expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

04 Desember 2015

The Housemates (Part 1)



The Housemates (Part 1)

Title : The Housemates
Author : Duele
Finishing : Agustus 2012
Genre : AU, Drama Romance, Comedy
Rating : PG15
Chapter(s) : 1/on going
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : -
Note Author : Aduh, maap ini ya, kayaknya selama ini baru sadar bahwa saya melewatkan ngepost part pertama :P



*****


“Tidak. Boleh. Ada. Perempuan.” Penekanan itu sepertinya bukan ancaman. “Titik!”

Yah, ternyata bukan ancaman. Saat Kaoru memperingatkan seluruh penghuni rumah untuk tidak membawa makhluk bernama perempuan, gadis, cewek, wanita, awewe, bahkan janda. Tidak boleh!


“Ooh, poor Die...” Kyo melirik Die yang masih mematung di sisi guci di sebelah Toshiya.
“Maksudnya?” Die berlagak bodoh. Ah, tapi siapa juga yang tidak tahu hobi Die.
“Saatnya mengucapkan selamat tinggal sama Sharon, Jessica atau Katrin.”
“Siapa Katrin?”
“Nah, itu. Aku juga nggak kenal.” Kata Kyo kembali fokus pada Kaoru yang hampir menumpahkan pandangan seram. Tidak peduli dengan mata elang Die yang ingin mencabiknya dari sana.
“Please, ini serius, kawan-kawan,” Kaoru kembali bicara. “Kalau kalian masih ingin tetap menjadi penghuni rumah ini, tolong patuhi aturannya. Aku tahu kalian membayar di sini, tapi kalian tinggal di rumahku. Itu artinya kalian harus mematuhi aturan yang sudah kubuat.”

Yang lain mengangguk, “Terus kalau nenekku datang, gimana?” Kyo naik banding, mengingat kemungkinan neneknya bakalan berkunjung di waktu dekat ini.

“Ooh, cucu nenek...” kali ini giliran Die yang menggoda. Kyo menaikan sebelah alisnya.
“Kyo, apa mungkin kau bakal melakukan hal yang tak senonoh dengan nenekmu?” Toshiya menimpali.
“Fitnah!” Kyo memukul lengan sofa. “Lancang kau, Toshiya!”
“Mungkin nyimeng dengan nenek~” sahut Die lebih jahil.
“Die!” Kyo menggeram.

Lagi-lagi Kaoru memotong pembicaraan mereka yang tak mutu ini. Kapan sih, mereka bisa serius mendengarkan wejangan super seriusnya Kaoru kali ini? Mereka bukan kelompok pelawak seperti yang di tivi-tivi, kan?

“Aku minta kalian serius.”

Ketiga pemuda itu kemudian diam, melihat kepada Kaoru yang sepertinya sudah memasuki batas limit di puncak kesabarannya. Siapapun tidak mau melihat sang srigala hitam bermata macan itu mengaum hari ini. Cukuplah melihatnya kerepotan karena berurusan dengan polisi sejak beberapa hari yang lalu. Itu sepertinya sudah membuat Kaoru yang tenang seperti laut merah itu mengamuk dan menerjang pulau. Seandainya Kaoru laut, ya, mungkin akan seperti itu perumpamaannya :P

Sebenarnya, Kaoru bukanlah tipe orang pemarah dan ribet soal urusan penghuni rumah. Hanya saja karena kelakuan salah satu penghuni rumah yang membuat masalah, sekarang membuat Kaoru senewen saja. Sebut saja penghuni itu bernama ‘Anu’. ‘Anu’ dulunya penghuni rumah itu juga, tapi semenjak masalah yang dia bawa kesana, ‘Anu’ resmi di depak dari rumah besar itu.

Kaoru memang menyewakan rumahnya untuk ditinggali oleh para mahasiswa ataupun para pekerja yang mengharuskan mereka untuk menyewa tempat tinggal. Maka Kaoru yang punya mata penerawang bisnis rumahan ini mulai menyewakan rumahnya kepada para pemuda-pemuda yang sibuk dengan dunia perkuliahan dan pekerjaan. Bisnis yang sudah hampir empat tahun dijalaninya ini mulanya tidak ada masalah. Sampai muncul masalah karena kelakukan salah satu penghuninya.

‘Anu’ memang sering membawa gadis-gadis ke rumah. Mengunci diri di kamar dan berhura-hura. Tadinya Kaoru tidak terlalu ambil pusing, tetapi lama-kelamaan ulahnya semakin berani saja. Kaoru sudah pernah mengingatkan, tetapi peringatan itu hanya digubris sementara saja. Lama kemudian, gadis yang dia bawa berbeda-beda. Hal yang paling baru yang membuat Kaoru kesal adalah, ternyata gadis-gadis yang di bawa olehnya adalah pemakai narkoba. Usut punya usut, di setiap kesempatan ‘Anu’ bersama dengan gadis-gadis itu adalah untuk berpesta obat dan sex. Sampai kemudian, hal itu terdengar oleh pihak kampus dan mereka mulai menyelidiki ‘Anu’. Sialnya, Kaoru yang menjadi pemilik rumahpun jadi ikut terseret dan hampir dijebloskan ke penjara karena dituduh menyembunyikan pemakai dan pengedar.

Sial sekali, kan?
Tapi, untungnya masalah itu cepat diselesaikan karena Kaoru menyewa seorang pengacara untuk membantunya. Alhasil, uang sea kamar yang sudah banyak dia kumpulkan habis terkuras untuk menyewa pengacara yang mahalnya naudzubillah :P
Itu yang membuat Kaoru kesal.

“Kukira karena nama baik,” celetuk Kyo.
“Sekarang itu, uang lebih penting dari nama baik.” Toshiya santai mengikir kukunya.
“Tapi ‘Anu’ memang parah, ya.” Die berkomentar.
“Makanya, Die... lainkali kalau bawa cewek, satu aja. Jangan gonta-ganti melulu.” Toshiya nyengir.
“Retweet!” Kyo ngikik sambil mengacungkan tangan tinggi-tinggi.

Die memutar matanya malas. Kompak sekali mereka kalau sudah memojokan orang.


*****


“Toshiya mana?” Kaoru melirik Die yang baru muncul ke dapur.
“Jogging,” jawabnya. “...mungkin.”
“Ya, pagi-pagi dia sudah berangkat. Katanya hari ini ada seminar.” Kyo menjawab benar kali ini.
“Tumben,” ujar Kaoru.
“Nah, kau bisa baca pikiranku, Kao.” Die terkekeh lalu meneguk minumnya.
“Kalian sendiri tidak kuliah hari ini?”
“Siang~” jawab keduanya kompak.

Kyo kelihatan sibuk dengan sarapan paginya saat Die memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

“Kau tidak sarapan?”
“Ah, belum lapar. Nanti saja.” Jawabnya.
“Kau sepertinya mesti ikut Toshiya berjogging besok,” sahut Kyo. “...bukannya lemak sudah menggelambir di lenganmu.”
“Bocah!”

Kyo bersembunyi di balik tudung saji dengan minat, “Hehe...!”

Saat pemuda berambut tebal itu pergi, Kyo melirik Kaoru yang terkekeh.

“Dia tidak segendut itu, Kyo.”
“Dia terlalu banyak menghitung kalori. Dasar. Seperti anorexia saja.” Kyo mengunyah makanannya bersemangat. “Oh, kau hari ini sibuk?”
“Tidak.”
“Kebetulan, aku mau bicara denganmu.” Buru-buru, Kyo menelan makanannya. “Masalah bisnis, nih!”



Kyo itu rese. Agak nyebelin. Mungkin ini karma dari perbuatan Die juga sih, yang suka mengusilinya. Sering terlalu rasis kalau sudah menggodanya, apalagi kalau soal fisik dan hobi. Susah membayangkan berteman dengan makhluk berduri semacam Kyo. Pantas dia tak pernah memiliki pacar, hehe.

Die terkekeh sambil mencukur dagunya. Kalau Kyo sih, sudah tidak aneh.

Setelah selesai bercukur, pemuda yang memutuskan akan memanjangkan rambutnya agar terlihat lebih cool itu melirik pada notes yang menempel di dindingnya. Dan kemudian dia terkejut.

“Owh, shit!!! Hari ini ada perubahan jadwal!” Die panik. “Shit! Shit!!”



“Nah, begitu!” Kyo menepuk tangannya menyudahi rincian bisnisnya. Kaoru mulai menghitung-hitung saat suara derap langkah seseorang yang menuruni tangga dengan nada sadis.
“Die~ pelan-pelan, kau bisa menghancurkan rumahku.” Kaoru bersungut.
“Gak ngurus! Telat, nih!”
“Bukannya siang?” sahut Kyo.
Man~ aku baru ingat ada perubahan jadwal!”
Skip, aje~” hasut Kyo :P
NO! Demi kelasnya Ms. Erina, sepagi apapun harus masuk!”

BLAM!
Dan pintu tertutup.

“Dasar, pengejar rok mini.” Kyo dan Kaoru menatap pintu dengan wajah datar.



*****


“Huuuaaeeemmm~!”

Untuk ke sekian kalinya Toshiya menguap. Titik-titik airmata yang gagal jatuh membekas di ujung matanya yang sipit. Dengan muka yang sudah mulai mengantuk Toshiya masih memerhatikan dosennya di muka kelas. Tetapi dia sadar, mungkin sebentar lagi akan tertidur. Seminar kali ini benar-benar membosankan. Kalau saja dia tidak mengincar sertifikat dari seminar ini, mana mau Toshiya datang sepagi ini.

“God, save me~” Toshiya memegangi wajahnya yang sedikit pucat.

Ia ingat bangun terlalu pagi karena sejak terbangun dari subuh, dia sudah tidak bisa tidur kembali. Tidak biasanya dia begitu. Entah kenapa hari ini tubuhnya agak sedikit membantunya untuk bisa bangun sepagi tadi. Saking paginya, dia sampai bisa memilih pakaian sebanyak dua stel. Walaupun akhirnya dia memilih salah satu diantaranya yang akhirnya dia kenakan hari ini. Kaos putih lapuk nan nyaman bergambar stereo. Jeans lapuk kesan rebel. Dipadu padankan dengan sepatu sneakers dan tas adidas. Favoritenya. Selalu.

Tapi sepertinya pilihannya salah hari ini, karena ruangan seminar terasa lebih dingin daripada biasanya. Apa mungkin gara-gara cuaca juga yang sudah mulai mendung, pikirnya yang melongok keluar jendela. Awan hitam sepertinya memang sedang mengancamnya hari ini.

“Bad day,” gumamnya.

“Sorry, kursinya kosong?”

Toshiya menoleh sambil mendongak ke sebelahnya. Seorang cowok tinggi dengan wajah tampan berdiri di situ. Toshiya diam sebentar, sampai si cowok berdeham menunggu ijinnya.

“Uh, oh! Ya! Kosong, kok!” Dia menggeser tempat duduknya yang memang masih sepi. Terlalu sepi malah. Karena pada deret bangku mereka sama sekali tidak ada siapapun kecuali Toshiya. Si cowok bermuka mirip artis itu duduk di sebelah Toshiya sambil membuka buku catatannya yang menurut Toshiya lebih mirip buku hutang XDD

“Hihihi~” tanpa sengaja dia terkikik.
“Kenapa?” tanya cowok itu.

Toshiya segera menggeleng, sambil tetap tersenyum. Duh, semoga cowok ini tidak merasa risih. Toshiya, Toshiya, kau harus bisa menahan dirimu! Toshiya berbicara pada hatinya.

“Sepertinya aku ketinggalan banyak bahan pembicaraan.” Bisik cowok itu. Tidak tahu mengajak Toshiya ngobrol atau hanya sekedar celetukan biasa. Tetapi, Toshiya menjawabnya.
“Tenang aja, apa yang dia bicarakan nggak penting juga. Malah ngebosenin.”
“Beneran?” Dia menoleh.
“Yup!” Toshiya mengangguk kecil. “Aku, kalau bukan karena iming-iming sertifikat juga aku ogah ke sini. Hihihi!”
“Ya, itu sih yang lebih menarik.”
“Betul!”

Dan keduanya terkikik bersama.

“...namaku Hakuei.”

Toshiya terpana sewaktu dia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Senyum imutnya terkembang sempurna.

“Aku Toshiya...”



*****


“Kisah cinta yang tragis,” Kyo mengusap ujung hidungnya yang berair. Kepalanya sedikit berkeringat karena pendingin di perpustakaan mati hari itu. Rusak, katanya. Tapi itu tidak mengurungkan niat Kyo untuk duduk tenang di perpustakaan untuk mendengarkan musik.

Aduh, sebenarnya sih tujuannya datang ke perpustakaan karena hanya ingin bersantai dan mendengarkan musik. Hanya saja, pengawas perpustakaan kali ini orangnya agak strict. Panas-panas membara gitu kalau melihat mahasiswa berkeliaran tidak penting dan membuat ribut. Sebenarnya Kyo malas kalau anak itu yang menjagai perpustakaan, hanya saja kelas dosen kalkulus benar-benar membuatnya ingin segera hengkang dari sana. Dan hanya perpustakaanlah satu-satunya tempat yang paling aman untuk menghindari sindiran mata dosen yang tidak sengaja melihat mahasiswa semacam Kyo yang membolos di tempat seperti ini. Karena seperti yang mereka lihat, Kyo di perpustakaan, loooh! Artinya, dia masih menuntut ilmu walau tidak di kelas. Atau anggap saja bahwa hari itu Kyo memang tak ada kelas. Hehe...

Karena bosan mendengarkan musik, tak sengaja dia mengambil beberapa buku. Salah satunya buku mengenai sejarah peperangan Adolf Hitler. Sungguh diluar dugaan, ada kisah cinta terselip di dalamnya yang membuat hati keras Kyo sedikit melunak.

“Si sadis ketemu jodohnya, hiks..” gumamnya sedih.

Tiba-tiba ponsel Kyo bergetar. Sebuah pesan singkat masuk ke dalamnya. Setelah Kyo membacanya, senyumnya terkembang lebar. Kira-kira, dari siapa, ya?


*****


Die melangkah menuju kantin dengan wajah tertekuk. Dia kecewa. Apa yang dia bela hari ini hingga mengejar bus pagi terbayar dengan kesia-siaan. Ms. Erina tidak masuk dan digantikan oleh dosen botak dari gedung sebelah. Oh, betapa kesalnya Die hari ini. Pengorbanannya benar-benar tidak mendapatkan hasil. Alhasil, mukanya yang sudah suntuk semakin suram saja.

Setelah memesan makanan, pemuda bertubuh tinggi itu mendaratkan pantatnya di kursi kosong di dekat taman. Menunggu makanan yang siap untuk dijadikan bahan bulan-bulanan kekesalannya. Melewati sarapan di rumah tadi membuat nafsu makannya menjadi-jadi, terlebih lagi dengan kegagalan hari ini. Otot sarafnya mengejang kuat, hawa membunuh ingin makan orang tergantikan dengan makan kwetiau sapi.

Maka saat makanan itu datang, habislah sudah riwayatnya di dalam mulut Die yang mencabiknya begitu rupa. Oh, kwetiau yang malang L


*****


“Oh, jadi kamu anak musik. Pantesan...” Toshiya mengangguk-angguk.
“Kenapa?”
“Tattomu, banyak.” Senyumnya yang manis memperlihatkan gigi gingsulnya. “Nggak sakit, ya, bikin tattoo sebanyak itu?”
“Sakit, sih. Tapi bikin nagih, hehe!”
“Ahaha! Masochist!” tanpa sadar Toshiya memukul lengannya. Hakuei tersenyum tipis.
“Laper, nih. Makan, yuk!” ajaknya.
“Um, tapi aku masih ada kelas.” Toshiya terpaksa menolak.
“Oh, gituh. Ya, udah. Gapapa, lainkali aja.”
“Besok gimana?”
“Boleh, deh!”
“Traktir!” candanya.
“Boleh!”
“Serius?”
“Asal jangan minta yang mahal-mahal, haha!”
“Semahal apa sih, makanan kampus kita?”
“Nggak semahal minta senyum kamu, sih.”

Ugh! Wajah Toshiya merona. Hakuei tertawa kecil. “Sorry, becanda, loh.”

Tapi wajah Toshiya justru semakin merona. “Hihihi...”



*****



Kegiatan mahasiswa di malam hari...

Kyo sibuk dengan game fatal catarsis yang baru saja dia pinjam dari teman sekampusnya. Dibabat habis oleh teman serumahnya, Die, yang juga sama-sama maniak game. Sebenarnya sih, selain mereka ada lagi satu orang maniak game yang tingkat kemenangannya hampir selalu juara di setiap kesempatan. Sayang, orang itu kini sedang sibuk mengurung diri di kamar. Bahkan makan malam pun di kamar.

“Mungkin dia sibuk mau ujian.” Ujar Kaoru melongok ke arah tangga.
“Please, ya, Kaoru. Baru minggu lalu kita-kita UTS, masa iya, mau langsung UAS. Bunuh aja sekalian!” Kyo sewot.
“Muodddaaaarr kowee!” Die memencet-mencet stik gamenya bersemangat. Masih dendam rupanya dengan kejadian tadi siang. Beruntung sekali Kyo membawa bahan bulan-bulanan yang ciamik selain makanan!

Kaoru cuma menghela, kegiatan anak-anak yang sering dia perhatikan sudah menjadi kebiasaan. Maka dari itu kalau salah satunya menghilang, Kaoru selalu perhatian. Apa yang sedang Toshiya lakukan di kamar sampai sesibuk itu?


“Hihihi...”

Cekikikan itu terdengar. Toshiya memeluk bantalnya bercampur gemas. Memeluknya sampai gepeng dalam dekapan mautnya. Membayangkan seringai dan candaan seseorang yang baru ia kenal siang ini. Dibalik kesialannya karena harus bangun pagi dan berbosan-bosan ria dengan seminar yang akhirnya selesai juga, ternyata Tuhan Maha Baik memberikannya seorang kawan baru.

“Hakuei?!”

Matanya melotot kaget sewaktu melihat nama itu tertera di layar ponselnya. Pesan perdana dari cowok menggemaskan yang tadi siang begitu memikat akhirnya muncul. Toshiya harus mengambil nafas untuk sekadar menenangkan diri sewaktu membuka isi pesannya.

‘Ingat, besok. Janjinya yang mau nemenin makan. Kutunggu di kantin jam 2, ya! J

Iiiiiiihhhhh!!!
Sumpah. Hakuei itu menggemaskan sekali. Toshiya suka, deh!
Nah, nah! Apa yang harus Toshiya tulis untuk menjawabnya?

“Hhihihihi!!”


Kaoru mengangkat tangannya saat hendak mengetuk pintu kamar Toshiya. Suara cekikikan itu jelas terdengar. Maka, daripada mengetuk pintu, dia lebih memilih untuk menempelkan kupingnya di daun pintu kamar Toshiya. Berusaha mendengarkan, kira-kira hal apa yang sedang Toshiya lakukan di dalam.



“Adoohhh!!! Kalah!!” Kyo menggelosoh ke lantai setelah kalah 3 kali berturut-turut beradu fight dengan Die. Pemuda itu memang jago berkelahi sepertinya. Dan sepertinya dia memang sedang ingin bertarung. Roman-roman dia memencet stik game saja sudah sangat sadis.

Piip! Piip!

Kyo baru sadar bahwa ada dua pesan singkat yang masuk. Dia membuka dan membacanya, lalu tersenyum. Secepatnya dia membalas.

“Kyo! Main lagi!” Die nagih.
“Bentar, brur!” dengan asyik, Kyo memencet-mencet keypad ponselnya sambil tersenyum lucu.

Die mengerutkan kening. Pikiran seram merasuk kepikirannya. Kyo, sakit? Atau yang lebih buruk lagi, sekarang Kyo punya gebetan!
Ah, shit! Bikin cemburu aja.

Kemudian, Die memutuskan untuk mengikuti jejak Toshiya. Masuk ke dalam kamar.

‘Take care...’

Begitu isi pesan Kyo membalas pesan masuknya.







Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar