expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

10 September 2013

Ghost Tells You a Story (Chap : Ghost Story)


Title : Ghost Tells You a Story
Chapter(s) : Ghost Story
Author : Duele
Finishing : 2012
Genre : Horror Comedy
Rating : PG15
Fandom(s) : Dir en Grey

 
*****

 
“Thank’s God it’s Friday!” sungut Shinya sambil menatap ke arah kalender.
“Memangnya kenapa?” Toshiya melirik.
“Besok Sabtu, jadi bisa libur, ehe!”

Toshiya memutar bola matanya, “Haa~ kukira,”

 “Kau kira apa?”

Toshiya terdiam sejenak, “Aku kira kau akan suka kalau mendengar cerita seru di hari Jumat, hehe!” katanya dengan seringai aneh. Shinya yang sepertinya sudah hafal betul bagaimana watak cowok yang satu ini segera mendiamkannya. Tetapi sepertinya Toshiya sudah punya bahan bulan-bulanan baru sekarang. Sambil tersenyum jahil, Toshiya menggoda Shinya. “Mau denger, ngga?”

 “Ngga! Makasih!” kata Shinya kemudian memasukan buku-bukunya ke dalam tas.

Toshiya mendecak lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Shinya sepertinya sudah tidak bisa terkecoh. Padahal Toshiya punya cerita baru yang bagus, dia mau membaginya pada Shinya dan melihat reaksinya. Pasti seru, hehe!

 “Kamu tahu ngga kalau di tangga sebelah ruang kelas 3-D dulu ada yang terjatuh,” celetuk Toshiya.
“Duh, Tochi! Please, dong, jangan cerita yang seperti itu lagi. Kau mau membuatku tidak bisa tidur lagi?” Shinya protes dengan wajah yang sungguh membuat Toshiya tidak bisa menyembunyikan ledakan tawa diliputi rasa kasihan.
“Hahahaha!! Sorry, hahahaha!”

Shinya memang kurang begitu suka dengan cerita yang berbau horor, walau pun dia tidak menolak kalau sesekali diajak nonton dengan genre pemacu adrenalin tersebut. Tetapi jika mendengar cerita tersebut dan sudah membayangkannya ketika sendiri, ia sangat takut. Apalagi beberapa hari ini orang tuanya sedang tidak di rumah karena mengunjungi sanak family-nya.

Toshiya adalah teman baiknya, sekaligus biang keladi dari semua kesusahan Shinya. Entah kenapa Toshiya senang sekali membuatnya jadi was-was dengan cerita-cerita seram. Bukan hanya itu, dia juga suka membuat Shinya jadi khawatir dengan gosip-gosip yang aneh yang bisa membuatnya paranoid. Toshiya sendiri sebenarnya bukan pecinta horror seperti teman mereka yang satu lagi, Kyo. Tetapi kalau dilihat, Toshiya dan Kyo itu seperti angka 11-12 jika disejajarkan untuk memulai cerita-cerita klenik macam ini.

“Ngga-lah, Shin. Aku cuman bercanda. Hihihi,” Toshiya masih tertawa, “Aku mana tega liat kamu ngga tidur lagi dua hari cuman gara-gara gosip setan yang kuceritakan tempo hari, hahahaha!” tawanya meledak lagi.

Toshiya, brengsek! Kenapa Shinya harus punya teman macam ini, sih?!
Shinya tak berani berkata-kata lagi. Dengan cepat ia masukan peralatan sekolahnya ke dalam tas dan bersiap untuk pulang.

“Eh, jangan pulang duluan. Kita kan mau balik bareng,” kata Toshiya mengingatkan. Shinya merengut aneh, “Habis, nunggu Die-kun sana Kaoru lama. Dan aku diganggu olehmu, aku pulang saja, ah!”
“Wakakakaka!!! Ampun, Shinya!!! Jangan marah!” Toshiya tergelak lagi, tapi kali ini dia mendatangi Shinya dan memeluknya gemas, meskipun yang dipeluk kelihatan risih sekali.
 
Saat itulah gerombolan yang mereka tunggu datang, salah satunya mendecak dengan suara keras. 

“Ck! Toshiya!” serunya lalu mendekati mereka. Toshiya dan Shinya melirik ketiga pemuda yang baru saja muncul tersebut. “Minggir! Suruh siapa peluk-peluk!” Die mengusirnya jauh-jauh dari Shinya seperti mengusir anak ayam. Toshiya hanya terkikik.
“Bagus, ya! Cuman ditinggal sebentar sudah genit,” sahut Kyo.
“Maksud lo?!” Toshiya bermuka aneh, dilanjut dengan tawa renyah.

Haduh, sepertinya hari ini Toshiya banyak tertawa lol 

“Shinya, kamu mau kemana? Buru-buru amat,” ujar Kaoru.
“Mau pulang,” katanya sambil melirik ke arah luar kelas.
“Duh, Shinya diapain lagi nih?” Kyo melirik Toshiya yang masih terkekeh-kekeh.
“Ngga diapa-apain, kok! Aku cuman mau menceritakan soal siswa yang jatuh di tangga kelas 3-D itu loooooh!” jelasnya.
“Jahelah, kayak begitu aja.” Die menanggapinya datar, “Shin, kamu jangan pikir serius. Itu yang jatuh cuman ngeguling dan jatuh dengan posisi ngga banget. Ngga ada horor-horornya sama sekali.”
“Beneran?” Shinya melirik Die ragu.
“Iyalah, percaya sama aku,” Die tersenyum J
“Waduh, berasa dijatuhin kelopak mawar nih,” sindir Kyo merusak suasana lol

Kemudian ledakan tawa dari Kaoru dan Toshiya mengikuti dibalik geraman Die pada Kyo lol

“Ya udahlah, sekarang kita semua pulang, yuk! Kelas kan sudah sepi.” Ajak Shinya, seperti merengek kedengarannya. Die mengiyakan, Toshiya lalu melirik Kyo dengan sebuah isyarat berupa angkatan alis. Kaoru melihat mereka sambil bergeleng-geleng. Dasar, mental usil!

Akhirnya, kelima pemuda itu memutuskan untuk pulang.  Karena letak kelas mereka yang berada di lantai tiga, kelima pemuda itu berjalan santai saja. Suasana gedung sekolah yang sepi terkadang menjadi tempat yang cukup menyenangkan juga, sekaligus seram. Sesekali Shinya berjalan berdekatan dengan Die atau sengaja mensejajarkan langkahnya dengan yang agar tak tertinggal.

 Sementara yang lain sibuk mengobrol. Kyo, Toshiya, Kaoru maupun Die, sepertinya asyik-asyik saja, beda dengan Shinya. Dia seperti ingin cepat-cepat meninggalkan gedung tersebut. Sesaat setelah melewati toilet di ujung pertengahan lorong di lantai dua, mendadak Kyo mulai usil.

“Aku punya pengalaman aneh di kamar mandi tadi,” katanya memulai.
“Oh, ya? Apa?” Toshiya kelihata antusias. Sedangkan Die dan Kaoru cuman diam, Shinya sih sejak tadi membisu.
“Aku punya cerita seram di dalam toilet,” akunya.
“Ah, serius?!” sahut Toshiya.
“Aduh, kenapa sih harus membicarakan pengalaman yang horor-horor?” protes Shinya.
“Duh, Shinya! Ini tuh pengalaman, pengalaman yang aku alami yang harus aku bagi kepada kalian sahabat-sahabatku,” jelas Kyo mendramatisir XD

Kaoru dan Die saling melirik dengan cekikikan yang tak jelas.

“Apa? Apa ceritanya?” Toshiya antusias.
“Duh, masa cerita sambil jalan? Gimana kalau kita nge-teh dulu di kantin :D” usul Kyo lalu menatap keempat pemuda itu sambil mengangkat-angkat kedua alisnya yang tak rata.
“Gimana, nih?” sahut Kaoru.
“Terserah, sih.” Jawab Die, lalu Toshiya. Namun Shinya ragu, “Tenang, Shin. Ntar aku anter kamu pulang J” kata Die.
“Eaaaa~” Toshiya menimpali.

Lima bakmi disediakan oleh pemilik kantin yang masih belum pulang. Rasa lapar jugalah yang membuat mereka datang ke tempat ini, terlebih lagi Kyo. Belum apa-apa, bakmi-nya tinggal tersisa setengah lol

Sambil menyedot es sirsaknya, Toshiya kembali menanyakan pengalaman Kyo. Meskipun mereka tahu bahwa apa yang akan diceritakan Kyo adalah sebuah bualan besar, tetapi jika mendengar cerita hantu dan seram dari mulut Kyo itu, feelingnya beda. Merinding diskonya lebih kerasa! LOL

Tidak salah kan kalau anak-anak menjulukinya sang warumono. Seolah terobsesi sekali dengan cerita horor, Kyo bahkan sempat membuat grup pecinta film horor sendiri di sekolah. Sayangnya, grup itu langsung dicekal oleh guru-guru setempat. Dan rata-rata, guru-guru yang mencekal itu tipikalnya seeperti Shinya, penakut! XD

“Jadi begini ceritanya,”

Suatu sore seperti sore hari ini, Kyo pulang agak telat karena dihukum oleh guru. Kyo mungkin kurang pandai, tetapi Kyo berusaha belajar, guru memaklumi. Kyo mungkin kurang gesit, tetapi Kyo berusaha secepat mungkin, guru memaklumi. Tapi apa mau dikata jika hobi utama tidur siang mulai tidak bisa dimaklumi oleh sang wali kelas. Adanya, hukuman yang bersifat membuatnya jera agar tidak tidur lagi di kelas pun seolah menjadi sebuah cambukan bagi Kyo. Tapi kalau bentuk hukumannya hanya memijiti dan menyediakan teh hangat untuk sang wali kelas, bahkan untuk dikatakan seperti memcambuk pun rasanya tidak pantas. Dibabuin mungkin iya! LOL

Nah, karena hukuman itulah Kyo jadi pulang telat hari itu. Teman-temannya sudah pada raib bak tertelan bumi setelah mendengar bunyi bel pulang. Bahkan mereka lebih tajam indranya jika mengenai hal sensitif macam ini. Contohnya seperti adik kelasnya di kelas dua, Miyavi. Bahkan anak-anak satu sekolah menjulukinya ‘freedom fighter’. Karena baru sedetik bel berbunyi, Miyavi sudah raib entah kemana :P

Pokoknya tidak akan ada yang betah berlama-lama di sekolah, kecuali..... mereka yang punya pacar.
 
Okelah, kita ngga usah membahas ini karena tingkatan sensitif Kyo akan mencuat sekuat keinginannya untuk tidur. Membiarkan teman-teman sekolahnya menjadikan sekolah sebagai ajang mencari cinta dan taman dadakan untuk berkasih-kasihan selalu membuatnya dengki. Apa mereka ngga tahu fungsi sekolah itu buat apa? Kenapa sih musti pacaran di sekolah? Kere?! Padahal sekolah itu adalah tempat untuk menuntut ilmu dan tuntutan-tuntuan yang lainnya, contohnya, menuntut nilai bagus lol

“Ngeleeess. Bilang aja dengki abis gara-gara ngga punya pacar -__-‘” komen Die sinis.
 
JLEB!

Ah, mari lanjutkan. Sampai mana tadi?
Ya, Kyo pulang kesorean. Bahkan hampir malam. Gedung sekolah mulai gelap, untungnya lampu gedung otomatis selalu menyala di jam 6 sore, sehingga Kyo tidak harus berjalan di dalam gelap. Ketika melewati tangga demi tangga menuju lantai bawah, Kyo seperti mendengar suara langkah seseorang yang hampir seirama dengan langkah kakinya. Mulanya Kyo tak menggubrisnya dan berpikir kalau itu hanyalah suara gema dari sepatunya yang menginjak lantai.
 
Tetapi, lama kelamaan suaranya semakin jelas.

Tuk!
Suara sepatu Kyo.

Tuk!
Suara lain.

Tuk! Tuk!
Kyo mencoba lagi.

Tuk! Tuk!
Wah, suara itu seolah tak mau kalah!

Tuk! Tuk! Tuk!
Kyo menghentak lebih keras.

Tuk! Tuk! Tuk!
Suara itu malah nyolotin!

 “Sial!” geram Kyo. 
Lalu Kyo menghentakan kakinya sehingga menimbulkan suara derap sepatu yang seirama. Dan lagi-lagi suara itu mengikuti. Malah membuat irama yang lebih catchy dan easy going! XDDD

“Hiiiy!!!” Kyo berlari, tetapi ia terkejut ketika melihat lantai bawah justru gelap. Wah, kenapa disaat-saat seperti ini bohlam lampu harus ikut menakutinya. Kenapa tidak menyala dan matinya belakangan saja sih!?

Ruang kelas semuanya tertutup, Kyo tidak tahu harus mencari tempat sembunyi. Mendadak perutnya melilit XD
Ini nih penyakit bawaan Kyo, kalau tegang pasti mules! XD

“Duh, kenapa mules disaat-saat seperti ini?” Kyo mengutuk dirinya sendiri.

Ingin rasanya segera kabur dari tempat ini tetapi panggilan alam ternyata sulit untuk dibantahkan sekuat apapun Kyo menahannya lol
Akhirnya, Kyo terpaksa berlari memutar arah, naik kembali ke lantai dua dan menuju toilet di lorong lantai tersebut. Dengan cepat pria itu mengunci diri di salah satu bilik kamar mandi tersebut. Seolah tidak mau kalah dari rasa takutnya, pria itu dengan cepat menurunkan celananya dan duduk di closet.

“Ekh!”

Bunyi-bunyi aneh terdengar, namun Kyo cukup tenang karena sudah bisa memastikan bunyi-bunyian yang terdengar seperti benda tercemplung itu lol Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Cukup lama Kyo duduk anteng di sana, hingga sesuatu yang aneh mulai terasa. Bulu kuduknya kembali berdiri. Kyo merinding. Merindingnya nih beda dari merinding nahan mules pokoknya lol
Kyo tertegun sejenak, pikiran jahat mulai merasuki kepalanya. Tiba-tiba kepala Kyo menoleh spontan ke belakang.

Syat!
Kosong! :P

“Fuh!” ia lega. Tadi ia sempat mengira ada hantu di belakangnya. Tetapi ternyata aman....

Kyo melihat sekeliling ruangan kecil tersebut. Tak ada apapun kecuali tasnya, kran air, ember yang terisi penuh air (buat cebok :D) dan gayung yang berada di bawah kakinya. Kyo kembali berlega hati ketika aura itu seolah menghilang. Tetapi,

Klik!
 
“Cakep! Mati lampu!!!” geramnya.
 
Anjerrr!
Kenapa sih mesti nge-pas banget timingnya! Kenapa setiap adegan horor mesti gelap-gelapan?! Apa penulisnya ngga tahu kalau Kyo lagi tanggung?! Shit!

Kyo meraba tasnya dan mengambil ponselnya. Duh, untungnya masih menyala walau pun tanda battery-nya tersisa tinggal beberapa persen dari full tank lol
Cahaya dari ponselnya cukup untuk membantunya melihat sekeliling. Kyo merutuk pada perutnya yang semakin mulas, ia benar-benar ingin menyudahi ini. Berkali-kali ia mengerang dan mendesis XD

Ketika sedang nikmat-nikmatnya, tiba-tiba suara aneh terdengar. Kali ini Kyo harus waspada karena bukan suara ‘plung!’ yang ia dengar XD melainkan suara buih air. 

Blubup! Blubuupp!

Mata Kyo tak berkedip saat itu, ia tak bicara dan sengaja untuk menajamkan pendengarannya.
 
Blubup! Blubuupp!

Suara itu semakin jelas terdengar. Nafas Kyo mulai naik turun, tak peduli dengan karbon monoksida yang ia hirup dari gas pembuangannya lol

Blubup! Blubuupp!

Mata Kyo melirik perlahan. Ia merasa gemericik air yang tumpah di bawah kakinya sampai merembes ke balik sepatu kats-nya. 

Blubup! Blubuupp!
 

Deg!!
Nafas Kyo seolah tercekat ketika ia melihat di permukaan embernya tergenang sesuatu. Warnanya hitam pekat dan berjulur-julur. Seperti rambut manusia. Dada Kyo mulai berdebar dengan hebatnya. Wajahnya segera memerah.

Setiap detiknya terasa sangat lama ketika dengan mata kepalanya sendiri Kyo melihat bagaimana rambut-rambut itu meleber ke pinggiran ember plastik berwarna merah tersebut. Sebuah tonjolan bulat seperti kepala manusia perlahan menyembul dari sana. Tangan Kyo yang gemetar perlahan mengambil gayung di bawah kakinya.

Ketika kepala itu mulai menampakan matanya yang merah dengan warna kulit yang pucat disertai dengan seringai yang jahat, Kyo mengangkat gayungnya tinggi-tinggi dan, 

BRUAK!!!

“Buangkeee!!! Ngga tahu diri! Ngga lihat gue lagi buang hajat! MONYET!”
 

“BWAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAK!!!! ROOOOOOOOOOOOOORRRR HUAKAKAKAKAKAKAKA!!!! HUHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!!”

Sekejap saja tawa itu meledak di seantero kantin yang sepi. Die memukul-mukul mejanya tidak kuat, Toshiya tertawa kelabakan dan Kaoru tertawa hampir terjungkal. Shinya tertawa namun tak bersuara, dalam hati mungkin XDDD
Hanya Kyo yang serius, ia kelihatan begitu marah XD

“Jadi lo gebuk setannya pake gayung!!!?” Toshiya mengulang lanjutan cerita Kyo sambil memegangi perutnya.
“Iyalah! Ngga sopan banget kan?! Ada orang lagi buang hajat dia intipin. Gue sumpahin bintit!” dengus Kyo berapi-api.
“Bwahahahahahahaha!!!”
“Amit-amit!!! Ada juga orang lari begitu liat setan, ini kok lebih milih mertahanin buang hajat daripada menyelamatkan diri?!” Die hampir tersedak.

Kyo cuek bebek menanggapinya.
Kaoru tertawa tak terkendali, wajahnya sampai merah karena tak kuat menahan anehnya cerita ini. Seperti meledak di perutnya, hingga ia keram lol

“Hadoh, hadooh, hadoohhh,...” Kaoru berusaha re-cover dari tawanya. “Berasa ngeliat parodi dari Shutter gue~” Kaoru menyeka airmatanyal lol
“Hihihi,...” Shinya terkikik.
 
Semuanya melirik Shinya.

“Duh, cantiknya yang bisa ketawa :P” goda Toshiya.

Shinya mendadak diam.
 

*****
 

Selesai membayar dan puas tertawa, kelima pemuda itu memutuskan untuk pulang. Mereka kembali mengobrol seru.

“Seru! Seru!”
“Seru! Seru!” XDD
 
Namun ketika melewati pintu ruang administrasi yang berada di lantai bawah, Kyo mendadak terhenti,

“Eh, udah pada dengar belum soal berita admin yang udah seminggu ini ngga masuk?” tanyanya.
“Ya, ya! Aku tahu!” sahut Toshiya, “Katanya mereka masih sakit gara-gara ketemu hantu ‘kan di ruangan administrasi?”
 
Kyo mengangguk-angguk.

“Ah, yang bener?” Die santai menimpali. “Oh, beneran setan, ya?” katanya berubah pikiran ketika Shinya merapat padanya LOL
“Katanya sih, gituh.” Sampai-sampai Kaoru juga mengiyakan. Wah, apa benar ruangan administrasi ini berhantu?
“Sebetulnya mereka sih berhasil kabur dari serangan hantu, cuman,” Kyo diam.
“Apa? Apa?”
“Waktu mereka berusaha keluar dari sini, mendadak mereka ngga bisa keluar dari pintu, padahal ngga dikunci.”
“Itu pasti ulahnya setan,” Die mengompori, Shinya menyikut lengannya.

Tiba-tiba semuanya hening dan menatap pintu kaca di depan mereka. Bayangan kelima pemuda itu terpantul di balik kaca gelap tersebut. Benarkah ada hantu di ruangan administrasi yang bisa terbang sampai menyerang orang? Sungguh mengerikan.
 
“Mau denger ceritanya jelasnya kenapa mereka ngga bisa keluar?” tanya Kyo.
“Ngg—”
“Mau!” potong yang lain mendahului Shinya XP
“Jadi ceritanya begini,”

Malam itu salah satu admin sekolah bernama Torama dan Shoushiki (sumpah! saya ngga ngambil karakter Alice Nine loh!! *diseret Sagayama, Naohito, dan Hiroshi lol) masih lembur mengurusi data-data murid baru yang akan mengikuti tes ujian masuk untuk tahun pelajaran baru. Kedua orang itu dikenal sangat rajin sampai-sampai melemburkan diri demi tercapainya perkerjaan mereka. Oh, sungguh mereka admin idaman para guru lol

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, saat Shoushiki menghidangkan segelas kopi panas untuk Torama yang masih sibuk dengan kertas-kertas datanya yang masih belum dirapihkan.

“Aduh, kerjaan banyak banget. Lembur iya tapi ngga digaji!” rutuk Tora. (sumpah lagi, ini cuman biar manggilnya enak, namanya TORAMA loh bukan TORA!! *dihajar Hiroshi XD)
“Yaaa, mau diapain? Namanya juga pegawai kecil.” Shou lebih kalem.

Mendadak tiga pendatang baru yang baru saja mengambil beberapa barang dari gudang arsip datang sambil mengobrol dengan seru.

 “Nih, data-datanya!” Hiro menaruh bingkai ordner-nya (HIROSHI loh ya, Bukan Hiroto! ß penulis stres!)
“Thank’s Hiro. Mau kopi, ngga?” tawar Shou.
“Eh, tolong ya, sekalian Shou.” Sahut Saga di ujung meja.
“Sip!”

Shou berlalu dengan empat tiga sachet kopi di tangannya, menghilang ke balik pintu pantry.

 “Inputnya masih banyak, Tor?” tanya Saga.
“Udah beres, sih.” Jawabnya sambil menekan tombol enter di keyboardnya dengan keras hingga bersuara.
“Mau pada balik?”
“Ntaran dulu, ah. Masih sore.” Ujar Nao menyusun ordner-ordner tersebut di dalam lemari besi.
“Terus ngapain dong? Bete, kali.” Hiro mengerucutkan bibirnya.

 Mereka semua sejenak terdiam, tiba-tiba Tora punya ide!

“Eh, gimana kalau kita main manggil setan-setanan?”

Hiro dan kedua temannya yang lain saling melirik, masing-masing bertanya pakai telepati lol

 “Manggil setan pake apa? Papan Ouija-nya aja rak’ ono?” Saga berujar.
“Kita pake gelas bekas kopi aja,”
“Ih!”
“Apa ngga apa-apa nih main panggil-panggilan setan malam-malam begini?”
“Oh, plis deh, Hiro! Kamu takut?” sindir Nao.
“Kagak!” sanggahnya cepat.
“Ya udah, kenapa ragu gituh? Kamu ngga mikir disini ada setan kan?”
“Hussh!”
“Ngurusin setannya belakangan, sekarang kita bikin simbol Ouija-nya dulu.” Kata Tora mengambil selembar kertas dan pena, sementara Hiroto dan Nao saling beradu sikut.
 
Tak sampai lima menit, Tora sudah membuat persiapan bermain pemanggil hantu tersebut. Mereka memang bersepakat tidak akan mengikutsertakan Shou karena pemuda itu pasti tak akan berminat. Kalau ada dia, pastinya rencana permainan ini akan digagalkan. Maka mereka segera bermain sebelum Shou kembali dari pantry.

Keempat tangan pemuda itu bertumpuk di atas sebuah gelas kosong yang sudah diletakan di atas sebuah kertas mantra, entah tulisannya benar atau tidak. Tora menggambar dan menulis kata-kata hanya berdasarkan pada pengalamannya bermain papan ouija semasa kecil. Ia tak begitu mengerti dan paham apa yang dia tulis. Hanya beberapa mantra dan simbol saja yang dia tahu. Dan setahunya, simbol-simbol yang dia tulis semuanya dikategorikan aman lol

Toh, palingan juga permainan mereka tak benar-benar berfungsi. Semisalpun bergerak, Tora yang akan sengaja menggerakannya nanti. Supaya lebih seru!
 
“Bergerak! Bergerak!” seru Hiroto yang langsung dilirik tajam oleh temannya lalu, “Ssssthhh!” menyuruhnya diam lol

Tora melirik ketiga pemuda itu, dalam hati dia mendengus usil.

“Tanyakan sesuatu,”
“Namamu siapa?” Nao menyerobot lebih dulu sebelum yang lain bertanya, maka perlahan gelas itu pun bergerak menyusuri satu demi satu huruf abjad yang Tora tulis.
“T.A.M.A?”

Mereka semua saling melirik, Saga kembali melihat ke arah gelas mereka.

“Tama? Tama apa? Tamagochi?!!!” semburnya.

Tora menahan tawanya yang hampir membludak. Tapi gelas itu tak bergerak, mungkin memang hanya itu namanya.

“Kau mati di mana?” tanya Tora, ketiga temannya langsung menoleh tajam padanya. Tora terlalu terburu-buru.

Namun, gelas yang mereka pegang sama sekali tak bergerak. Keempatnya saling menatap agak ngeri. Tiba-tiba gelas tersebut bergetar. Mereka mematung membiarkan tangan mereka ikut gemetaran. Hiro, Nao mulai merasa hawa yang tidak enak. Tora dan Saga tak berkedip melihat gelas tersebut yang semakin lama semakin kencang getarannya dan mendadak kolaps.
 
“WUAH!” Tora segera menggerakan gelasnya hingga keluar dari batas kertas mantra, mengejutkan teman-temannya yang sedari tadi menahan nafas. “Hahahahahaha!” dia tertawa keras saat melihat tampang pucat ketiga temannya yang berhasil dia kelabui.

“Sial! Kau menipu, ya?” Saga memukul lengan pemuda tinggi itu keki.
“Kena, deh! Hahahaa!” Tora masih terkikik.
“Cih, ngga lucu!” Hiro turun dari meja.
“Ciee, ngambek.” Tora mencibir, “Pundungnya jelek!”
“Ck!” Nao mendecak.
“Sudahlah, aku mau memanggil Shou,” katanya berlalu.

Tora masih tertawa kecil sambil menatap ke arah komputernya, Nao dan Saga menatap bete.
 
“Jangan-jangan yang menggerakan nama si setan juga kau!” gerutu Saga.
“Hihihi,” Tora tertawa. “Nuduh. Bukannya kau?”
“Siapa?”

Saga mengelak, lalu melirik Nao. “Kau ya?”

“Sory, baru kali ini gue maen ouija, mana tahu.”

Saga kembali melirik ke arah Tora. “Jangan nakutin, Tor. Lo ngaku aja daripada kita makin bete nih dibohongin.”

Tora mengangkat sebelah alisnya, “Kok maksa? Beneran, gue kira itu lo. Gue tau lo usil juga, Ga.” Kata Tora.

“Jangan berantem deh, cuman gara-gara maenan anak-anak.” Cibir Nao.
“Siapa yang berantem? Tangan gue kan ngga megang gelasnya,” Saga melirik ke meja. “Loh, kertas mantra sama gelasnya mana?”

...... hening.

Tora melirik Nao dan Saga sambil tertawa kecut. “Lo berdua mulai ngga asik nih mainannya, ngga usah begitu juga kali.”

“Apanya?” Nao berdiri, mulai mencari-cari kertas mantra jelek yang mereka pakai untuk bermain. Jelas-jelas kertasnya masih di dekatnya tadi, hanya gelasnya saja yang memang mental darinya.
“Nao!  Ngga lucu deh.”
“Siapa juga yang ngelawak?”
“Tor,..” tiba-tiba Saga menepuk-nepuk lengan Saga. Tora dan Nao mengikuti arah telunjuk Saga yang menunjuk sebuah gelas di atas kertas yang kini berada di sebrang meja.
“Siapa yang naruh kertasnya di sana?”

.....hening.

 
Tiba-tiba,

BRUAK!!!

Ketiga pemuda itu terperanjat ketika pintu belakang di buka seseorang, kejadiannya terlalu cepat ketika sedetik setelah pintu itu di buka, suara jeritan dan tampang pucat Hiro yang berlari terbirit-birit mengejutkan mereka.

“Aaaaaaaaaaa!!!”
“Hiro!!?”
“Lari!!!” katanya.
“Huh?”
“Ada setan!!!” Hiro segera menabrak pintu depan meninggalkan mereka.

Melihat Hiro yang berlari ketakutan, ditambah dengan pengakuannya yang melihat hantu barusan membuat ketiganya langsung kocar-kacir!

“Wuaaahhhh!!!”

Entah siapa yang memulai jeritan itu, tetapi kini ruangan administrasi yang sangat luas itu terasa begitu sempit dan riuh dengan jeritan keempatnya yang berlari tak keruan. Mereka menabrak pintu yang menghalangi dan berusaha lagi. Hiro yang berlari lebih dulu akhirnya terkejar juga oleh ketika temannya.

Hingga mereka kelelahan dan berhenti sejenak di dekat lorong untuk beristirahat, mereka mencoba mengatur nafas. Kaki mereka lemas, seolah tak bertulang.

“Lo liat di mana setannya?” tanya Tora sambil terengah-engah.
“Di pantry,” jawab Hiro yang juga kehabisan nafas.
“Lo salah liat kali, yang di pantry itu pasti Shou,” sahut Saga.
“Bukan!” Hiro menggeleng, “Masa iya, Shou berambut panjang dan mengenakan gaun?!”

Belum apa-apa tiba-tiba mereka mendengar suara jeritan Shou dari dalam ruangan.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!”

“Shou!!!” Mereka berseru, Hiro bahkan hendak berlari membantu, namun mendadak kakinya ngepot berputar arah ketika melihat bayangan putih itu keluar dan terbang membidik mereka.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!” kini keempatnya jadi histeris dan ketakutan setengah mati.
“Setaan!!”
“Tolooongg!!”

Keempatnya berlari sangat cepat, berlomba-lomba agar segera bisa menemukan pintu keluar. Mereka menuruni tangga kecil yang dekat pintu keluar. Mereka terburu-terburu dan tidak mau mati malam ini dimangsa hantu.

Saga berlari menghampiri pintu kaca dan berusaha mendorongnya dengan sekuat tenaga, tapi pintu itu tidak mau bergerak.

“Sial! Sial!” kutuknya.

Tora dan Nao ikut mendorong pintu berkaca tebal tersebut dengan bahu mereka.

“Berat sekali!”
“Cepat! Cepat!!” Hiro di belakang mereka lari di tempat LOL
“Kenapa pintu ini tidak bisa dibuka?!”
“Ini tidak terkunci!”
“Dorong! Dorong!!” Saga dan Tora masih mencoba mendorong pintu tersebut.

Saat kepanikan terjadi, tempat itu justru berubah menjadi gelap gulita!

Klik!

“Asssssoooooooooo!!!! Beneran mati!!” Saga menggedor pintu kaca.
“Cepaaaatttt!!!” Hiro dan Nao sudah menjerit-jerit.
 
Mereka masih berusaha mendorong pintu tersebut. Pintu itu berderit menandakan pergerakan.

“Bergerak! Bergerak!!!” saat keempatnya senang, mendadak suara jeritan perempuan yang terlampau kencang terdengar. Seperti jeritan yang diikuti oleh tangisan kencang.
“Innalillahi!!!” Tora kalang kabut.
“Ya, Tuhan, Bapaaaakkk!!!” Saga dan Nao menjerit-jerit sambil mendorong pintu.

Hiro yang panik hendak berbalik, tapi nasibnya sedang apes...

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~!!!!”

Hiro menjerit menjadi-jadi ketika ia menemukan sosok wajah pucat di depan wajahnya. Mereka bergidik tetapi langsung merasa lega ketika melihat Shou yang ternyata berdiri di sana.

“Shou!!” seru mereka.
“Cepat pergi dari sini!” Shou menghampiri pintu dengan tergesa-gesa. Wajahnya pucat seperti habis melihat hantu.
“Kau lihat apa?”
“Pantry! Setan!!!” katanya tak bisa tenang, lalu mencoba membuka pintu.
“Percuma! Kami sudah mencoba membukanya tapi ngga bisa!” suara Nao terdengar.
 
Namun kemudian mereka terkejut ketika Shou dengan gampangnya membuka pintu tersebut dan melanjutkan lari tanpa menjelaskan apa pun pada mereka yang masih tak percaya.
Bagaimana bisa Shou melakukannya?


...... cerita selesai.

 

“Jangan-jangan Shou hantu?” tebak Toshiya.
“Bukan,” jawab Kyo. “Shou juga korban, cuman dia masih lebih pinter daripada temen-temennya yang mendadak nge-blank gara-gara ketakutan.”
“Maksudnya?” Die ikut bertanya, masih ngga ngeh ternyata.

Kyo menghela sebentar lalu memegang gagang pintu tersebut.

“Perhatikan ini,” Kyo memegang pegangan pintu kaca tersebut.  Keempat temannya ikut melihat ke sana. Di sana ada tulisan bertuliskan, ‘DORONG’
“Kalau di luar sini ditulis DORONG, terus yang di dalem tulisnya apa?”

Mereka berempat memandang satu sama lain lalu menjawab. “TARIK.”

“Nah itu dia! Oncenya tuh admin-admin kenapa pintu yang harusnya di-TARIK sama mereka di-DORONG?! Sampe lebaran marmut juga tuh pintu ngga bakal kebuka!!!”

.....hening.

“BWAHAHA! HAKHAKHAKAHKAHKAHK!!!! HUAHAHAHHAAHAHA!!!!”

Mereka terbahak terpingkal-pingkal. Shinya juga, dia yang tadinya begitu bisa menahan diri sekarang ikut tertawa lepas.
Oh, meeen. Ternyata cerita tentang hantu itu ngga selamanya seram dan menakutkan, ya?
Buktinya ada saja yang membuat geli dan tertawa, hihihihi...!

 
 

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar