Ghost
Tells You a Story
Chapter : 4th Floor
Author : Duele
Genre : Horror, Comedy
Band(s) : Dir en grey
Finishing : January 2014
****
“Jadi sekarang aku resmi pindah!” :D
Muka Toshiya terlihat girang. Wajah
keempat temannya yang lain nampak biasa, terlalu biasa malah untuk menanggapi berita
yang menurut Toshiya adalah sebuah berita besar hari ini.
“Terus gimana ke sekolahnya? Jauh, dong?” Tanya Shinya.
“Nggak, kok. Malah lebih dekat,
karena apartmen Paman J, letaknya dekat dengan stasiun kereta bawah tanah.”
“Wow, asyik dong!”
“Hehe…”
“Sampai berapa lama di sana?”
celetuk Kaoru.
“Sampai Mama dan Papa-ku pulang dari
luar negeri.”
“Hoo…”
“Berarti boleh dong, kami
ngacak-ngacak, eh, maen ke rumah barumu, Tosh.” Kata Die sambil melirik Kyo
yang kemudian tesenyum penuh arti.
“Boleh, kok. Malah diharuskan. Kata
Paman J, ‘Tidak apa-apa kamu bawa teman ke rumah. Malah bagus ada yang
menemanimu selama Paman bekerja’.” Kata Toshiya menirukan gaya bicara Pamannya.
“Loh, memangnya Pamanmu jarang di
rumah juga?”
“Di rumah, cuman kadang beberapa
hari gak pulang dari proyek.”
“Eh, Pamanmu itu yang arsitek itu
kan ya?” sambung Shinya.
“Hu-um, sekarang dia lagi sibuk
untuk pembangunan gedung perkantoran baru di Distrik xxxx itu loh.”
“Wah, keren! Jadi Pamanmu yang
mendesign-nya?”
Tinggal Kaoru, Kyo dan Die yang
sepertinya terlalu cukup untuk mendengar kata-kata kagum dari kedua anak ini.
****
Sepulang sekolah, Kyo cs datang
berkunjung ke apartmen Toshiya. Hari ini Toshiya mengatakan bahwa Pamannya tak
pulang malam ini, sehingga dia boleh membawa teman ke apartmen mereka. Saat
sampai mereka semua kelihatan kagum dengan bangunan apartmen mewah yang
menjulang tinggi.
“Eh, jadi Pamanmu ikutan mendesign
apartmen ini?” suara Shinya terdengar.
Kyo dan Die masih melihat sekeliling
bangunan tersebut. Bukan hanya bangunannya saja yang kelihatan mewah, design
interiornya pun bagus, tapi sangat sepi. Mereka menunggu lift turun sambil
mengobrol seru.
“Seru! Seru! Seru!”
“Seru! Seru!” xDD
Saat lift terbuka, tak ada seorang
pun. Mereka masuk ke dalam, Kyo berdiri di dekat tombol lift.
“Lantai berapa?”
“Lantai 9.”
Sewaktu Kyo hendak menekan tombol
angka 9 di dekatnya, pemuda itu melihat ada yang aneh. Setelah angka 3, bukan
angka 4 yang muncul, melainkan angka 3B. Setelah itu langsung angka 5.
“Woogh, di sini nggak ada lantai
4-nya, ya?! Cool!” ujarnya
bersemangat.
“Emang kenapa Kyo?”
“Kalian nggak lihat? Setelah angka
3, lalu angka 3B, bukan angka 4. Kalian pikir kenapa?”
“Kenapa?” Tanya keempatnya antusias.
“Haha, nanti kuceritakan.”
Pintu lift terbuka. Mereka keluar,
Kyo berjalan lebih dulu.
“Taruhan denganku, pasti cerita
klenik lagi.” Bisik Die.
“Aku tidak mau bertaruh, soalnya
sudah pasti kalah.” Jawab Kaoru. Die terkekeh.
****
Apartmen mewah itu berubah menjadi kapal
pecah setelah dihuni oleh kelima pemuda itu. Sisa-sisa makanan berserakan di
meja dan beberapa DVD tergelar di lantai. Layar LCD besar masih memutar film
action dari anime yang sedang hints di kalangan remaja seusia mereka. Bosan
menonton anime, Die akhirnya mengingatkan soal cerita Kyo di lift tadi.
“Kyo, tadi katanya mau cerita soal
lantai 4?” Mereka semua menoleh pada Kyo. Kyo berdehem, “Oh, iya. Hampir lupa.”
Toshiya memerosotkan badannya dari
sofa untuk lebih dekat mendengarkan cerita Kyo. Nampaknya seru. Walaupun banyak
bohongnya, sih LOL
“Cerita apa sih? Cerita itu lagi
ya?” Toshiya antusias.
Kyo melihat mereka semua dengan
senyum bangga. “Hehe..”
Suasana mulai hening saat Kyo mulai
menceritakan kisah mengenai keanehan lantai empat yang jarang sekali terdengar
oleh orang.
“Kalian masih ingat tidak dengan
pusat perbelanjaan di kawasan XXXX yang waktu liburan musim panas kita datangi
kemarin?”
“Oh, iya aku ingat. Yang saat itu
kau dehidrasi dan hampir pingsan di jalan itu kan Kyo?” kata Die tanpa merasa
bersalah. Wajah Kyo memerah, “Jangan inget bagian yang jeleknya doang dong,
Bung!” protesnya. Die tertawa kecil.
“Jadi bagian apanya yang mesti
diingat?” Toshiya mulai penasaran.
“Pusat perbelanjaannya.” Kata Kyo.
“Pusat perbelanjaan itu biasa saja,
lebih lengkap di Shibuya.” Celetuk Kaoru.
“Heh, maniak gundam! Bukan soal
itunya!” Kyo emosi, teman-temannya telmi semua! “Maksudku, ingat tidak waktu
kita naik lift dan kita tidak melewati lantai 4!?”
“Oh, aku ingat!” Shinya menepuk tangannya,
“Iya, waktu itu aku sempat bingung karena dari lantai 3 langsung ke lantai 5.”
“Shinya, kamu pandai!” puji Kyo
memberi jempol.
Setelah suasana agak sedikit tenang,
Kyo melanjutkan ceritanya kembali. “Kalian masih ingat dengan Yuichi?”
“Hahaha, si juragan konter hape!”
Die bersemangat. Iyalah, dia pernah dikasih pulsa gratis LOL
“Yuichi pernah cerita padaku, bahwa
salah satu rekan kerjanya yang sama-sama membuka toko di sana menghilang tak
berbekas.”
“Waaaaah? Siapa tuh?!”
“Kenapa Yuichi gak cerita padaku?”
Kaoru menggerutu.
“Awalnya Yuichi tidak mau cerita,
tapi akhirnya dia cerita juga. Karena dia merasa sudah tidak betah membuka toko
di sana.” Jawab Kyo.
“Kudengar, Yuichi memang sedang
mencari lahan baru untuk usaha sih. Pantas saja.” Kaoru berkomentar.
“Tapi bukannya gedung perbelanjaan
sudah dikosongkan karena akan diruntuhkan kan?” sambung Die.
“Itu dia,” Kyo membenarkan ucapan
Die. “Jadi apa yang terjadi sebenarnya?” lanjut Die.
Kyo menghela, “Jadi begini, enam
tahun lalu beberapa hari setelah launching gedung saat itu…”
Enam tahun lalu seorang pria bernama
Yuichi membuka usaha pertokoan ponsel di sebuah pusat perbelanjaan. Yuichi
adalah kakak tetangga yang tinggal di sebelah rumah Kyo dan Kaoru ketika mereka
masih SMP, sehingga saat mereka bertemu dengan kedua anak itu dengan senang
hati dia mengajaknya ke toko. Musim panas tahun kemarin, mereka bertemu lagi. Kali
ini dengan formasi lengkap, lengkap dengan Toshiya yang kepo, Shinya si penakut
dan Die si Joker. Awalnya sih tidak ada yang berbeda, hanya saja saat itu
Yuichi sedikit mengeluhkan tentang suasana tempatnya bekerja. Apalagi ada
keanehan yang sempat ia alami beberapa bulan terakhir.
“Rekan kerjaku yang bernama Shintaro
mendadak menghilang dan tidak ditemukan di manapun.” Ujar Yuichi.
“Loh, memangnya dia kemana?”
“Entahlah, teman-teman, keluarga
bahkan polisi sudah mencarinya tetapi dia tidak ditemukan juga.”
“Apa dia …tewas?”
Yuichi menggeleng, “Tidak tahu. Tapi
kurasa dia berada di sekitar sini.” Kata Yuichi hampir berbisik.
“Kenapa kau bisa bicara begitu?
Terus bagaimana bisa Shintaro menghilang?” Kyo penasaran.
“Shintaro sebetulnya sudah
menghilang beberapa tahun lalu. Tepatnya genap setahun setelah pusat
perbelanjaan ini berdiri. Toko Shintaro di sebrang situ.” Yuichi menunjuk
sebuah toko elektronik yang berada di belakang Kyo. “Lalu?” Tanya Kyo.
“Aku ingat sekali, malam itu setelah
kami berbincang-bincang sambil minum di toko, dia mendapat sebuah telepon dari
istrinya yang memintanya segera pulang. Setelah itu ia berpamitan padaku.”
Saat itu jam menunjukan pukul 10.35
malam, dan semua toko telah tutup. Mungkin hanya Yuichi saja yang masih tinggal
di sana. Saat dia hendak menutup toko, ia melihat kunci Shintaro tertinggal.
Oleh karena itu ia menelpon Shintaro secepatnya.
“Moshi-moshi!” suara Shintaro
terdengar di sebrang line.
“Oey, Shin-kun, kau melupakan kuncimu?”
“Eee…?” tertinggal sebuah jeda
sebentar sampai akhirnya suara Shintaro terdengar lagi, “Oh, kau benar juga.
Itu kunci apartmenku.”
“Kau mau menunggu di bawah? Sebentar
lagi aku selesai menutup toko.” Kata Yuichi.
“Hum, apakah itu akan merepotkanmu?”
saat itu Shintaro akan memasuki lift.
“Tidak juga.”
“Kalau begitu..krrsk..krrsk…”
“Oey, Shin-kun, kau oke?”
“Aku di dalam lift, jaringannya
sedikit buruk… krrskhh…”
“Baiklah, aku akan menunggu di
basement.”
“Oh, ini aneh…krrsk..”
“Shin-kun…?” Yuichi terhenti, ia
kembali memanggil Shintaro. “Shintaro, kau baik-baik saja?!”
“Oh…oh, ya…!” jawabnya, Yuichi
merasa lega. “Eh, liftnya berhenti…?” kata Shintaro.
“Huh?”
Saat Shintaro mendongak, tombol lift
mati, ia tak tahu ada di lantai berapa sekarang. Yuichi mampu mendengar suara
Shintaro walaupun suara telepon mereka sedikit terganggu.
“Shintaro…? Kau baik-baik saja?”
“Ah, ya… liftnya mati.”
“Kau terjebak?”
“Tidak, tidak, untungnya liftnya
segera terbuka. Tapi aku tidak tahu sudah di lantai berapa. Aku akan
menggunakan tangga darurat saja.”
“Oh, syukurlah. Kalau begitu
kutunggu di basement.”
“Ya, sampai bertemu di basement.”
Dan percakapan singkat mereka berhenti
sampai di situ. Mendengar bahwa lift macet, tadinya Yuichi hendak menggunakan
tangga darurat. Namun saat ia melewati lift, pintu lift mendadak terbuka dengan
sendirinya. Kalau mengingat ia berada di lantai 7, menggunakan tangga darurat
sekarang bukanlah keputusan yang bagus. Maka dari itu, Yuichi masuk ke dalam
lift dan turun ke lantai basement.
Saat ia sampai di basement, ia
melihat mobil Shintaro masih terparkir tak jauh dari mobilnya berada. Namun
sang pemilik mobil sama sekali tak nampak batang hidungnya. Akhirnya Yuichi
memutuskan untuk meneleponnya lagi.
“Tuut. Tuut. Tuut.” Nada awal
teleponnya tersambung namun tidak terangkat. Begitu terus hingga Yuichi sedikit
bosan. Karena sudah hampir 8 kali dia menelepon Shintaro tak kunjung mengangkat
teleponnya. Yuichi mulai sedikit khawatir dan mendatangi penjaga basement yang
bertugas. Dia menanyakan perihal Shintaro, namun sang petugas sama sekali belum
melihat siapapun yang turun dari lift ataupun pintu tangga darurat. Hal yang ia
khawatirkan adalah Shintaro jatuh dari tangga dan tak sadarkan diri. Maka ia
pun menceritakan hal tersebut ke penjaga dan melaporkan ke bagian keamanan
gedung.
Tetapi hingga dua hari dilakukan
pencarian, Shintaro tidak kunjung ditemukan di manapun. Semua kru keamanan
melakukan pengamatan lewat CCTV dan menyisir setiap lantai di gedung tersebut,
tetapi sama sekali tak ada hasil. Sejak saat itulah Shintaro menghilang.
“Sampai saat ini mereka tidak bisa
menemukannya.” Yuichi kelihatan sedikit murung.
“Itu aneh sekali. Apa kau sama
sekali tidak mendapat kabar lagi darinya setelah itu?” Tanya Kyo. Ia prihatin
sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi dengan Shintaro.
Tapi melihat gelagat aneh Yuichi,
nampaknya ia mengetahui sesuatu.”Yuichi-san…?”
“Kyo, berjanjilah kau tidak akan
menceritakan ini pada siapapun.” Bisik Yuichi, kening Kyo mengerut. Dan benar
memang ada sesuatu yang Yuichi ketahui tentang hilangnya Shintaro saat itu.
“Sebenarnya, beberapa bulan lalu,
aku mendapatkan sebuah pesan singkat dari nomor Shintaro. Aku tidak tahu apakah
pesan itu ditulis olehnya atau entahlah, tapi…”
“Apa isi pesannya?” Kyo antusias.
Wajah Yuichi kelihatan gusar,
nampaknya isi pesannya sedikit membuatnya ketakutan. “Dia bilang bahwa dia
menunggu di lantai 4.”
Kyo terdiam. Bagaimana mungkin
Shintaro menunggu di lantai 4 sementara di gedung itu sama sekali tidak ada
lantai 4-nya?
Semenjak itulah, Yuichi berganti
nomor telepon agar tidak mendapat terror dari Shintaro. Walaupun ia kasihan
dengan apa yang terjadi padanya. Bahkan ia sempat berpikir bahwa mungkin
Shintaro masih hidup, namun ia terperangkap pada sebuah dunia yang tidak bisa
dilihat atau ditemukan oleh orang lain. Oleh karena itulah hingga sekarang
Shintaro tak kunjung ditemukan. Tapi selain rasa simpatinya, sesungguhnya
Yuichi merasa ketakutan.
“Dan Yuichi akhirnya memutuskan
untuk menutup tokonya dan pindah ke distrik lain.” Jelas Kyo.
“Apakah Yuichi-san masih diganggu
sampai sekarang?” Tanya Shinya.
“Entahlah, dia tidak banyak
membicarakan hal itu lagi.”
“Ternyata dia mengalami hal yang
seperti itu.” Kaoru berkomentar.
“Tapi tahun mendatang lokasi itu
memang akan diruntuhkan dan dibangun pusat taman bermain kan?” ujar Die.
“Ah, aku jadi merinding.” Shinya
mengusap kedua lengannya.
“Tenang, Shin, ada aku.” Die
terkekeh.
“Huuu!”
“Tapi aku merasa kasihan pada
Shintaro-san, kalau benar dia masih hidup dan terperangkap di dunia yang tidak
bisa kita lihat, sementara gedungnya akan dihancurkan, bagaimana dengan
nasibnya?”
Mereka semua terdiam.
“Anou…” Toshiya mulai bicara. “Kasus
seperti itu kayaknya memang ada.” Katanya.
“Apa maksudmu?” Tanya ketiganya
bersahutan.
“Apa di sini juga pernah terjadi hal
begitu?” Tanya Kyo dengan mata berbinar. Sayangnya, Toshiya menggeleng. “Bukan
di sini, tapi di tempat lain.”
“Horee! Toshiya punya cerita lain!”
Kyo bahagia.
“Aku sebetulnya agak ngeri
menceritakannya karena hal itu berhubungan langsung dengan pekerjaan Paman J.”
“Eeh…?”
“Sebenarnya, selain akan membangun
gedung perkantoran di distrik XXXX, Paman J juga akan membangun gedung sekolah
di tanah bekas gedung asrama di sebuah universitas lama yang sudah tidak
terpakai. Beberapa hari lalu Paman J baru sembuh dari sakit. Sewaktu
menjemputnya ke rumah sakit, aku mendengar percakapan beberapa teman pekerja
proyek yang datang menjenguk. Mereka mengatakan mendengar gossip aneh tentang
gedung asrama itu.”
“Apa itu?!!”
“Gedung asrama itu seharusnya sudah
diruntuhkan sejak tahun lalu, tapi pengerjaannya terhambat karena selalu
mengalami kejadian aneh.”
“Gyaaa!!! Ceritakan padaku Toshiya!!
>.<!!” Kyo antusias tak terkontrol XD
“Jadi ceritanya begini, ”
Sebagai seorang arsitek, bukanlah
hal yang aneh jika sang arsitek mengunjungi lokasi tanah yang hendak ia bangun
untuk melihat kondisi sekitar dari lokasi pembangunan. Saat itu tempat itu
masih setengah gedung yang telah diruntuhkan, hanya saja beberapa mesin
mendadak berhenti ketika akan menghancurkan bangunan di lantai empat.
Pendulum besi yang biasa untuk
menghancurkan gedung tiba-tiba mati secara misterius. Kemudian, sang supir yang
mengendarai mesin tersebut selalu berakhir sakit keesokan harinya. Karena
mendengar berita inilah J ingin membuktikan sendiri mengenai kejadian aneh yang
dialami para pegawai di proyek. Ia nekat mengemudikan mesin penghancur itu
untuk merobohkan banging tersebut, tetapi hal yang sama terjadi padanya. Mesin
mati secara tiba-tiba. Bahkan setelah pulang dari proyek, kondisinya berubah
drastis bahkan ia mengalami kecelakaan kecil yang membuatnya harus dilarikan ke
rumah sakit.
“Paman J dirawat di rumah sakit
selama 3 hari karena tulang kakinya bergeser dan mengalami keseleo. Untungnya
tak parah. Tapi mendengar ceritanya yang seperti itu aku jadi ngeri juga.”
Ungkap Toshiya.
“Lalu bagaimana dengan nasib gedung
itu?” Tanya Die.
“Sang pemilik tender akhirnya
memutuskan untuk menghancurkan gedung itu menggunakan peledak. Akhirnya gedung
itu telah runtuh dan proyek bisa dilaksanakan.”
“Ooh, begitu. Syukurlah.”
“Dan anehnya, kabar yang kudengar
bahwa sebetulnya di asrama tersebut seharusnya tidak ada lantai 4. Yang mereka
hendak hancurkan adalah lantai 5, tetapi secara hitungan kasat mata posisinya
berada di lantai 4.”
Mereka semua terdiam.
“Itu aneh sekali.”
“Ooh, Yuichi pernah bilang padaku,
bahwa menurut kepercayaan orang sebrang, angka 4 adalah angka sial bagi mereka
yang percaya dengan cerita jaman dulunya. Ya, diibaratkan angka 4 itu seperti
angka 13 bagi kita. Maka dari itu banyak pengusaha yang berasal dari sebrang
jarang ada yang mau menggunakan angka 4 untuk pembangunan apapun.” Jelas Kyo.
“Lalu…?” Kaoru bersuara.
Mereka semua menoleh ke arah Kaoru.
“Apa?”
“Berarti kau tinggal di gedung yang
tidak ada ‘lantai empat’nya dong.” Kata Kaoru sambil menggerakan kedua jarinya.
“Urgh!!”
Kyo dan Die terkikik geli melihat
ekspresi kaget dari Toshiya yang baru sadar. Sementara Shinya kelihatan
prihatin namun tak bisa menghilangkan perasaan gelinya juga.
“Awas ya, Kao!!”
The End
yehahaha. aku jg penganut antiangka 4 wkk. endingnya lega mbak, tapi aku jd takut gini deh.. wkkk
BalasHapus*toss
Hapusaku sih pernah denger cerita ini pas kecil. Masih inget aja kalo yg horror2, hahahaha!
Tapi tenang aja, yg penting percaya kepercayaan aja :D