expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

17 Desember 2013

EXODUS (Part 20)

Title : EXODUS
Author : Duele
Finishing : September-Desember 2013
Genre : Fantasy, Adventure
Rating : PG15
Chapter(s) : 20/on going
Fandom(s) : Dir en Grey, Hakuei, HYDE
Pairing(s) : DiexShinya. KaoruxToshiya

  

*****


Hari masih terlalu pagi saat Shinya memutuskan untuk keluar istana demi mencari tanaman obat. Seorang diri dia berjalan ke arah hutan. Tetapi dia tidak mengetahui bahwa Die mengetahuinya dan menghadangnya di tengah jalan.
 
“Kau tahu bahwa ada larangan pergi ke hutan?” katanya.

Shinya melihatnya dengan sebal. Die membalasnya. Tapi kemudian dia memberikannya tumpangan.

“Pengecualian jika pergi bersamaku.”
 

*****


      Kaoru terlalu serius memikirkan sesuatu. Hal yang masih mengganjal pikirannya saat itu. Dia ingin bertanya, tetapi bingung bertanya pada siapa. Hal-hal yang cukup sulit untuk ia temukan jawabannya. Tiba-tiba Hakuei muncul.

      “Apa yang sedang kau lamunkan?”
      “Banyak.”
      “Apakah sesuatu yang berhubungan dengan Penyihir Hitam dan penyakit raja?”
      “Itu salah satunya. Tapi bukan itu yang sedang aku pikirkan.” Jawab Kaoru menghela nafas. Hakuei pun penasaran, hal lain apa yang membuat si pemikir itu menjadi bingung. Kaoru melirik prajurit muda di sebelahnya, “Apa Jenderal Die baik-baik saja?”
      “Huh?” Hakuei bingung.

 
****
 

      “Jadi hanya benda ini yang kau cari?” Die melihat isi kantungnya.
      “Jamur-jamur itu tak tumbuh di sembarang tempat.”
      “Bagaimana kau tahu benda ini tumbuh di hutan ini?”
      “Aku melihat ada banyak sekali pohon Alka.”
      “Dari lebatnya hutan, bagaimana kau bisa mengenali pohon itu?” Die sedikit takjub.
      “Sebagian hidupku kuhabiskan di hutan.” Jawabnya.

      Die terhenti sejenak. “Ya, sampai akhirnya kau bersamaku.” Gumamnya.

      “Maaf?” Shinya menoleh.
      “Ah, tidak… hahaha!” Die berjalan mendahuluinya, “ayo, kita lekas kembali!”

      Shinya memandangnya dengan aneh. Die kelihatan begitu senang dan tidak banyak emosi. Berbeda dengan yang dulu. Tiba-tiba Shinya membayangkan bagaimana mereka dulu. Ia tak bisa membayangkan Jenderal arogan yang satu itu kini membantunya untuk mengumpulkan tanaman obat.

 

      “Benar juga, aku tak pernah sadar.” Hakuei mengedipkan matanya. Kaoru telah memberitahukan sesuatu yang membuatnya terkejut.

      Kaoru memberitahukannya mengenai penyakit raja yang mematikan dan hal tentang Jenderal Die yang sedikit aneh. Semua orang mengatakan bahwa siapapun yang bersentuhan langsung dengan Raja saat penyakitnya kambuh, dia akan tertular. Bahkan Ibu Ratu yang tadinya tidak sakit, setelah membantu menenangkan Raja saat penyakitnya kambuh, langsung terinfeksi. Mereka tidak menyadari bahwa selain Ibu Ratu, Jenderal Die pun bersentuhan langsung dengan Raja.

      “Lalu bagaimana mungkin dia tidak tertular sama sekali?”

  

****
 

      “Toshiya…”
      “Ya, Ursula…?”
      “Ini sudah waktunya.”

      Toshiya memalingkan pandangannya. Mendengar titah lain dari Ursula.

      “Bangkitkan pasukan kegelapan dan hancurkan kerajaan mereka, sebelum aku melahirkannya.”

      Wajah Toshiya memucat, namun ia mengiyakan permintaan besar penyihir tersebut.
      Sekarang sudah tidak ada waktu lagi.
 

****


      “Aku tidak tahu apakah obat ini cukup ampuh atau tidak. Tapi kuharap ini akan sedikit meredakan sedikit rasa sakitnya.” Shinya memberikan sekantung obat yang sudah ia tumbuk dan menjadi bubuk. “Minumlah pada senja menjelang malam. Karena di saat itulah tubuh kalian melemah dan penyakit itu mulai bersinergi.”
      “Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan lagi padamu. Kau sudah menolong prajuritku, dan sekarang kau bergelut dengan penyakit mematikanku. Aku sungguh berterima kasih padamu, Shinya.” Ujar Raja.
      “Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.”
      “Tinggalah lebih lama di istanaku.” Pintanya.

      Shinya merunduk. Di luar sana, ia tahu ada Die yang menunggunya setelah membantunya meracik dan menumbuk obat seharian.


     

      “Lama sekali!” sembur Die saat Shinya keluar dari kamar Raja. “Bagaimana keadaannya?”
      “Aku belum tahu, kita harus menunggu satu malam untuk melihat perkembangannya. Apakah obat itu bekerja atau tidak.” Shinya terlihat murung.
      “Apa yang kau khawatirkan? Kau tak perlu mencemaskan itu kan? Kau sudah melakukan yang terbaik.”
      “Aku…”

      Die menepuk kepala Shinya pelan. “Aku lapar. Bagaimana kalau kita bergabung dengan yang lain. Mereka menunggumu untuk jamuan malam.”

 

*****


      Malam itu mereka menunggu perkembangan dari penyakit Raja dan Ibu Ratu. Setelah melewati senja, rasa sakit yang biasanya dirasakan oleh Raja sama sekali hilang. Hanya sedikit rasa keram pada beberapa bagian tubuhnya. Berita baik itu segera tersebar ke seluruh istana. Mereka mengagungkan Shinya sebagai tabib terbaik dan mulai memujanya.
      Dan rombongan Jenderal Die pun kembali ke tujuan awal mereka; meminta bala bantuan.

      “Akan kuberikan pasukan terbaikku untuk membantu kalian. Kapan pun kalian membutuhkan bantuan, jangan pernah sungkan untuk memintanya dariku.” Ujar Raja.
      “Terima kasih atas kebaikanmu, namun kami membutuhkan pasukan yang benar-benar terlatih dan kuat untuk kami bawa menghancurkan Ursula.” Jawab Die.
     “Apakah kau punya rencana untuk menghancurkannya? Katakanlah. Karena aku pun akan membantu kalian untuk menghancurkan iblis wanita itu.”
      “Begini rencanaku, Yang Mulia…”

 

****

 
      Kaoru terkejut saat Toshiya sudah muncul di kamarnya saat dia kembali. Bergegas dia hampiri wanita bertubuh sintal tersebut.

      “Toshiya, kau tidak ketahuan oleh Kyo kan?”
      “Kau tenang saja, aku sudah menghilangkan hawa keberadaan diriku. Semuanya aman di kamar ini.”
      “Katakan apa yang membawamu kemari?” Kaoru menggiringnya.
      “Pangeran Kaoru, aku hanya ingin mengingatkanmu, bahwa peperangan besar akan segera datang. Kalian sudah tidak punya banyak waktu lagi.”
      “Apa maksudmu?”
      “Ursula,” Toshiya terlihat cemas. “Dia akan membangkitkan Iblis yang bersemayam di tubuhnya.”
      “Apa?!”
      “Dan dia akan membangkitkan pasukan kegelapan untuk menghancurkan kalian.”
      “Ba-bagaimana bisa?”
      “Pangeran Kaoru, bergeraklah. Dan segera tinggalkan tempat ini. Kau tidak akan mampu menandingi mereka.”
      “Itu tidak mungkin! Aku sudah bersumpah harus membinasakan penyihir itu!”
      “Kau masih berjuang demi Tashiya?!” Toshiya mendelik. Kaoru tertegun.
      “Toshiya…”
      “Apa hanya dengan aku saja tak cukup bagimu?!” Toshiya meradang.
      “Toshiya, ada hal lain yang aku perjuangkan. Aku memperjuangkan negeriku yang porak poranda. Aku tak bisa membiarkannya begitu saja!”
      “Aku tak mau kau terluka.”
      “Aku sudah cukup terluka.”

      Toshiya menatap cemas Kaoru. “Aku melihat bayangan Tashiya bergerak di matamu. Kau tidak bisa membohongiku.”

      “Toshiya,”

      Toshiya menyingkir. “Pergilah! Aku telah memperingatkanmu. Sekarang aku sudah tidak bisa lagi membantumu.”

       Setelah itu, Toshiya menghilang menjadi asap hitam yang melebur di ruang tersebut.

      “Toshiya…”

 

*****


      “Pasukan kegelapan?” Die mengulang perkataan Kaoru. “Dari mana kau dapatkan berita itu?”
      “Jenderal, ini bukan saatnya untuk meragukan informasiku. Kita harus segera bergerak dan menyusun strategi untuk melindungi istana dan seluruh rakyat.”
      “Kaoru…?”
     “Percayalah padaku.”

  

      “Aku mempercayainya.”
      “Kau jangan terlalu naïf, Shinya.”

      Shinya terdiam saat Kyo menceramahinya tentang kedekatannya dengan Jenderal Die. Kyo masih berkeras bahwa Shinya tak boleh mendekatinya dan memiliki perasaan padanya.

      “Matamu yang mengatakan demikian.” Kyo menjawab penolakan Shinya yang mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Jenderal congkak tersebut. “Jangan berbohong.”

      “Aku…”

 

*****

     
      Hyde menatap ke atas langit. Matanya terpejam, namun instingnya sedang bekerja. Manusia setengah vampire itu tiba-tiba melompat dari atap dan meloncat ke sana kemari dengan wajah yang tegang. Saat dia menemukan Jenderal dan Kaoru tengah berdebat, dia berteriak.

       “Mereka datang!!” jeritnya.

       Die dan Kaoru terkesiap, tetapi cepat menangkap situasi dengan mengangkat pedang mereka dan bergerak ke luar istana. Makhluk-makhluk mengerikan seperti di hutan vampire muncul kembali!
      Makhluk-makhluk bersayap seperti kelelawar tetapi bertubuh manusia dengan wajah yang menakutkan tanpa mata. Mereka menyerang prajurit istana dan merobek-robek tubuh mereka.
      Die dan Kaoru serta prajurit lain datang menyerang. Mengenyahkan mereka yang berusaha memporak porandakan istana. Jeritan dan suara histeris dari dayang-dayang istana yang menjaga kamar Ibu Ratu terdengar memekik.

      “Kyaaa!!! Kyaaaa!!”

 Hyde bergerak cepat untuk menolong. Tak jauh dari sana ada Hakuei yang sedang berjuang mengalahkan makhluk-makhluk mengerikan itu.

“Lindungi Yang Mulia!”

      Die dan Kaoru masih berjibaku dengan peperangan mereka, hingga akhirnya makhluk-makhluk itu berhasil dipaksa mundur karena banyak dari mereka mati.
      Die menatap bengis saat makhluk-makhluk itu kabur ke langit dan meninggalkan kemarahan besar di hatinya.

      “Kita sudah tidak punya banyak pilihan lagi, Jenderal.” Kaoru berujar.
      “Bersiaplah, untuk berperang!”

 

 

 

 

      To be continue…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar