Title : Ghost Tells You a Story
Chapter(s) : Ghost
StoryAuthor : Duele
Finishing : 2012
Genre : Horror Comedy
Rating : PG15
Fandom(s) : Dir en Grey
“Memangnya
kenapa?” Toshiya melirik.
“Besok Sabtu,
jadi bisa libur, ehe!”
Toshiya memutar bola matanya, “Haa~ kukira,”
Toshiya terdiam sejenak,
“Aku kira kau akan suka kalau mendengar cerita seru di hari Jumat, hehe!”
katanya dengan seringai aneh. Shinya yang sepertinya sudah hafal betul
bagaimana watak cowok yang satu ini segera mendiamkannya. Tetapi sepertinya
Toshiya sudah punya bahan bulan-bulanan baru sekarang. Sambil tersenyum jahil,
Toshiya menggoda Shinya. “Mau denger, ngga?”
Toshiya mendecak lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Shinya sepertinya sudah tidak bisa terkecoh. Padahal Toshiya punya cerita baru yang bagus, dia mau membaginya pada Shinya dan melihat reaksinya. Pasti seru, hehe!
“Duh, Tochi!
Please, dong, jangan cerita yang seperti itu lagi. Kau mau membuatku tidak bisa
tidur lagi?” Shinya protes dengan wajah yang sungguh membuat Toshiya tidak bisa
menyembunyikan ledakan tawa diliputi rasa kasihan.
“Hahahaha!!
Sorry, hahahaha!”
Shinya memang
kurang begitu suka dengan cerita yang berbau horor, walau pun dia tidak menolak
kalau sesekali diajak nonton dengan genre pemacu adrenalin tersebut. Tetapi
jika mendengar cerita tersebut dan sudah membayangkannya ketika sendiri, ia
sangat takut. Apalagi beberapa hari ini orang tuanya sedang tidak di rumah
karena mengunjungi sanak family-nya.
Toshiya adalah
teman baiknya, sekaligus biang keladi dari semua kesusahan Shinya. Entah kenapa
Toshiya senang sekali membuatnya jadi was-was dengan cerita-cerita seram. Bukan
hanya itu, dia juga suka membuat Shinya jadi khawatir dengan gosip-gosip yang
aneh yang bisa membuatnya paranoid. Toshiya sendiri sebenarnya bukan pecinta
horror seperti teman mereka yang satu lagi, Kyo. Tetapi kalau dilihat, Toshiya
dan Kyo itu seperti angka 11-12 jika disejajarkan untuk memulai cerita-cerita
klenik macam ini.
“Ngga-lah, Shin.
Aku cuman bercanda. Hihihi,” Toshiya masih tertawa, “Aku mana tega liat kamu
ngga tidur lagi dua hari cuman gara-gara gosip setan yang kuceritakan tempo
hari, hahahaha!” tawanya meledak lagi.
Toshiya,
brengsek! Kenapa Shinya harus punya teman macam ini, sih?!
Shinya tak
berani berkata-kata lagi. Dengan cepat ia masukan peralatan sekolahnya ke dalam
tas dan bersiap untuk pulang.
“Eh, jangan
pulang duluan. Kita kan mau balik bareng,” kata Toshiya mengingatkan. Shinya
merengut aneh, “Habis, nunggu Die-kun sana Kaoru lama. Dan aku diganggu olehmu,
aku pulang saja, ah!”
“Wakakakaka!!!
Ampun, Shinya!!! Jangan marah!” Toshiya tergelak lagi, tapi kali ini dia
mendatangi Shinya dan memeluknya gemas, meskipun yang dipeluk kelihatan risih
sekali.Saat itulah gerombolan yang mereka tunggu datang, salah satunya mendecak dengan suara keras.
“Ck! Toshiya!”
serunya lalu mendekati mereka. Toshiya dan Shinya melirik ketiga pemuda yang
baru saja muncul tersebut. “Minggir! Suruh siapa peluk-peluk!” Die mengusirnya
jauh-jauh dari Shinya seperti mengusir anak ayam. Toshiya hanya terkikik.
“Bagus, ya!
Cuman ditinggal sebentar sudah genit,” sahut Kyo.
“Maksud lo?!”
Toshiya bermuka aneh, dilanjut dengan tawa renyah.
Haduh,
sepertinya hari ini Toshiya banyak tertawa lol
“Shinya, kamu
mau kemana? Buru-buru amat,” ujar Kaoru.
“Mau pulang,”
katanya sambil melirik ke arah luar kelas.
“Duh, Shinya
diapain lagi nih?” Kyo melirik Toshiya yang masih terkekeh-kekeh.
“Ngga
diapa-apain, kok! Aku cuman mau menceritakan soal siswa yang jatuh di tangga
kelas 3-D itu loooooh!” jelasnya.
“Jahelah, kayak
begitu aja.” Die menanggapinya datar, “Shin, kamu jangan pikir serius. Itu yang
jatuh cuman ngeguling dan jatuh dengan posisi ngga banget. Ngga ada
horor-horornya sama sekali.”
“Beneran?”
Shinya melirik Die ragu.
“Iyalah, percaya
sama aku,” Die tersenyum J
“Waduh, berasa
dijatuhin kelopak mawar nih,” sindir Kyo merusak suasana lol
Kemudian ledakan
tawa dari Kaoru dan Toshiya mengikuti dibalik geraman Die pada Kyo lol
“Ya udahlah,
sekarang kita semua pulang, yuk! Kelas kan sudah sepi.” Ajak Shinya, seperti
merengek kedengarannya. Die mengiyakan, Toshiya lalu melirik Kyo dengan sebuah
isyarat berupa angkatan alis. Kaoru melihat mereka sambil bergeleng-geleng.
Dasar, mental usil!
Akhirnya, kelima
pemuda itu memutuskan untuk pulang. Karena letak kelas mereka yang berada di
lantai tiga, kelima pemuda itu berjalan santai saja. Suasana gedung sekolah
yang sepi terkadang menjadi tempat yang cukup menyenangkan juga, sekaligus
seram. Sesekali Shinya berjalan berdekatan dengan Die atau sengaja
mensejajarkan langkahnya dengan yang agar tak tertinggal.
“Aku punya
pengalaman aneh di kamar mandi tadi,” katanya memulai.
“Oh, ya? Apa?”
Toshiya kelihata antusias. Sedangkan Die dan Kaoru cuman diam, Shinya sih sejak
tadi membisu.
“Aku punya
cerita seram di dalam toilet,” akunya.
“Ah, serius?!”
sahut Toshiya.
“Aduh, kenapa
sih harus membicarakan pengalaman yang horor-horor?” protes Shinya.
“Duh, Shinya!
Ini tuh pengalaman, pengalaman yang aku alami yang harus aku bagi kepada kalian
sahabat-sahabatku,” jelas Kyo mendramatisir XD
Kaoru dan Die
saling melirik dengan cekikikan yang tak jelas.
“Apa? Apa
ceritanya?” Toshiya antusias.
“Duh, masa
cerita sambil jalan? Gimana kalau kita nge-teh dulu di kantin :D” usul Kyo lalu
menatap keempat pemuda itu sambil mengangkat-angkat kedua alisnya yang tak
rata.
“Gimana, nih?”
sahut Kaoru.
“Terserah, sih.”
Jawab Die, lalu Toshiya. Namun Shinya ragu, “Tenang, Shin. Ntar aku anter kamu
pulang J” kata
Die.
“Eaaaa~” Toshiya
menimpali.
Lima bakmi
disediakan oleh pemilik kantin yang masih belum pulang. Rasa lapar jugalah yang
membuat mereka datang ke tempat ini, terlebih lagi Kyo. Belum apa-apa,
bakmi-nya tinggal tersisa setengah lol
Sambil menyedot
es sirsaknya, Toshiya kembali menanyakan pengalaman Kyo. Meskipun mereka tahu
bahwa apa yang akan diceritakan Kyo adalah sebuah bualan besar, tetapi jika
mendengar cerita hantu dan seram dari mulut Kyo itu, feelingnya beda. Merinding
diskonya lebih kerasa! LOL
Tidak salah kan
kalau anak-anak menjulukinya sang warumono. Seolah terobsesi sekali dengan
cerita horor, Kyo bahkan sempat membuat grup pecinta film horor sendiri di
sekolah. Sayangnya, grup itu langsung dicekal oleh guru-guru setempat. Dan
rata-rata, guru-guru yang mencekal itu tipikalnya seeperti Shinya, penakut!
XD
“Jadi begini
ceritanya,”
Suatu sore seperti
sore hari ini, Kyo pulang agak telat karena dihukum oleh guru. Kyo mungkin
kurang pandai, tetapi Kyo berusaha belajar, guru memaklumi. Kyo mungkin kurang
gesit, tetapi Kyo berusaha secepat mungkin, guru memaklumi. Tapi apa mau dikata
jika hobi utama tidur siang mulai tidak bisa dimaklumi oleh sang wali kelas.
Adanya, hukuman yang bersifat membuatnya jera agar tidak tidur lagi di kelas
pun seolah menjadi sebuah cambukan bagi Kyo. Tapi kalau bentuk hukumannya hanya
memijiti dan menyediakan teh hangat untuk sang wali kelas, bahkan untuk
dikatakan seperti memcambuk pun rasanya tidak pantas. Dibabuin mungkin iya! LOL
Nah, karena
hukuman itulah Kyo jadi pulang telat hari itu. Teman-temannya sudah pada raib
bak tertelan bumi setelah mendengar bunyi bel pulang. Bahkan mereka lebih tajam
indranya jika mengenai hal sensitif macam ini. Contohnya seperti adik kelasnya
di kelas dua, Miyavi. Bahkan anak-anak satu sekolah menjulukinya ‘freedom
fighter’. Karena baru sedetik bel berbunyi, Miyavi sudah raib entah kemana :P
Pokoknya tidak
akan ada yang betah berlama-lama di sekolah, kecuali..... mereka yang punya
pacar.
Okelah, kita ngga usah membahas ini karena tingkatan sensitif Kyo akan mencuat sekuat keinginannya untuk tidur. Membiarkan teman-teman sekolahnya menjadikan sekolah sebagai ajang mencari cinta dan taman dadakan untuk berkasih-kasihan selalu membuatnya dengki. Apa mereka ngga tahu fungsi sekolah itu buat apa? Kenapa sih musti pacaran di sekolah? Kere?! Padahal sekolah itu adalah tempat untuk menuntut ilmu dan tuntutan-tuntuan yang lainnya, contohnya, menuntut nilai bagus lol
“Ngeleeess.
Bilang aja dengki abis gara-gara ngga punya pacar -__-‘” komen Die sinis.
JLEB!
Ah, mari
lanjutkan. Sampai mana tadi?
Ya, Kyo pulang
kesorean. Bahkan hampir malam. Gedung sekolah mulai gelap, untungnya lampu
gedung otomatis selalu menyala di jam 6 sore, sehingga Kyo tidak harus berjalan
di dalam gelap. Ketika melewati tangga demi tangga menuju lantai bawah, Kyo
seperti mendengar suara langkah seseorang yang hampir seirama dengan langkah
kakinya. Mulanya Kyo tak menggubrisnya dan berpikir kalau itu hanyalah suara
gema dari sepatunya yang menginjak lantai.Tetapi, lama kelamaan suaranya semakin jelas.
Tuk!
Suara sepatu
Kyo.
Tuk!
Suara lain.
Tuk! Tuk!
Kyo mencoba lagi.
Tuk! Tuk!
Wah, suara itu
seolah tak mau kalah!
Tuk! Tuk! Tuk!
Kyo menghentak
lebih keras.
Tuk! Tuk! Tuk!
Suara itu malah
nyolotin!
“Sial!” geram Kyo.
Lalu Kyo
menghentakan kakinya sehingga menimbulkan suara derap sepatu yang seirama. Dan
lagi-lagi suara itu mengikuti. Malah membuat irama yang lebih catchy dan easy
going! XDDD
“Hiiiy!!!” Kyo berlari, tetapi ia terkejut ketika melihat lantai bawah justru gelap. Wah, kenapa disaat-saat seperti ini bohlam lampu harus ikut menakutinya. Kenapa tidak menyala dan matinya belakangan saja sih!?
Ruang kelas
semuanya tertutup, Kyo tidak tahu harus mencari tempat sembunyi. Mendadak
perutnya melilit XD
Ini nih penyakit
bawaan Kyo, kalau tegang pasti mules! XD
“Duh, kenapa
mules disaat-saat seperti ini?” Kyo mengutuk dirinya sendiri.
Ingin rasanya
segera kabur dari tempat ini tetapi panggilan alam ternyata sulit untuk
dibantahkan sekuat apapun Kyo menahannya lol
Akhirnya, Kyo
terpaksa berlari memutar arah, naik kembali ke lantai dua dan menuju toilet di
lorong lantai tersebut. Dengan cepat pria itu mengunci diri di salah satu bilik
kamar mandi tersebut. Seolah tidak mau kalah dari rasa takutnya, pria itu
dengan cepat menurunkan celananya dan duduk di closet.
“Ekh!”
Bunyi-bunyi aneh
terdengar, namun Kyo cukup tenang karena sudah bisa memastikan bunyi-bunyian
yang terdengar seperti benda tercemplung itu lol Tak ada yang perlu
dikhawatirkan.
Cukup lama Kyo
duduk anteng di sana, hingga sesuatu yang aneh mulai terasa. Bulu kuduknya
kembali berdiri. Kyo merinding. Merindingnya nih beda dari merinding nahan mules
pokoknya lol
Kyo tertegun
sejenak, pikiran jahat mulai merasuki kepalanya. Tiba-tiba kepala Kyo menoleh
spontan ke belakang.
Syat!
Kosong! :P
“Fuh!” ia lega.
Tadi ia sempat mengira ada hantu di belakangnya. Tetapi ternyata aman....
Kyo melihat
sekeliling ruangan kecil tersebut. Tak ada apapun kecuali tasnya, kran air,
ember yang terisi penuh air (buat cebok :D) dan gayung yang berada di bawah
kakinya. Kyo kembali berlega hati ketika aura itu seolah menghilang. Tetapi,
Klik!
“Cakep! Mati
lampu!!!” geramnya.
Anjerrr!
Kenapa sih mesti
nge-pas banget timingnya! Kenapa setiap adegan horor mesti gelap-gelapan?! Apa
penulisnya ngga tahu kalau Kyo lagi tanggung?! Shit!
Kyo meraba tasnya dan mengambil ponselnya. Duh, untungnya masih menyala walau pun tanda battery-nya tersisa tinggal beberapa persen dari full tank lol
Cahaya dari
ponselnya cukup untuk membantunya melihat sekeliling. Kyo merutuk pada perutnya
yang semakin mulas, ia benar-benar ingin menyudahi ini. Berkali-kali ia mengerang
dan mendesis XD
Ketika sedang
nikmat-nikmatnya, tiba-tiba suara aneh terdengar. Kali ini Kyo harus waspada
karena bukan suara ‘plung!’ yang ia dengar XD melainkan suara buih air.
Blubup!
Blubuupp!
Mata Kyo tak
berkedip saat itu, ia tak bicara dan sengaja untuk menajamkan pendengarannya.
Blubup! Blubuupp!
Suara itu
semakin jelas terdengar. Nafas Kyo mulai naik turun, tak peduli dengan karbon
monoksida yang ia hirup dari gas pembuangannya lol
Blubup! Blubuupp!
Mata Kyo melirik
perlahan. Ia merasa gemericik air yang tumpah di bawah kakinya sampai merembes
ke balik sepatu kats-nya.
Blubup!
Blubuupp!
Deg!!
Nafas Kyo seolah
tercekat ketika ia melihat di permukaan embernya tergenang sesuatu. Warnanya
hitam pekat dan berjulur-julur. Seperti rambut manusia. Dada Kyo mulai berdebar
dengan hebatnya. Wajahnya segera memerah.
Setiap detiknya
terasa sangat lama ketika dengan mata kepalanya sendiri Kyo melihat bagaimana
rambut-rambut itu meleber ke pinggiran ember plastik berwarna merah tersebut.
Sebuah tonjolan bulat seperti kepala manusia perlahan menyembul dari sana.
Tangan Kyo yang gemetar perlahan mengambil gayung di bawah kakinya.
Ketika kepala
itu mulai menampakan matanya yang merah dengan warna kulit yang pucat disertai
dengan seringai yang jahat, Kyo mengangkat gayungnya tinggi-tinggi dan,
BRUAK!!!
“Buangkeee!!! Ngga tahu diri! Ngga lihat gue lagi buang hajat! MONYET!”
“BWAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAK!!!! ROOOOOOOOOOOOOORRRR HUAKAKAKAKAKAKAKA!!!! HUHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!!”
Sekejap saja
tawa itu meledak di seantero kantin yang sepi. Die memukul-mukul mejanya tidak
kuat, Toshiya tertawa kelabakan dan Kaoru tertawa hampir terjungkal. Shinya
tertawa namun tak bersuara, dalam hati mungkin XDDD
Hanya Kyo yang
serius, ia kelihatan begitu marah XD
“Jadi lo gebuk
setannya pake gayung!!!?” Toshiya mengulang lanjutan cerita Kyo sambil
memegangi perutnya.
“Iyalah! Ngga
sopan banget kan?! Ada orang lagi buang hajat dia intipin. Gue sumpahin
bintit!” dengus Kyo berapi-api.
“Bwahahahahahahaha!!!”
“Amit-amit!!!
Ada juga orang lari begitu liat setan, ini kok lebih milih mertahanin buang
hajat daripada menyelamatkan diri?!” Die hampir tersedak.
Kyo cuek bebek
menanggapinya.
Kaoru tertawa tak
terkendali, wajahnya sampai merah karena tak kuat menahan anehnya cerita ini.
Seperti meledak di perutnya, hingga ia keram lol
“Hadoh, hadooh,
hadoohhh,...” Kaoru berusaha re-cover dari tawanya. “Berasa ngeliat parodi dari
Shutter gue~” Kaoru menyeka airmatanyal lol
“Hihihi,...”
Shinya terkikik.
Semuanya melirik
Shinya.
“Duh, cantiknya
yang bisa ketawa :P” goda Toshiya.
Shinya mendadak
diam.
*****
Selesai membayar
dan puas tertawa, kelima pemuda itu memutuskan untuk pulang. Mereka kembali
mengobrol seru.
“Seru! Seru!”
“Seru! Seru!” XDD
Namun ketika
melewati pintu ruang administrasi yang berada di lantai bawah, Kyo mendadak
terhenti,
“Eh, udah pada dengar belum soal berita admin yang udah seminggu ini ngga masuk?” tanyanya.
“Ya, ya! Aku
tahu!” sahut Toshiya, “Katanya mereka masih sakit gara-gara ketemu hantu ‘kan
di ruangan administrasi?”
Kyo
mengangguk-angguk.
“Ah, yang
bener?” Die santai menimpali. “Oh, beneran setan, ya?” katanya berubah pikiran
ketika Shinya merapat padanya LOL
“Katanya sih,
gituh.” Sampai-sampai Kaoru juga mengiyakan. Wah, apa benar ruangan
administrasi ini berhantu?
“Sebetulnya
mereka sih berhasil kabur dari serangan hantu, cuman,” Kyo diam.
“Apa? Apa?”
“Waktu mereka
berusaha keluar dari sini, mendadak mereka ngga bisa keluar dari pintu, padahal
ngga dikunci.”
“Itu pasti
ulahnya setan,” Die mengompori, Shinya menyikut lengannya.
Tiba-tiba
semuanya hening dan menatap pintu kaca di depan mereka. Bayangan kelima pemuda
itu terpantul di balik kaca gelap tersebut. Benarkah ada hantu di ruangan
administrasi yang bisa terbang sampai menyerang orang? Sungguh mengerikan.
“Mau denger
ceritanya jelasnya kenapa mereka ngga bisa keluar?” tanya Kyo.
“Ngg—”
“Mau!” potong
yang lain mendahului Shinya XP
“Jadi ceritanya
begini,”
Malam itu salah
satu admin sekolah bernama Torama dan Shoushiki (sumpah! saya ngga ngambil karakter Alice Nine loh!! *diseret Sagayama,
Naohito, dan Hiroshi lol) masih lembur mengurusi data-data murid baru yang
akan mengikuti tes ujian masuk untuk tahun pelajaran baru. Kedua orang itu
dikenal sangat rajin sampai-sampai melemburkan diri demi tercapainya perkerjaan
mereka. Oh, sungguh mereka admin idaman para guru lol
Jam sudah
menunjukan pukul 8 malam, saat Shoushiki menghidangkan segelas kopi panas untuk
Torama yang masih sibuk dengan kertas-kertas datanya yang masih belum
dirapihkan.
“Aduh, kerjaan
banyak banget. Lembur iya tapi ngga digaji!” rutuk Tora. (sumpah lagi, ini cuman biar manggilnya enak, namanya TORAMA loh bukan
TORA!! *dihajar Hiroshi XD)
“Yaaa, mau
diapain? Namanya juga pegawai kecil.” Shou lebih kalem.
Mendadak tiga
pendatang baru yang baru saja mengambil beberapa barang dari gudang arsip
datang sambil mengobrol dengan seru.
“Thank’s Hiro.
Mau kopi, ngga?” tawar Shou.
“Eh, tolong ya,
sekalian Shou.” Sahut Saga di ujung meja.
“Sip!”
Shou berlalu
dengan empat tiga sachet kopi di tangannya, menghilang ke balik pintu pantry.
“Udah beres,
sih.” Jawabnya sambil menekan tombol enter di keyboardnya dengan keras hingga
bersuara.
“Mau pada
balik?”
“Ntaran dulu,
ah. Masih sore.” Ujar Nao menyusun ordner-ordner tersebut di dalam lemari besi.
“Terus ngapain
dong? Bete, kali.” Hiro mengerucutkan bibirnya.
“Eh, gimana kalau kita main manggil setan-setanan?”
Hiro dan kedua temannya yang lain saling melirik, masing-masing bertanya pakai telepati lol
“Ih!”
“Apa ngga apa-apa nih main panggil-panggilan setan malam-malam begini?”
“Oh, plis deh, Hiro! Kamu takut?” sindir Nao.
“Kagak!” sanggahnya cepat.
“Ya udah, kenapa ragu gituh? Kamu ngga mikir disini ada setan kan?”
“Hussh!”
“Ngurusin setannya belakangan, sekarang kita bikin simbol Ouija-nya dulu.” Kata Tora mengambil selembar kertas dan pena, sementara Hiroto dan Nao saling beradu sikut.
Tak sampai lima menit, Tora sudah membuat persiapan bermain pemanggil hantu tersebut. Mereka memang bersepakat tidak akan mengikutsertakan Shou karena pemuda itu pasti tak akan berminat. Kalau ada dia, pastinya rencana permainan ini akan digagalkan. Maka mereka segera bermain sebelum Shou kembali dari pantry.
Keempat tangan
pemuda itu bertumpuk di atas sebuah gelas kosong yang sudah diletakan di atas
sebuah kertas mantra, entah tulisannya benar atau tidak. Tora menggambar dan
menulis kata-kata hanya berdasarkan pada pengalamannya bermain papan ouija
semasa kecil. Ia tak begitu mengerti dan paham apa yang dia tulis. Hanya
beberapa mantra dan simbol saja yang dia tahu. Dan setahunya, simbol-simbol
yang dia tulis semuanya dikategorikan aman lol
Toh, palingan
juga permainan mereka tak benar-benar berfungsi. Semisalpun bergerak, Tora yang
akan sengaja menggerakannya nanti. Supaya lebih seru!
“Bergerak!
Bergerak!” seru Hiroto yang langsung dilirik tajam oleh temannya lalu,
“Ssssthhh!” menyuruhnya diam lol
Tora melirik
ketiga pemuda itu, dalam hati dia mendengus usil.
“Tanyakan
sesuatu,”
“Namamu siapa?”
Nao menyerobot lebih dulu sebelum yang lain bertanya, maka perlahan gelas itu
pun bergerak menyusuri satu demi satu huruf abjad yang Tora tulis.
“T.A.M.A?”
Mereka semua
saling melirik, Saga kembali melihat ke arah gelas mereka.
“Tama? Tama apa?
Tamagochi?!!!” semburnya.
Tora menahan
tawanya yang hampir membludak. Tapi gelas itu tak bergerak, mungkin memang
hanya itu namanya.
“Kau mati di
mana?” tanya Tora, ketiga temannya langsung menoleh tajam padanya. Tora terlalu
terburu-buru.
Namun, gelas
yang mereka pegang sama sekali tak bergerak. Keempatnya saling menatap agak
ngeri. Tiba-tiba gelas tersebut bergetar. Mereka mematung membiarkan tangan
mereka ikut gemetaran. Hiro, Nao mulai merasa hawa yang tidak enak. Tora dan
Saga tak berkedip melihat gelas tersebut yang semakin lama semakin kencang
getarannya dan mendadak kolaps.
“WUAH!” Tora segera menggerakan gelasnya hingga keluar dari batas kertas mantra, mengejutkan teman-temannya yang sedari tadi menahan nafas. “Hahahahahaha!” dia tertawa keras saat melihat tampang pucat ketiga temannya yang berhasil dia kelabui.
“Sial! Kau
menipu, ya?” Saga memukul lengan pemuda tinggi itu keki.
“Kena, deh!
Hahahaa!” Tora masih terkikik.
“Cih, ngga
lucu!” Hiro turun dari meja.
“Ciee, ngambek.”
Tora mencibir, “Pundungnya jelek!”
“Ck!” Nao
mendecak. “Sudahlah, aku mau memanggil Shou,” katanya berlalu.
Tora masih
tertawa kecil sambil menatap ke arah komputernya, Nao dan Saga menatap bete.
“Jangan-jangan
yang menggerakan nama si setan juga kau!” gerutu Saga.
“Hihihi,” Tora
tertawa. “Nuduh. Bukannya kau?”“Siapa?”
Saga mengelak,
lalu melirik Nao. “Kau ya?”
“Sory, baru kali
ini gue maen ouija, mana tahu.”
Saga kembali
melirik ke arah Tora. “Jangan nakutin, Tor. Lo ngaku aja daripada kita makin
bete nih dibohongin.”
Tora mengangkat
sebelah alisnya, “Kok maksa? Beneran, gue kira itu lo. Gue tau lo usil juga,
Ga.” Kata Tora.
“Jangan berantem
deh, cuman gara-gara maenan anak-anak.” Cibir Nao.
“Siapa yang
berantem? Tangan gue kan ngga megang gelasnya,” Saga melirik ke meja. “Loh,
kertas mantra sama gelasnya mana?”
...... hening.
Tora melirik Nao
dan Saga sambil tertawa kecut. “Lo berdua mulai ngga asik nih mainannya, ngga
usah begitu juga kali.”
“Apanya?” Nao berdiri, mulai mencari-cari kertas mantra jelek yang mereka pakai untuk bermain. Jelas-jelas kertasnya masih di dekatnya tadi, hanya gelasnya saja yang memang mental darinya.
“Nao! Ngga lucu deh.”
“Siapa juga yang ngelawak?”
“Tor,..” tiba-tiba Saga menepuk-nepuk lengan Saga. Tora dan Nao mengikuti arah telunjuk Saga yang menunjuk sebuah gelas di atas kertas yang kini berada di sebrang meja.
“Siapa yang naruh kertasnya di sana?”
.....hening.
Tiba-tiba,
BRUAK!!!
Ketiga pemuda
itu terperanjat ketika pintu belakang di buka seseorang, kejadiannya terlalu
cepat ketika sedetik setelah pintu itu di buka, suara jeritan dan tampang pucat
Hiro yang berlari terbirit-birit mengejutkan mereka.
“Aaaaaaaaaaa!!!”
“Hiro!!?”“Lari!!!” katanya.
“Huh?”
“Ada setan!!!” Hiro segera menabrak pintu depan meninggalkan mereka.
Melihat Hiro
yang berlari ketakutan, ditambah dengan pengakuannya yang melihat hantu barusan
membuat ketiganya langsung kocar-kacir!
“Wuaaahhhh!!!”
Entah siapa yang
memulai jeritan itu, tetapi kini ruangan administrasi yang sangat luas itu
terasa begitu sempit dan riuh dengan jeritan keempatnya yang berlari tak
keruan. Mereka menabrak pintu yang menghalangi dan berusaha lagi. Hiro yang
berlari lebih dulu akhirnya terkejar juga oleh ketika temannya.
Hingga mereka
kelelahan dan berhenti sejenak di dekat lorong untuk beristirahat, mereka
mencoba mengatur nafas. Kaki mereka lemas, seolah tak bertulang.
“Lo liat di mana
setannya?” tanya Tora sambil terengah-engah.
“Di pantry,”
jawab Hiro yang juga kehabisan nafas.“Lo salah liat kali, yang di pantry itu pasti Shou,” sahut Saga.
“Bukan!” Hiro menggeleng, “Masa iya, Shou berambut panjang dan mengenakan gaun?!”
Belum apa-apa
tiba-tiba mereka mendengar suara jeritan Shou dari dalam ruangan.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!”
“Shou!!!” Mereka
berseru, Hiro bahkan hendak berlari membantu, namun mendadak kakinya ngepot
berputar arah ketika melihat bayangan putih itu keluar dan terbang membidik
mereka.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!”
kini keempatnya jadi histeris dan ketakutan setengah mati.
“Setaan!!”“Tolooongg!!”
Keempatnya
berlari sangat cepat, berlomba-lomba agar segera bisa menemukan pintu keluar.
Mereka menuruni tangga kecil yang dekat pintu keluar. Mereka terburu-terburu
dan tidak mau mati malam ini dimangsa hantu.
Saga berlari
menghampiri pintu kaca dan berusaha mendorongnya dengan sekuat tenaga, tapi
pintu itu tidak mau bergerak.
“Sial! Sial!”
kutuknya.
Tora dan Nao
ikut mendorong pintu berkaca tebal tersebut dengan bahu mereka.
“Berat sekali!”
“Cepat! Cepat!!”
Hiro di belakang mereka lari di tempat LOL“Kenapa pintu ini tidak bisa dibuka?!”
“Ini tidak terkunci!”
“Dorong! Dorong!!” Saga dan Tora masih mencoba mendorong pintu tersebut.
Saat kepanikan
terjadi, tempat itu justru berubah menjadi gelap gulita!
Klik!
“Asssssoooooooooo!!!!
Beneran mati!!” Saga menggedor pintu kaca.
“Cepaaaatttt!!!”
Hiro dan Nao sudah menjerit-jerit.
Mereka masih
berusaha mendorong pintu tersebut. Pintu itu berderit menandakan pergerakan.
“Bergerak!
Bergerak!!!” saat keempatnya senang, mendadak suara jeritan perempuan yang
terlampau kencang terdengar. Seperti jeritan yang diikuti oleh tangisan
kencang.
“Innalillahi!!!”
Tora kalang kabut.“Ya, Tuhan, Bapaaaakkk!!!” Saga dan Nao menjerit-jerit sambil mendorong pintu.
Hiro yang panik
hendak berbalik, tapi nasibnya sedang apes...
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~!!!!”
Hiro menjerit
menjadi-jadi ketika ia menemukan sosok wajah pucat di depan wajahnya. Mereka
bergidik tetapi langsung merasa lega ketika melihat Shou yang ternyata berdiri
di sana.
“Shou!!” seru
mereka.
“Cepat pergi
dari sini!” Shou menghampiri pintu dengan tergesa-gesa. Wajahnya pucat seperti
habis melihat hantu.“Kau lihat apa?”
“Pantry! Setan!!!” katanya tak bisa tenang, lalu mencoba membuka pintu.
“Percuma! Kami sudah mencoba membukanya tapi ngga bisa!” suara Nao terdengar.
Namun kemudian
mereka terkejut ketika Shou dengan gampangnya membuka pintu tersebut dan
melanjutkan lari tanpa menjelaskan apa pun pada mereka yang masih tak percaya.
Bagaimana bisa Shou
melakukannya?
...... cerita
selesai.
“Jangan-jangan
Shou hantu?” tebak Toshiya.
“Bukan,” jawab
Kyo. “Shou juga korban, cuman dia masih lebih pinter daripada temen-temennya
yang mendadak nge-blank gara-gara
ketakutan.”“Maksudnya?” Die ikut bertanya, masih ngga ngeh ternyata.
Kyo menghela
sebentar lalu memegang gagang pintu tersebut.
“Perhatikan
ini,” Kyo memegang pegangan pintu kaca tersebut. Keempat temannya ikut melihat ke sana. Di
sana ada tulisan bertuliskan, ‘DORONG’
“Kalau di luar
sini ditulis DORONG, terus yang di dalem tulisnya apa?”
Mereka berempat
memandang satu sama lain lalu menjawab. “TARIK.”
“Nah itu dia!
Oncenya tuh admin-admin kenapa pintu yang harusnya di-TARIK
sama mereka di-DORONG?! Sampe lebaran marmut juga tuh
pintu ngga bakal kebuka!!!”
.....hening.
“BWAHAHA!
HAKHAKHAKAHKAHKAHK!!!! HUAHAHAHHAAHAHA!!!!”
Mereka terbahak terpingkal-pingkal. Shinya juga, dia yang tadinya begitu bisa menahan diri sekarang ikut tertawa lepas.
Oh, meeen. Ternyata cerita tentang hantu itu ngga selamanya seram dan menakutkan, ya?
Buktinya ada saja yang membuat geli dan tertawa, hihihihi...!
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar