expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

12 Oktober 2013

Ghost Tells You a Story (Chap : Tetangga Sebelah)


Ghost Tells You a Story

 
Chapter : Tetangga Sebelah
Author : Duele
Oktober 2013
Artist : Dir en grey, 12012
Genre : Horror Comedy
Disclaimer : Hantu orang sebelah

 

****

 

          Ckiiit!

          Suara rem bus berdecit keras saat mereka sampai di tujuan. Pintu bus terbuka otomatis dan rombongan pariwisata SMA Daigakushu turun satu per satu. Suasana mulai ramai. Hari ini SMA Daigakushu mengadakan perjalanan pariwisata ke sebuah perbukitan di kota Nagasaki. Selain untuk mempelajari sejarah, mereka akan dimanjakan dengan liburan menyenangkan di taman buah.  

            “Eekss, aku benci buah-buahan.” Die merutuk jijik.
            “Buah itu banyak vitaminnya, kok.” Kata Shinya.
            “Percuma Shin, Die nggak bakalan tersentuh hatinya. Dia itu kan kayak Sun Gokong yang lahir dari batu.” Kyo menimpali. Gara-gara itu Kaoru sibuk menahan jurus tampar seribu lalat dari Die. 

Liburan itu rencananya akan berjalan selama tiga hari dua malam. Hari ini mereka akan digiring ke aula gedung untuk mengurus pembagian kamar.  

“Horee! Sekamar sama Shinya!” Toshiya girang, tapi tidak dengan Shinya. Pemuda itu khawatir akan menjadi bulan-bulanan Toshiya lagi.
“Idih, sekamar sama Die! Pait-pait-pait!” Kyo meledek, Die memukul kepalanya. “Sudi emangnya gue?!” 

Hanya Kaoru yang terpisah dari mereka.  

“Yaaah, Kaokao~” Toshiya sedih.
“Seenggaknya kan kita masih satu lantai, jadi gampang nyusup—eh, main maksudnya.” Kaoru tersenyum.
“Lihat tuh, senyumnya picik.” Kyo berbisik pada Die. “Ketahuan banget ada maksud tersembunyi.” Tambah Die. Mereka mengangguk-angguk kompak.
 

            Hari pertama kegiatan pariwisata berjalan dengan lancar. Mereka mengunjungi Museum dan menghadiri seminar yang dibuat oleh pihak Museum. Sore harinya mereka diberikan waktu bebas berjalan-jalan di sekitar hotel dan pertokoan yang tersedia. Shinya dan Toshiya tak kelihatan batang hidungnya, kedua anak itu kelihatannya asyik mengunjungi toko pakaian bermerk. Sementara Kyo, Die dan Kaoru lebih memilih untuk tinggal di lobi hotel sambil bersantai-santai dan mengobrol. 

            “Pilihan tepat!” celetuk Die saat dia sedang kedapatan mengamati seorang wanita yang sedang berenang di kolam renang gedung hotel.
            “Aiisshh! Shinya harus tahu, nih.” Goda Kyo.
            “Apaan lo? Sok-sok-an mau ngadu songong banget tuh!” Die membalas.
            “Padahal sendirinya sudah ambil posisi paling depan -__-” Kaoru juga ikut komentar.
            “Berisik!” Kyo cuek. 

            Tiba-tiba Toshiya dan Shinya muncul. Mereka terkejut. 

            “Loh, kok udah pada balik?” Die menyembunyikan teropong pinjamannya xD
            “Toshiya mendadak pusing, nih.” Shinya membantunya duduk.
            “Kamu kenapa?” Tanya Kaoru, yang lain memasang tampang menahan senyum.
            “Kepalaku tiba-tiba sakit, mungkin karena tadi aku melewatkan sarapan di bus.” Jawab Toshiya sambil memijit kening. Kaoru ikut memijitinya. “Kuantar ke kamarmu.”
            “Aku temani,” kata Shinya sambil menenteng belanjaan mereka. 

            Akhirnya mereka pergi mengantarkan Toshiya untuk beristirahat. Tadinya Shinya hendak tinggal untuk menemani. Tapi Toshiya memintanya untuk bergabung dengan yang lain.  

            “Kamu yakin?” tandas Shinya.
            “Iya, aku gak apa-apa, Shin. Lebih baik kamu ikut dengan yang lain. Aku mau istirahat saja di sini.”
            “Oke.” 

            Tinggalah Toshiya seorang sendiri di dalam kamar.
 
       

****
 


            Pukul 09.15 malam. Toshiya baru saja terbangun, ternyata dia tidur sejak sore. Shinya sepertinya belum kembali ke kamar hotelnya. Ruangan itu jadi sangat sepi dan terasa agak seram. Toshiya menyambar remote televisi dan menyalakannya agar kamar itu tidak terlalu sepi.

            Setengah jam telah berlalu tapi Shinya tak kunjung datang. Toshiya mengambil ponselnya dan berniat untuk menelepon Shinya. Tapi anehnya jaringannya tidak tersedia.
 
            “Aneh, tadi siang masih lancar jaya.” Gumamnya. 

            Tok! Tok! Tok!

            Kepala Toshiya spontan menengok ke pintu. Dia diam sebentar. Kemudian suara ketukan itu terdengar lagi.  

            “Siapa?”  tanyanya dari dalam.
            “…lah..”
            “Huh?” Toshiya bisa mendengar suara orang menjawab tapi tidak jelas. “Shinya, ya?” 

            Orang itu masih mengetuk. Pikiran Toshiya kacau. Jika benar Shinya kenapa dia tidak memanggil Toshiya lebih keras. Toshiya mengambil ponselnya, lambing sinyalnya masih menandakan tidak ada jaringan. 

            Tok! Tok! Tok! 

            Toshiya menoleh lagi, entah kenapa kali ini dadanya berdebar keras sekali. “Si-siapa?!” tanyanya. Dan suara si penjawab masih tidak jelas terdengar. Toshiya berjalan perlahan ke arah pintu. Sambil menggenggam erat ponselnya dia kembali menanyai sang tamu. “Siapa di luar?!” tanyanya, kali ini lebih keras. 

            “Siapa!”
            “Tetangga sebelah, ppfftt!!” 

            Toshiya mengintip dari lubang pintu dan menjerit kesal sembari membuka pintu. 

            “Kyo! Kaoru~! Kalian semua bikin parno!” Omelnya. 

            Kaoru dan Kyo tertawa terkekeh-kekeh. Di belakang mereka Shinya dan Die ikut berkomplot. 

            “Awas, kalian!” rutuk Toshiya.
            “Duh, kenapa jadi sewot gitu?” goda Die.
            “Kalian sih bikin parno!”
            “Parno gimana?”
            “Cieee Totchi tatuuut tuh~” ledek Kyo yang sudah keburu kabur di belakang Shinya sebelum Toshiya sempat melumat badannya.
            “Ini loh kami bawakan makanan. Huu, tidur udah kayak kebo hamil!” celetuk Die sambil menaruh satu kantung berbau nikmat.
            “Shinya tadi datang ke sini, tapi kamu tidur seperti orang mati. Jadinya dia balik lagi ke lobi.” Jelas Die. Toshiya menoleh ke arah Shinya dengan tatapan menyesal. “Sorry, deh. Tidurku nyenyak banget.”
            “Padahal tadi Shinya mau ambil dompetnya yang tertinggal.”
            “Payah banget lo Tosh!” sahut Kyo dari kejauhan lol
            “Maaf Chinchan~” Toshiya merajuk.
            “Gak apa-apa :D”           

            Waktu terus berjalan hingga malam semakin larut. Kesempatan bagi Kyo untuk berbagi kisah klenik lagi. Apalagi di tempat seperti ini. Fuhuhu! 

            “Kalian tahu nggak, kenapa aku tadi bilang ‘tetangga sebelah’?” celetuk Kyo.
            “Tahu gue~” Die merespon cepat sambil mengunyah kentang gorengnya.
            “Yang udah tahu, diem!” Kyo mencomot kentang goreng juga.
            “Kenapa?” Tanya Shinya.
            “Nyesel deh ntar kamu nanya begitu, Shin.” Kata Kaoru.
            “Iiih..” 

            Kyo terkikik. Toshiya yang berbaring kemudian bangun dan turun dari ranjangnya lalu bergabung dengan mereka berempat. 

            “Cerita hantu, ya?” tebaknya yang disambut anggukan mantap dari Kyo.
            “A-aku balik aja ah ke kamarku!” kata Shinya beranjak.
            “INI KAN KAMARMU!” sontak yang lain kompak. Shinya menciut xDD
           

****

 
            Suasana jadi menakutkan gara-gara lampu dimatikan dan hanya disinari cahaya temaram dari lampu ranjang. Shinya benar-benar tersiksa malam ini. Ingin kabur tapi keempatnya seperti menindasnya beramai-ramai. Duh, kasihan. 

            Lalu, Kyo memulai ceritanya. 

            “Cerita hantu ini aku dengar dari sepupuku yang tinggal di Prefektur A. Dia seorang murid SMA seperti kita tapi dia tinggal di asrama. Namanya Wataru…” 

            Wataru adalah murid SMA yang tinggal di asrama. Tidak semua siswa mau memakai fasilitas asrama ini, tapi kebanyakan dari mereka lebih senang tinggal di sana. Wataru saat itu baru saja masuk sebagai junior di tahun pertama. Dia sengaja memilih tinggal di asrama karena malas bolak-balik sekolah-rumah karena tempatnya yang cukup jauh. Maka dari itu asrama merupakan pilihan tepat baginya. Lagipula dua sahabat baiknya Toru dan Yusuke ikut tinggal di asrama yang sama.  

            Asrama yang mereka tinggali termasuk bangunan yang sudah tua dan sudah mengalami dua kali renovasi. Banyak sekali yang menyebarkan gossip mengenai kemunculan hantu di asrama tersebut. Beberapa anak mendengar gossip mengenai hantu gentayangan yang katanya tinggal di asrama tersebut. Namun gossipnya tetap saja tidak jelas tapi berantai hingga membuat seantero penghuni asrama mulai berjingit ngeri. Tetapi ada juga yang cuek dan tetap melakukan aktifitasnya seperti biasa. Lagipula meskipun digosipkan berhantu, toh, mereka tak pernah melihat penampakan yang aneh.           

            Mulanya tak ada yang aneh dan semuanya berjalan dengan normal.  Tapi pada suatu malam kejadian mengerikan terjadi di salah satu kamar asrama. Teman sekelas Wataru bernama Mikimoto membuat kegaduhan di dalam kamarnya sehingga membuat penghuni lain panik. Mikimoto mengunci dirinya di kamar setelah kejadian yang ia alami. Sampai seharian dia tak mau keluar kamar. Hingga pemilik asrama yang juga guru di SMA mereka mendobrak paksa pintu kamar Mikimoto. Saat ditemukan Mikimoto panik dan menjerit-jerit seperti orang gila. Ia meracau dan menangis serta mengamuk membabi buta saat beberapa siswa mengangkutnya ke mobil Ambulance. Saat itu tak ada seorangpun yang tahu mengapa Mikimoto bisa jadi seperti itu.

            “Tapi setelah itu terdengar kabar mengejutkan tentang kebenaran soal Mikimoto,” kata Kyo.
            “Apa itu?”
            “Katanya Mikimoto sudah melihat hantu,” 

            Sejak tersiar kabar seperti itu beberapa siswa meninggalkan asrama, walaupun sebagian besar masih memilih tinggal di sana. Namun kegiatan malam yang sering mereka lakukan sudah jarang dilakukan. Bahkan Toru dan Yusuke yang biasanya sering pulang ke asrama hampir tengah malam, sore-sore sudah berada di dalam kamar masing-masing. 

            Beberapa minggu terlewat sejak itu. Suasana sudah tak lagi tegang seperti minggu-minggu sebelumnya. Hari itu Wataru sedang mengerjakan score lagu untuk band sekolah bersama Toru dan Yusuke. Toru dan Yusuke tinggal tepat di sebelah kamar Wataru yang berada di pojok tengah kamar. Kamar di sebelah kiri Wataru adalah kamar Toru, dan di sebelah kanan adalah bekas kamar Ryosuke yang sekarang sudah pindah karena takut dengan gossip hantu kemarin. Kamar itu dibiarkan kosong, tapi Yusuke berencana akan pindah ke kamar itu minggu depan. 

            Ketiga pemuda itu mengolah lagu untuk acara kebudayaan sekolah hingga larut malam. Tapi yang namanya cowok selain mengolah lagu ada saja hal lain yang dikerjakan, seperti bermain video game dan menonton film-film dewasa. Obrolan yang berjalan malam itu juga lumayan seru hingga terkadang membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Saat sedang asyik-asyiknya mengobrol pintu kamar Wataru diketuk oleh seseorang. 

            Tok! Tok! Tok! 

            Wataru dan kedua temannya menoleh ke arah pintu. Toru yang sedang memegang gitar, kini berwajah serius menatap pintu. Dilihatnya jam yang sudah menunjukan waktu hampir tengah malam. Siapa tamu yang datang selarut ini? 

            “Lo manggil temen?” Tanya Wataru.
            “Tadi sore sih gue sms Sakai, tapi belum dibalas. Entah dia mau datang atau nggak.” Kata Yusuke.
            “Bukannya Sakai tadi ngebales pake Whatsapp kalo dia gak bisa ikutan?” sahut Toru.
 

            Tok! Tok! Tok!

            Wajah ketiganya mendadak horror. 

            “Si-siapa?” Wataru bersuara. Toru dan Yusuke saling menatap satu sama lain.
            “…”
            “Kedengeran?” Wataru menoleh kepada kedua temannya, namun mereka menggeleng. Yusuk mengisyaratkan agar Wataru maju ke depan. Toru mengambil pemukul baseball di dekat ranjang Wataru. 

            Wataru mendekat ke arah pintu. Toru dan Yusuke mengikutinya dari belakang dengan langkah yang hati-hati. Wataru agak enggan, tapi ia penasaran juga. 

            “Siapa?!” tanyanya agak keras.
            “Orang sebelah.”
            “Eh, dijawab.” Kata Wataru, saraf ketegangannya seketika kendur. “Hantu nggak bisa jawab pertanyaan kita kan?” tanyanya berbalik kepada Toru dan Yusuke.
            “Hah, ngagetin aja. Udah deh, buka pintunya.” Kata Yusuke.
            “Eh tapi orang sebelah itu siapa?” Toru menyadarkan mereka. “Kan yang tinggal di kamar sebelah lo itu GUE!” 

            Tok! Tok! Tok!           

            Mereka kembali berwajah horror. Super horror!
            Mereka menelan ludah bersamaan. Wataru menoleh lagi ke arah pintu. 

            “Siapa?” tanyanya lagi.
            “Orang sebelah.” 

            Wataru menoleh kembali kepada teman-temannya. 

            “Duh, ngaco nih!” Yusuke mulai ketakutan.
            “Buka aja pintunya, kalau orang iseng gue gebuk pake ini!” Toru mengangkat pemukul baseballnya.
            “Gila, lo! Kalo itu si Sakai gimana?” Yusuke menahan. “Tau kan si Sakai suka usil.” 

            Toru beranjak mengambil sebotol air.  “Kalau beneran itu Sakai, gue siram!” 

            “Hush! Kenapa pada sadis begitu, sih?!” Wataru menenangkan mereka. Lalu ia kembali ke arah pintu. “Sakai?!” tapi tidak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah bunyi ketukan.
            “Udah, bukain aja!” Toru gemas.
            “Ah, asli gue parno!” Yusuke menjambak rambutnya. 

            Wataru akhirnya sampai ke depan pintu. Dengan tangan yang sedikit gemetar dia membuka kunci pintu kamarnya. Pintu ia buka sedikit untuk mengintip. Dan dilihatlah wajah Sakai tersenyum di situ. 

            “Anjir, lo ngagetin aja!” Wataru bernafas lega dan membuka rantai kunci dari dalam. “Kita pikir lo han—” 

            Tapi setelah ia buka pintunya dengan lebar, mereka menjerit.
 
 

            “AAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~!!!” 

            Kontan saja Die, Kaoru, Toshiya dan Shinya meledak ketegangannya. Shinya spontan memeluk Die yang berada di sampingnya, Kaoru dan Toshiya menjerit histeris namun segera berhenti karena keduanya sama-sama menutupi mulut satu sama lain. Kyo tertawa terbahak-bahak. 

            “Hanjir! Hahahahahahaha! Gile, pada parno semua! Wakakakakakak!”
            “A***** lo Kyo!” Toshiya memukulnya gemas. “Ngagetin orang pake teriak kayak gitu!!” omelnya. Tapi yang diomeli tetap saja tertawa.
            “Sudah! Sudah! Aku nggak mau dengar lagi! TT^TT” Shinya frustasi.
            “Sabar Shinchan, ada Daisuke disampingmu…” Die merangkulnya.
            Man…” Kaoru mengelus dadanya. 

            Kyo mencoba recover dari tawanya yang lebar. “Haha, oke, oke, haha…sorry.” 

            Toshiya masih kelihatan dendam karena berhasil dibuat paranoid dua kali malam ini. Yang lain nampak ingin menimpuk pria kecil itu. 

            “Jadi sebetulnya hantu macam apa yang dilihat Wataru cs?” Tanya Kaoru.
            “Ya orang sebelah,” jawab Kyo enteng.
            “Tunggu, tunggu! Ini maksudnya hantu tetangga sebelah kamar Wataru yang kosong bekas kamar Ryosuke?” Toshiya meluruskan kebingungannya.
            “Bukan.”
            “Terus?”
            “Hantunya bener-bener orang sebelah,”
            “Maksud lo…?” Toshiya agak ngeri membayangkan.
            “Iya, hantu yang dilihat sama Wataru itu bener-bener orang sebelah. Badannya cuman sebelah.” 

            “HIIIIII~~~!!!” 

 

            Kyo lagi-lagi kena omel habis-habisan oleh Toshiya yang sudah berhasil membuatnya ketakutan setengah mati. Tidak terasa waktu sudah menunjukan hampir pukul satu malam. Saat itu Kaoru dan Die memutuskan untuk kembali ke kamar mereka. Kyo juga sudah mau berpamitan. Tapi wajah Toshiya seolah tidak mau mereka semua pergi dari sini.  

            “Pada nginep di sini aja, sih!” katanya.
            “Kenapa? Toshiya takut?” ledek Die. Kyo terkekeh.
            “Mmm, iya gue takut. Shinchan juga katanya. Jadi kenapa Daidai nggak ikutan nginep aja ya di sini, hehe…” Toshiya menjebak Die.
            “Shi-shinchan?” wajah Die memerah.
            “Apa?!” Shinya menjawab galak xD
 
            “Aaaa tapi aku serius, kalian semua mending pada nginep di sini,” Toshiya merajuk, kali ini menarik Kaoru. Kyo mencibir.
            “Gimana nih?”
            “Terserah sih,” Kyo masih terkekeh. Masih senang karena berhasil membuat mereka takut dengan ceritanya. Kalau Die tidak usah ditanya, ia sedang berusaha berbagi selimut dengan Shinya yang menghajarnya membabi buta XD 

            Tok! Tok! Tok! 

            Tiba-tiba kericuhan local itu berhenti. Mereka semua menatap ke arah pintu.            

Tok! Tok! Tok! 

Mereka saling menatap satu sama lain. Lalu berubah menjadi wajah horror ketika ketukan itu kembali terdengar. 

“Si-siapa?” Tanya Kyo terbata. Tapi tidak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah suara ketukan yang semakin lama semakin kencang. 

TOK! TOK! TOK!
Mereka semua berjingit ngeri.

“Siapa?!” Kaoru bertanya lebih keras.
“ORANG SEBELAH!” 

Mereka mematung dan menjerit, “AAAAAAAAAAAAA~!!!” 

Dan pintu semakin keras diketuk, malah sepertinya akan didobrak. Jeritan Kyo cs semakin kencang saja. 

“HEH! JANGAN BERISIK BOCAH! SAYA YANG TINGGAL DI KAMAR SEBELAH. KALIAN BERISIK BANGET TAHU! MENGANGGU HAJAT TIDUR ORANG!!!” 

Seketika mereka terdiam, lalu… “HAHAHAHAHAHAHAHA!!!” 

Dikirain, ‘orang sebelah’ beneran :P 

 

 

           The End

 
        

Tetangga sebelah : Brengsek! Disuruh jangan ribut malah makin ribut!!! Dasar bocah-bocah! Ashgsgfdbuhvbdivhufsdok!!!

2 komentar: