nagih.
“Bentar,
brur!” dengan asyik, Kyo memencet-mencet keypad ponselnya sambil tersenyum
lucu.
Die
mengerutkan kening. Pikiran seram merasuk kepikirannya. Kyo, sakit? Atau yang
lebih buruk lagi, sekarang Kyo punya gebetan!
Ah,
shit! Bikin cemburu aja.
Kemudian,
Die memutuskan untuk mengikuti jejak Toshiya. Masuk ke dalam kamar.
‘Take care...’
Begitu
isi pesan Kyo membalas pesan masuknya.
Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar