expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

07 Juni 2013

23:23 (Part 1)




Title : 23:23
Author : Duele
Finishing : Okt '10
Genre : Horror, Thrill
Rating : PG15
Chapter(s) : 1/3
Band(s) : Dir en grey
Pairing(s) : KaoruxToshiya
Disclaimer : The Amityville House
Summary : Toshiya dan Kaoru pindah ke rumah baru mereka.
Backsound : Change (In the House of Flies) by DEFTONES

Note Author : Welcome October and Happy Halloween! :D Senangnya masuk ke bulan icon Halloween ini. Karena dasarnya saya memang penggemar berat acara ini, maka saya sengaja menyempatkan diri untuk membuat sebuah cerita genre horror dari sebuah true story. Ngomong-ngomong True Story, ada yang tahu tentang kutukan Rumah Amityville? :D
Cerita sungguhan yang sudah pernah di novelkan dan di buat movie-nya. Cerita ini juga jadi salah satu cerita horror klasik favorite saya :D
So, what is 'The Amityville House'? Check it!!!


~*~

Hihihi...

Tik! Tik! Tik!

Hihihihi..

Tik! Tik! Tik!


"Hhhh...haahh...hhhh...hkks.."

Ringkih suaranya terdengar menyayat, memecah kesunyian malam yang berbalut dengan kabut tebal di sekitar rumahnya. Gelap, kelam, tak terlihat.
Kesunyian total menyelimutinya.


"Hhhh....hhahahh...hhs...ssshhh...."

Kerongkongan yang tercekat bak tercekik dengan keringnya seluncur saliva yang seolah tak meleleh dalam mulutnya. Dengan getar hebatnya, menaklukan hangatnya tubuh berubah menjadi bekunya tubuh. Mengapit diri di kegelapan, memeluk dirinya sendiri, bersembunyi darinya. Dia. Dia yang mengejarnya!

Matanya menyisir setiap inchi ruangan gelap itu, ruang gelap tempat tersempit yang menurutnya aman dari kejarannya. Dia. Dia yang mengejarnya!
Mengamati setiap sisinya, melihat dengan mata penuh ketakutan dan waspada yang tak bisa ia kendurkan, demi menghindarinya. Dia. Dia yang mengejarnya!

Tubuhnya menggigil, bukan hanya karena dinginnya sweater yang lepek karena basahnya hujan, namun karena menahan takut dan lelehan keringatnya yang mengucur. Bersiaga darinya. Dia. Dia yang mengejarnya!

Mempersempit ruang geraknya, memperkecil volume suaranya yang meringkih, mempertajam pendengaran dan penglihatannya akan semua benda di hadapannya. Berwaspada, waspada dari dia! Dia. Dia yang mengejarnya!


Cklek!

"Hh!!!"

Matanya membulat, sangat bulat. Mata indah yang di paksa untuk lebih sigap memperhatikan knop pintu yang kini berputar ke arah kanan mencoba untuk menemukannya.

Itu dia!

Gulp!
Dia tak mampu menyembunyikan ketakutan terbesarnya, ketika semakin lama dia semakin mendekat.

Grep!
Dibalik tangannya yang memeluk tubuhnya, tersembunyi satu lagi sisa kekuatannya. Semburat sinar menyala ketika tangannya mengangkatnya ke udara. Cahaya memukau ketika guntur menyentuh bumi dan meminjamkan cahayanya, bertepatan dengan dia yang kini total berdiri dan menatapnya...

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKHHHHHHHHH!!!!"


..........


"Toshiya!"

Pemuda itu menoleh dengan senyumnya. Di sana seorang pemuda manis dengan rambut pirang keemasannya berdiri dengan wajah sendunya.

"Aku akan merindukanmu." ujarnya.

Toshiya terkikik.

"Ooh, ayolah Shinchan. Kau seperti mau melepasku kemana saja." candanya dengan tawa sambil merangkul pemuda tersebut. "Aku hanya pindah rumah, bukan keluar dari Band!" tuturnya sambil mencubit pipi si manis itu. "Lagipula aku tidak akan sendirian kan?" ujarnya beralih menatap seseorang di sana, membuat Shinya juga menoleh pada seorang pria bertattoo yang kini tengah sibuk mengangkat barang.

"Aku senang kau bisa tinggal dengan Kaoru sekarang." jawab Shinya kembali beralih padanya.
"Aku juga senang ^^" jawab Toshiya.
"Ya, aku tahu." jawab Shinya. "Dari wajahmu bisa kelihatan."
"Hihihihi...." Toshiya hanya tertawa.


"Hey! sedang apa kalian?!" celetuk seorang pemuda berambut cepat hitam kini. "Orang sibuk mengurus barang kalian malah arisan!" omelnya.
"Khas seorang Kyo!" balas Toshiya sengit sambil memeletkan lidahnya angkuh.

Kyo meluncurkan tinju jarak jauhnya ketika Kaoru dan Die bersama-sama menyenggol pemuda itu dari pintu.

"Nani!"
"Menyingkirlah dari sana!" ujar Die.
"Kyo, minggir! Sofa ini berat!" Kaoru mengangkat benda tersebut dengan si gondrong di depannya.
"Ngerumpi aja, bukannya pada kerja!" omel Die.
"Ciss!" Kyo mendengus.

Toshiya terkekeh, Shinya hanya tersenyum kecil.

"Bolehkah nanti aku main kerumahmu, Totchi?" tanya Shinya lagi.
"Sure baby~! Bukan boleh lagi, tapi kau memang harus sering main kesana nantinya." jawab Toshiya antusias. Shinya tersenyum lagi.
"Kau tahu Shin..."

Shinya tertegun. Toshiya menatapnya lekat.

"Rumah itu adalah rumah terindah yang pernah kulihat."


~*~


"Masih jauh?" Toshiya bertanya, mulai bosan dengan perjalanan panjang dan sunyi ini.
"Sebentar lagi." jawab Kaoru masih santai berkendara.

Toshiya mulai tak bisa tenang, berkali-kali dia memainkan sesuatu. Melihat kearah kiri-kanannya. Berceloteh tak tentu arah. Rasanya Toshiya ingin sekali benar-benar sampai di rumah barunya.

"Kau sudah tidak sabar?" tanya Kaoru tanpa melihatnya dan lebih fokus pada jalan.
"Yap! Aku mau cepat sampai dan menata rumahnya. Aku mau meletakkan kamar studio di ... "

Begitu.
Semua angannya tentang kondisi rumah impian yang selama ini dia idamkan. Dia tumpahkan semuanya pada Kaoru. Yeah. Hanya pada Kaoru. Hanya pada pria itu, karena dialah yang paling mengerti keinginnya. Dan pria itu jugalah yang menghadiahkannya sebuah rumah yang sangat indah.

Sebuah rumah besar di pinggiran, sedikit masuk ke lembah ngarai dengan tingginya pepohonan dan rimbunnya hutan. Rumah bergaya barat yang sangat Toshiya sukai entah mengapa. Dengan danau pribadi dan sebuah garasi boats pribadi untuknya yang menyukai nyamannya bermain dengan air.

Kaoru memberikan semuanya.
Semuanya...


Shaa!

Toshiya berdiri didepan sebuah rumah besar dihadapannya.

"Sampai..."

Sebuah rumah berfondasi kayu bergaya barat klasik yang Kaoru hadiahkan tepat ketika hari lahirnya setahun lalu. Dan baru kali ini Toshiya benar-benar menapaki rumah itu dengan kakinya sendiri. Toshiya benar-benar takjub sampai tak mampu berkedip rasanya ketika rumah itu benar-benar berdiri di hadapannya, hal yang lebih nyata ketimbang sebuah gambar photo yang Kaoru perlihatkan dulu.

Rumah yang bagus. Nyaman dilihat walaupun sebenarnya, Toshiya merasa rumah ini mampu 'menatap'nya.

Tap.

Syuuuu~

"Ah."

Toshiya tertegun sejenak ketika pertama kali menginjakkan kakinya disana. Tepat di ambang pintu masuknya, Toshiya terhenti. Sementara Kaoru sibuk dengan beberapa tukang pemindah barang yang sudah bekerja sebelum kedatangan mereka.

Toshiya melihat isi bangunan tersebut, di hadapannya tepat berdiri sebuah anak tangga yang menuju kamar-kamar di lantai dua. Toshiya tercenung sebentar.

Duk!

"Awh, maaf." seorang tukang membuyarkan pikiran Toshiya dengan senggolannya tatkala pemuda itu sempat merasa ada sesuatu yang aneh menyelimutinya.

Perasaan aneh.


"Toshiya."

Toshiya melirik, Kaoru berjalan kearahnya dengan santai.

"Ne? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.

Toshiya diam, "Um! Na-ah!" Toshiya menggeleng sambil tersenyum.

"Ayo, kedalam." ajaknya. Membawa Toshiya kedalam rumah. Lebih dalam menapaki isi bangunan tersebut. Ketika Toshiya hanya mampu menoleh sekitarnya dengan sesuatu yang masih menempel di benaknya.

Perasaan apa tadi?

Hihihi...


~*~


"Nah! Selesai!" Toshiya selesai menata ulang ruang keluarganya dengan meletakkan vas bunga berwarna putih susu itu diatas meja. Ada sebuah cermin bulat disana yang memperlihatkan sosok Kaoru yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Besok ajak yang lain kesini yah!" Toshiya mendatangi Kaoru dengan girang, mendadak dia punya ide bagus.

Kaoru menggeser duduknya ketika Toshiya mendaratkan diri disebelahnya. "Kau punya rencana bagus?"

"Aku mau kita buat pesta barbeque~" usulnya. "Di samping rumah kan ada danau, kurasa menyenangkan kalau kita buat pesta makan semalaman dengan mereka." jelasnya lagi.

Kaoru manggut-manggut, dia rasa rencana Toshiya ada benarnya. Sekalian memperlihatkan rumah baru mereka pada ketiga bandmatesnya agar tahu alamat mereka yang sebenarnya.

"Gimana?" tanya Toshiya meminta ijin.
"Kau mau kapan?"
"Besok."


~*~


Toshiya berjalan keluar rumah untuk mencari sesuatu di sekitar rumahnya ketika Kaoru memutuskan untuk pergi belanja. Hal yang Kaoru tak sukai namun dia harus melakukannya sendiri karena Toshiya berkeras tak ingin ikut. Hal yang tak biasa.
Itu karena Toshiya mau mencari peralatan barbeque mereka yang kata Kaoru terletak di gudang.

"Gudang." Toshiya menggumamkan tempat itu sambil kembali masuk kerumah.

Nyatanya gudang yang Kaoru beritahu padanya bukanlah sebuah bangunan tersendiri yang biasa. Melainkan sebuah ruang bawah tanah yang terletak dibawah rumah mereka.

"Wow!" Toshiya takjub benar begitu membuka ruangan usang di balik sebuah pintu yang tak pernah dibuka sebelumnya.

Krieet!
Toshiya menuruni anak tangga kayu tersebut, suara decitannya cukup mengganggu. Maklum saja, rumah ini memang cukup tergolong tua. Mungkin saja tangga gudang mereka umurnya sudah setara dengan umur Toshiya juga.

Disana banyak sekali barang-barang lama yang sudah tak terpakai, tergeletak sembarang dengan debu dan sarang laba-laba. Toshiya mengibaskan tangannya ketika benang-benang kecil dari hewan berjaring itu mengenai tubuhnya. Matanya menyisir ruangan sekitar.

"Dimana alat pemanggangnya?" gumamnya mencari-cari.

Toshiya mencarinya, menelisik barang-barang tak terpakai itu dengan cermat. Namun hasilnya nihil, dia sama sekali tak melihat alat pemanggang mereka.

"Jangan-jangan Kaoru emang ngga punya alat pemanggang =__="

Toshiya segera merogoh sakunya, mengambil ponselnya untuk menghubungi pria tersebut. Niatnya adalah agar Kaoru sekalian membelikan alat pemanggang baru untuk mereka. Namun...

Syuuu~

"!!" Toshiya menoleh spontan kebelakangnya.

Pemuda itu tertegun sejenak, membisu. Tubuhnya merasakan sesuatu.

"Angin?" batinnya.

Benarkah diruangan lembab seperti ini ada angin sesejuk tadi? Toshiya mendongak pada lubang ventilasi kecil di sisi kanan dan kirinya.

Tik!

Toshiya kembali terdiam, telinganya menangkap bunyi sesuatu yang aneh.

Tik! Tik!

Toshiya menoleh ke sekitarnya.

Tik! Tik! Tik!

Suara apa itu? Batinnya.
Kakinya melangkah menuju sebuah kursi goyang usang yang sedikit bergerak.

Tik! Tik! Tik!

Suaranya dari sana. Maka Toshiya semakin mendekatinya dan matanya menangkap sebuah benda kecil yang tergeletak disana.

"Jam?"


~*~


Toshiya meletakkan jam tua itu di meja samping ranjangnya. Jam tua yang kelihatannya masih bagus dan Toshiya menyukainya. Mungkin ini jam dari pemilik sebelumnya dari rumah ini.

"Kamu sudah menelpon Shinya?" suara Kaoru mendadak mengejutkannya.

"Ah! Belum!" Toshiya spontan mengambil ponselnya ketika Kaoru kembali keluar kamar sambil menenteng kantung belanjaannya.

Toshiya menyingkir dari ranjangnya demi menelpon Shinya, meninggalkan benda kecil itu bernyawa di samping ranjangnya.

Tik! Tik! Tik!


~*~


"Rumahmu norak!" komen Kyo XDD

"Kyo yang norak!" balas Toshiya.
"Hahahahahaha!" suara ledakan tawa itu justru membuat mereka larut dalam suasana kegembiraan ini.
"Menurutku rumahmu hebat, Totchi!" puji Shinya.
"Thanks baby~ emang cuman kamu yang ngerti aku." Toshiya merajuk sambil melirik Kyo.

"Hey! Kalian gila!" Die menyambar. "Beli speedboat juga?!!!" Dia terkagum ketika kembali dari garasi air di dekat danau.

Kaoru hanya terkekeh ketika Die menoleh padanya. "Hehehehe..."

"Dasar tukang pamer!!" Die merutuk penuh rasa iri.

Toshiya hanya menyeringai. Dan pesta kecil di pinggir danau itu benar-benar membuat liburan mereka terlewati dengan kata menyenangkan. Dan Toshiya memang merasa sangat senang bisa tinggal di tempat yang senyaman ini.


~*~


Toshiya membuka matanya pagi itu. Ketika udara dingin mulai terasa menusuk kulitnya yang hanya terbalut selimut. Didekatnya Kaoru masih menutup mata, dengan dengkuran pelannya. Lucu!

"Hihihi... muah!" kecupan pagi itu mendarat mulus di pipi pria berjenggot itu.

Kring Kring!

Toshiya menoleh ketika mendengar suara yang mirip dengan bel sepeda. Dia beranjak mendekati jendela dan membuka tirainya. Di bawah sana, tepatnya di depan pagar rumahnya seorang pemuda asing berhenti dengan sepedanya. Di keranjangnya tertumpuk banyak sekali surat kabar.

Toshiya menemuinya.

Cklek!

Dia benar keluar rumah demi menemui pemuda asing berambut pirang yang kelihatannya masih remaja tersebut.

"Morning!" sapa Toshiya sambil tersenyum.

"Ah, ternyata benar ada orangnya." ujarnya.

"Eh?" Toshiya aneh. "Iya. Aku penghuni baru disini." jawabnya.

Pemuda pirang itu mengambil sebuah surat kabar dari keranjang sepedanya.

"Oh, penghuni baru." ujarnya sambil menyerahkan koran pagi tersebut.
"Ya ^^" Toshiya menerimanya. "Kenalkan, aku Toshiya." Toshiya mengulurkan tangannya.

Pemuda asing itu terdiam. Namun akhirnya menjabat tangan Toshiya. "Aku Gilbert. Penjual koran di sini." jawabnya aneh; sepertinya ada keraguan dan kesan takut.

"Apa setiap hari kau yang memasok koran pagi?" tanya Toshiya berbasa-basi.
"Ya." dia mengangguk.
"Boleh aku berlangganan koran pagimu? ^^"

Gilbert menatap pemuda di depannya. Toshiya sangat ramah sekali. Hingga akhirnya Gilbert mengambil sesuatu dari keranjang sepedanya.

"Isilah formulir ini."
"Baik."

Toshiya segera menuliskan namanya disana dan memilih paket pengiriman koran yang ia kehendaki.

"Ini." Toshiya menyerahkannya, namun matanya aneh melihat Gilbert yang sedari tadi menengok kearah bangunan rumahnya yang telah di renovasi.
"Ada yang salah?" tanya Toshiya.
"Ah, tidak!" pemuda itu menggeleng kencang.

Sampai akhirnya dia pergi mengayuh sepedanya terburu-buru setelah menerima formulir koran itu dari Toshiya.

"Bocah aneh." gumam Toshiya berbalik.

Tapi matanya juga melirik rumahnya yang memang nampak hidup, dengan dua jendela yang menyerupai seperti 'mata'

"Kaoru..." Toshiya menangkap sosok pria itu melihatnya di jendela kamar.

Drap! Drap! Drap!

Toshiya segera naik kelantai atas, membuka pintu kamarnya dan mendapati Kaoru yang masih lelap dengan tidurnya.

"Ayo bangun!" Toshiya menjatuhkan dirinya di sana, menghimpit Kaoru yang berpura-pura tidur. "Kaooooooo~~~ jangan pura-pura, aku tahu kau sudah bangun~~~" Toshiya memeluknya di ranjang.

"Ng,.. jangan sekarang Toshiya, aku masih ngantuk." Kaoru tak menggubrisnya, bahkan tak mau membuka matanya.

"Jangan tidur lagi~ ayo banguuuuun." Toshiya menganggunya XD

Kaoru tetap tak mengindahkan permintaannya. Toshiya semakin gemas, menindih pria tersebut dengan bobot badannya. "Kalau ngga mau bangun, ku tindih!" ancamnya kekanakan XD

"Auuuhhh Toshiya~~~" Kaoru mulai sesak XDDD
"Bangunlah!" pintanya. "Sudah bangun jangan tidur lagi!" paksanya.

Akhirnya Kaoru membuka matanya. Menatap Toshiya sebentar. "Kapan?"

"Hee?" Toshiya mendelik. Menatap Kaoru dengan mata serius dan herannya. Kenapa suasananya jadi aneh.

Hingga...

SMOOOCCHHH !!!!

Kaoru memagut Toshiya mendadak.

"Curaaaangggg!!!" jerit Toshiya.

Kaoru tergelak.


~*~


Sore itu Toshiya baru saja kembali latihan dari studio. Hari ini pemuda tinggi pulang lebih sendirian tanpa Kaoru yang masih memiliki urusan lain. Sambil menenteng kantung belanjaannya yang di penuhi dengan berbagai camilan dan beberapa kerat bir untuk persediaan beberapa hari ke depan. Toshiya turun dari mobilnya. Menaruh beberapa belanjaannya di depan rumah ketika pemuda itu sibuk merogoh sakunya untuk mencari kunci rumah.

"Ah!"

Tluk!

Kunci itu terjatuh dari tangannya. Terpental dari lantai kayu itu hingga jatuh ke tanah. Toshiya menoleh panik dan langsung menaruh semua belanjaannya ke lantai ketika pemuda itu bergegas turun ke tanah. Dan ketika pemuda itu hendak memungut kuncinya, kuncinya telah hilang!

Toshiya justru terkejut melihat sesuatu di bawah kakinya. Berbulu dan memiliki mata indah.

"Puppies!" serunya. "Kawai!!!"

Dia memungutnya, kunci itu tergigit di mulut si anjing kecil yang mungkin saja mau menolong pemuda itu ketika panik.

"Ne~ dimana majikanmu?" Toshiya melihat sekelilingnya, mungkin majikannya di sekitar sini.

Toshiya berjalan mendekati pagar rumah, tak jauh di depannya ada jalan besar. Namun di sekelilingnya sama sekali tak ada siapapun kecuali dirinya. Benar-benar sepi.

Guk!

Toshiya tersenyum kecil.


~*~


"Oh, ayolah Kaoo~" Toshiya merajuk.

Kaoru masih bergeleng menolak.

"Onegaaaiii~" Toshiya memohon.

"Lebih baik kau titipkan saja pada Shinya." ujar Kaoru memutar-mutar channel tivinya.

Kaoru memang kurang suka dengan binatang peliharaan. Bukannya tidak suka, hanya saja pria bertattoo itu tak mau repot mengurus binatang peliharaan seperti anjing atau kucing. Dan kini Toshiya sedang memohon padanya supaya anjing kecil yang dia temukan bisa tinggal di tempat mereka sementara.

"Aku berjanji aku akan mengembalikannya begitu majikannya mencarinya." ujar Toshiya.

Kaoru menghela berat sambil memutar bola matanya.

"Kaoruuuuu~" Toshiya merengek.

"Tapi kau yang mengurusnya."

Ah! Akhirnya Kaoru memberi ijin!! ^o^//

"Iya!"

Happy Toshiya :D


~*~


Tik! Tik! Tik!

Hhh....

Tik! Tik! Tik!

Haaa...

Tik! Tik! Tik!

Hhaaa...

Tik! Tik! Tik!

23:22

Tik! Tik! Tik!

Tik! Tik! Tik!

23:23

"..."

Toshiya membuka matanya.

"Mimpi." gumamnya.

Matanya melirik Kaoru yang masih terlelap di sisi ranjangnya. Jam berapa sekarang? Batinnya sambil melirik ke arah jam mungil yang dia temukan di gudang bawah tanah. Hampir tengah malam.

Toshiya menghela, entah mengapa pemuda itu merasa sangat sadar dan tak bisa kembali menutup matanya.

"Uhhm.. tenggorokanku kering."

Bats!
Toshiya menyibakkan selimut tebalnya dan keluar kamar.

Turun menuruni anak tangga kayu tersebut. Mengambil sebotol air mineral dari freezernya demi melepaskan dahaganya.

"Hhh..." hanya helaan lega yang tersisa.

Pemuda itu menaruh botolnya, namun hanya diam tak bergerak. Mengamati seisi rumahnya pada malam hari yang terasa begitu sepi tak berpenghuni. Terkadang, Toshiya merasa selain dirinya dan Kaoru ada beberapa 'orang' lagi yang turut tinggal di sini. Entah mengapa Toshiya merasa seperti ada orang lain di rumahnya. Orang lain yang kasat mata namun Toshiya sadar betul keberadaannya.

"Hantu?" Toshiya menyeringai. "Besok kubuat cerita seram buat Kyo!" gumamnya usil lalu meninggalkan dapur.

Hhhaaa...

Mendadak Toshiya menghentikan langkahnya. Menoleh kembali pada dapurnya yang kosong. Perasaannya semata atau...
Toshiya terdiam, lalu kembali.

~*~


"Anak baik!!! Kau habiskan susunya ya~" Toshiya memeluk anjing jenis Shih-Tzu itu setelah sang anjing temuannya mau menghabiskan sarapan paginya.

Kaoru baru saja turun dari kamarnya ketika Toshiya menyapanya semangat.

"Ohayo!" sapanya.
"Ohayo." balas Kaoru, sedikit malas; melihat sang anjing kini berada selalu dalam dekap Toshiya.

"Kao~ anjingnya penurut sekali! Dia menghabiskan sarapannya dan-" Toshiya tak melanjutkan kalimatnya ketika Kaoru melenggang keluar rumah. "Dasar, orang tua~!" dengusnya sebal.


~*~


"Hontou ka?"

Shinya begitu tertarik ketika mendengar cerita baru Toshiya tentang anak anjing baru yang di temukan di rumah. Tak henti dia bercerita tentang binatang peliharaan barunya tersebut. Shinya yang memang dasarnya adalah seseorang yang sangat terobsesi dengan anjing-anjing lucu pun tak bisa luput dari rasa penasarannya terhadap anjing baru milik Toshiya.

Sementara di sudut lain Kaoru hanya sesekali menatap Toshiya yang masih sibuk dengan obrolannya dengan Shinya.

"Senang sih lihat Toshiya senang, tapi kalau soal membagi kasih sayang dengan binatang bisa berdampak buruk seperti ini, harusnya sejak awal aku tidak akan pernah mengatakan 'Iya' padanya. " Kaoru berkomentar prihatin hingga membuat Kyo terkikik.

"Aku sangat mengerti perasaanmu!" dan rasanya hanya Die yang mampu bersimpati atas masalahnya lol

Toshiya senang sekali.

"Eh, kenapa tidak membawa anak anjingnya kemari?" tanya Shinya.
"Kaoru tidak mengijinkannya =__= "
"Jadi kau tinggalkan anak anjing itu di rumah?"

"Iya." Toshiya mengangguk pelan.

Meninggalkannya di rumah menurutnya tak akan ada masalah yang serius. Toshiya tepat meninggalkannya di dalam rumah, jadi dia pastikan anjing kecil itu tak akan kabur kemanapun.


Guk! Guk!!

Suara gonggongan kecil terdengar dari rumah besar Toshiya. Rumah besar dengan mendung gelap yang terlihat gelap gulita tanpa pencahayaan. Lebih mirip rumah hantu jika di lihat selayang pandang.

Guk! Guk!!

Nyalak kecil itu bergerak, mengitari rumah besar. Si anjing tak bernama itu menuruni anak tangga menuju kelantai bawah tempat dimana ruang tamu, ruang keluarga serta ruang-ruang selain kamar pribadi berada.

Hhhhaaa...

Suara yang nyaris terdengar bak bisikan itu terdengar ringkih. Menarik perhatian sang anjing mungil yang memiliki insting kuat sebagai binatang liar. Dia berlari sambil menyalaki sesuatu.

Guk! Guk! Guukk!!!

Lalu berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna coklat tua yang terkunci rapat.

Haaa...

Suara itu datang dari sana.

Guk! Guk! Guk!!

Dan si anjing mengetahuinya, ada sesuatu yang menariknya untuk tetap berdiri di depan pintu tersebut. Dengan rumah yang gelap tanpa siapapun. Kau dengar suara ringkih desah mengalun setiap detiknya.

Guk! Guk!!!

Sang anjing mungil tak akan tahu apa yang sedang dia hadapi sebenarnya, ketika sebuah tangan bergerak dari belakangnya. Merampas tubuhnya ke udara!!!

"NAH!!! Ketemu!!!" seru Toshiya. Pemuda itu memeluk anjingnya gemas. "Apa yang kau lakukan disini sayang? Hey, Ini bukan pintu kulkas." candanya sambil mengusap-usap si anjing.

Guk! Gukk!!

Namun dia tetap menyalak, sayang Toshiya tak menghiraukannya.

"Ayo, makan malam!"

Dan membawanya pergi, meninggalkan pintu yang perlahan terbuka tanpa di bantu siapapun. Tak ada yang sadar?


~*~


"Ini!" Gilbert memberikan satu set koran paginya pada Toshiya yang kebetulan sedang berada di teras rumah pagi itu.

Biasanya, setelah memberikan koran pagi tersebut Gilbert akan langsung pergi dengan tergesa-gesa. Seperti benar-benar ingin meninggalkan tempat tersebut secepat yang dia bisa. Jika biasanya dia berhasil, kali ini tidak. Karena Toshiya sengaja mempersulitnya. Pemuda itu sengaja bertanya macam-macam tentang langganan majalah terbaru. Namun itu hanya siasat saja agar Gilbert tertahan. Toshiya tidak bermaksud jahat, hanya saja Toshiya merasa bocah yang masih duduk dikelas 3 sekolah menengah ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kenapa kau begitu takut berlama-lama di rumahku?" tanya Toshiya ketika itu.

Gilbert nampak kebingungan menjawab, terlintas wajah takut dan bingungnya. Toshiya semakin aneh saja dengan sikap pemuda ini.

"Ada apa?" tanyanya.
"Umm..." Gilbert ingin menjawab, tapi entah mengapa jawaban itu seolah tak bisa dikeluarkannya.

Sesuatu yang dia ketahui tentang rumah ini.

"Katakan saja, tidak perlu takut." desak Toshiya.

Gilbert mendongak pada pemuda itu. "Lebih baik kau cepat tinggalkan rumah ini." jawab Gilbert dengan suara pelan, seolah tidak ingin orang lain mendengarnya.

"Kenapa?" Toshiya tak mengerti.

Gilbert beberapa kali menggigit bibirnya yang tebal.

"Tentang pemilik pertama keluarga ini." ujarnya.

Toshiya terdiam, nampaknya ada yang menarik.

"Ceritakan padaku!" Toshiya antusias. Gilbert menatapnya lekat, mata Toshiya menyiratkan rasa keingin tahuan yang besar.

"Sebenarnya-"

"Toshiya!"

Kedua pemuda itu menoleh kearah rumah. Seorang pemuda yang tak asing bagi Toshiya berdiri di muka rumah.

"Kaoru."

Kaoru mendekat, Gilbert mengambil kesempatan ini untuk pergi. Toshiya panik.

"Hei! Hei! Gilbert!!" panggilnya.

Tapi pemuda pengantar koran itu sudah lebih dulu pergi. Toshiya kini dirudung seribu pertanyaan aneh dalam benaknya. Sebenarnya, ada apa dengan pemilik pertama rumah ini?


~*~


"Jangan-jangan rumah ini ada hantunya." celetuk Toshiya.

"Kamu ini ngomong apa?" Kaoru sengaja tidak mau menggubris. Maklum saja, biarpun bertampang sangar Kaoru anti sekali pada yang horor-horor.
"Habis aku aneh pada bocah itu, dia seperti yang ketakutan kalau mampir kerumah kita. Selain itu dia sempat menyinggung tentang pemilik pertama rumah ini. Jangan-jangan benar mereka mati disini dan arwahnya bergentayangan terus mau menuntut balas-"
"Toshiya!" Kaoru menghentikan omongan pemuda itu. "Jangan langsung bicara yang tidak-tidak! Lupakan soal pemilik keluarga lama rumah ini dan cepat habiskan sarapan pagimu!"

Toshiya terhenyak.
Apaan sih? Kenapa Kaoru malah memarahinya?!

"Aku sudah selesai!" Toshiya beranjak dari meja makannya.

Toshiya sebal!


~*~


"Eh? Pemilik pertama rumah Anda?" suara seorang wanita terdengar berubah ketika mendapat sebuah pertanyaan aneh dari kliennya.
"Saya tahu, rumah yang saya beli adalah rumah second. Saya hanya mau menanyakan soal si pemilik terdahulunya. Anda bisa memberitahu saya, Mrs. Willis?" suara Kaoru terdengar serius.

Mrs. Willis yang ternyata adalah seorang makelar rumah nampaknya cukup terkejut ketika Kaoru menanyakan hal yang seharusnya tidak ditanyakan padanya.

"Ke- Kenapa mendadak Anda bertanya tentang hal ini?"
"Saya hanya mau memastikan rumah saya adalah rumah yang bersih." Kaoru menekankan kalimatnya.

Suara telponnya sejenak hening.

"Tentu saja Mr. Niikura. Rumah Anda tidak pernah memiliki kasus tertentu, hanya saja mungkin sepi dari keramaian karena penduduknya telah banyak memilih pindah ke kota besar. Itu penyebabnya kenapa lingkungan rumah Anda menjadi sangat sepi dan rumah Anda terlihat angker."

Kaoru menghela. "Terima kasih."

Sambungan telepon itu terputus. Kaoru memasukkan ponselnya dan melirik Toshiya yang masih sibuk dengan bass-nya. Sedangkan wanita yang baru saja dia telepon, kini mendadak kebingungan. Di meja kerjanya sebuah kliping dari surat kabar edisi lama tergeletak, menyajikan satu lembaran sobekan kertas tentang sebuah rumah. Rumah yang sangat mirip sekali dengan rumah yang kini ditinggali oleh Toshiya dan Kaoru.

"Hhh..."


~*~


Kaoru masih asyik merapihkan gundam kit-nya sembari duduk di kursi di ruang makan, sedangkan Toshiya terlihat masih sebal dengan pertengkaran mereka kemarin. Sejak Toshiya memulai pembicaraan soal 'hantu-hantu' yang menurutnya bersemayam di rumah mereka, Kaoru justru yang terlihat tidak suka. Entah mengapa.

Jika biasanya Kaoru akan meminta maaf setelah mengomeli Toshiya, kini pria itu hanya diam. Seolah melakukan hal yang sama dengannya. Ngambek!

"Ciss!"

Toshiya memutar-mutar channel televisinya sejak tadi, tapi tak kunjung mendapatkan acara yang menarik. Kalaupun ada, Toshiya tidak akan pernah merasa tontonan itu menarik walaupun itu mini tape demo konser band mereka sekalipun, karena kini hatinya sedang gusar. Sesekali matanya melirik Kaoru yang masih cuek padanya. Lama-lama Toshiya tidak tahan juga!
Maka dengan langkah malas dan ogah-ogahan Toshiya mendekat pada pria bertattoo itu. Kaoru meliriknya.

"Aku minta maaf." tutur Toshiya.

Kaoru hanya tersenyum kecil, namun tidak mengatakan jawabannya. Masih senang mengurus model-model kit-nya.

"Kaooo~" Toshiya merajuk.

Kaoru menghentikan kegiatannya dan mendongak kearah pemuda tinggi itu.

"Aku juga minta maaf soal kemarin." jawabnya.

Toshiya berseri. Pemuda yang memang senang bermanja itu kini mengambil alih, duduk menyamping pada kedua kaki Kaoru, memeluk manja pria tersebut.

"Capek tidak?" tanya Toshiya sambil bermain dengan kancing kemeja Kaoru. Suatu pancingan tersendiri untuk Kaoru.
"Lumayan." jawabnya.

Toshiya cemberut.

"Jadi mau langsung tidur?" kini Toshiya menyatukan kedua kening mereka, menatap bola mata Kaoru yang hitam dan tajam.

Kaoru hanya tersenyum.

...
......


"Aaahh~"

Toshiya hanya bisa mencengkram sisi lengan pria dengan gemas sambil terus mengerang. Erangan yang terus menerus terdengar, sesekali menjadi sebuah rintihan kesakitan ngilu bercampur desah nikmatnya yang tidak bisa Toshiya katakan.

"Aahh!!!" memekik kejut ketika Kaoru semakin menghentakkan tak berirama.

Mata Toshiya memburam, air bening itu selalu menetes.

"Kaoruuu..." ia merajuk.

Dan Kaoru akan selalu mencondongkan tubuhnya pada pria manjanya ketika Toshiya sudah melilit lehernya erat.

"Ennhhh!!!" Toshiya menahan nafasnya yang tersengal, menaikkan sedikit kepalanya hingga mampu memeluk pria diatasnya. "Kaoo.. hhh..." mencium pipi tirus kekasihnya yang masih bergerak terus.

"Aaannhh!!!" mata Toshiya terpejam kuat, tapi kembali normal. Kaoru sengaja membuat permainan ini lebih lama dari biasanya dan membuat Toshiya terkadang membalas perlakuannya dengan menggigiti batas urat leher dan pundaknya.

"Hhss..." dan Kaoru selalu berhasil dibuatnya mendesis geli bercampur senang karenanya. "Dame na~" pintanya, Kaoru tak mau meninggalkan bekas disana. Bukan apa-apa, kaos-kaosnya tidak akan sangat membantunya karena tidak bisa menutupi daerah tersebut nantinya.

"Hihihi..." Toshiya hanya terkikik, tapi kembali menjerit. "Aaaakkhh !!! Nnnh!!!" menahan suaranya kembali ketika sadar Kaoru membalasnya. "Kao! Ooh!!" Toshiya mendekap pria itu kuat-kuat dalam kedua lengannya, selangkangannya bertubi-tubi merasakan hentakkan tak menentu.

"Hhaa...aahhh..." airmatanya kembali memburai, menitik jatuh pada punggung prianya. Dengan mulutnya yang masih menganga karena mengatur nafasnya yang keluar masuk dari mulut, Toshiya sudah tidak bisa melawan.

"Aah! Agh!!"

Sedikit lagi!

Toshiya semakin erat memeluknya dan membuka daerah genitalnya lebih lebar, walau sesekali kedua tempurung kakinya menegang.

"Kao...hhh.."

Dalam semburat cahaya bening yang masuk dari kelopak matanya yang tengah merasakan denyut nikmat, Toshiya menangkap bayang sesuatu tepat di bola matanya.

Hhhaaaa....

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!!!!!!" Toshiya menjerit!!!

Melepaskan dekapan eratnya dan jatuh ambruk menubruk bantalan ranjangnya yang empuk.

"AAAAAAAAAKKKHHHH !!!" Pemuda itu mendadak histeris dan terus menutupi wajahnya hingga Kaoru terkejut dan kebingungan.

"TOSHIYA!" paniknya. "Toshiya!!!!"

"Hantu! Hantu!!!" jeritnya!

Hantu?!

Tidak masuk akal! Kaoru menoleh ke belakangnya. Nihil!! Samping kiri-kanannya pun kosong! Tak ada apapun!!!

"Toshiya!!!" Kaoru kembali pada pemuda yang masih menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya penuh dengan ketakutan.

Hantu apa?!


~*~


Toshiya merunduk, sesekali matanya melirik mencuri pandang pada Kaoru yang masih sibuk dengan stir mobilnya dan jalan di depannya. Wajah serius, tampak sangar dan galak. Sejak semalam mereka bertengkar. Bukan. Bukan bertengkar seperti yang biasa. Semalam Kaoru benar-benar marah pada Toshiya yang menurutnya sudah kelewat batas dalam hal gurauan.

Walau terdengar memalukan karena alasan mereka bertengkar hanya karena tak bisa melanjutkan 'kisah romantis di atas ranjangnya', namun itu cukup membuat Kaoru sangat marah dan jadi kesal!

Tidak ada yang namanya hantu!
Begitu katanya. Kaoru masih tidak mau tahu dengan apa yang Toshiya katakan tentang bayangan wanita semalam. Ya, Toshiya memang mengaku telah melihat sosok wanita dengan wajah menakutkan dengan tubuh bersimpah darah tepat di ruang kamar mereka. Menatapnya dengan mata yang sayu seolah baru saja bangkit dari kematian.


CKIIT!

Mereka sampai di studio. Tepat di basement gedung studio karena kini Kaoru tengah memasukkan mobilnya ke area parkir basement. Pria itu mematikan mesinnya dan bersiap turun dari mobil.

"Kao!" tiba-tiba Toshiya menahan tangannya.

Mulanya Kaoru tak menggubris. Pria itu hanya diam.

"Kaoru, kita bicara dulu." pinta Toshiya memelas.

Dan Kaoru pun kembali duduk tenang di sana. Berusaha sekalem mungkin mendengarkan perihal masalah yang sebenarnya sudah bisa Kaoru tebak.

"Soal semalam-"
"Tidak ada yang namanya hantu!" Kaoru memotong tegas.

Toshiya sudah tahu jawaban ini karena Kaoru selalu mengatakan demikian padanya.

"Maafkan aku."
"Toshiya sudah aku bilang aku tidak mau membahas ini, okeh?!" dan akhirnya, pria yang menjadi Leader bandnya pun meninggalkan Toshiya yang masih termangu di dalam mobil Suzuki hitam tersebut.


~*~


Menyedihkan.

Sudah dua hari sejak kejadian itu. Kaoru masih dingin padanya. Padahal Toshiya sudah mencoba meminta maaf untuk semuanya. Bahkan kalau perlu Toshiya ingin mencoba menebus kesalahannya dengan sekali saja melayani Kaoru, tapi sayangnya pria itu sepertinya tak mau memberikan kesempatan pada Toshiya. Dia sengaja menyibukkan diri.

Toshiya memang tidak bisa menyalahkan Kaoru yang expert untuk masalah hal yang seperti ini. Kaoru memang sangat tidak suka dengan masalah yang berbau hal-hal ghaib, terutama sampai membuat kesalahan. Ranjang salah satunya.

"Hhh..." Toshiya menghela.

Sekarang Kaoru sibuk. Bahkan hingga malam ini Kaoru belum kembali ke rumah, hingga terpaksa Toshiya pulang dengan menggunakan jasa sebuah taksi.

"Hhh~" untuk kesekian kalinya Toshiya menghela.

Mungkin memberikan waktu pada sang leader sampai puas dengan marahnya akan lebih baik. Toshiya tidak akan lagi memaksanya sekarang. Yang jelas Toshiya sudah jujur. Tentang hantu wanita itu...

Apa benar itu hantu?
Atau hanya halusinasinya belaka?

Guk!!

Toshiya mengambil anjing kecilnya yang sejak tadi menggonggonginya. Mengelusnya dengan lembut, namun matanya sejak tadi tak lepas pada pemandangan danau malam yang terlihat begitu tenang dan sejuk. Angin malam yang terasa sangat menyejukkan membuat Toshiya betah berlama-lama di beranda atas.

Toshiya menoleh pada jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir tengah malam. Tak ada sinyal-sinyal Kaoru akan pulang, bisa jadi pria itu memang tidak pulang kemari.

Toshiya kecewa.

Tapi biarpun dipikirkan sekeras apapun, toh itu tak bisa membantunya untuk membuat Kaoru mengerti. Lebih baik dia tidur.

Tik! Tik! Tik!

23.22

Tik! Tik! Tik!

23.23

Mata Toshiya tertuju pada jembatan danau. Matanya melihat seseorang disana. Bertubuh mungil dan berambut pirang.

"Anak kecil?" batinnya.

Sedang apa malam-malam begini?! Pikirnya. Dan, lihat!!! Dia menuju ke arah danau! Jika dia terjatuh maka itu akan bahaya sekali!

"Hei!!" panggil Toshiya dari sana.

Gadis itu menoleh, melihat Toshiya yang memanggilnya dengan raut wajah bingung. Toshiya panik.

"Diam di sana!" jerit Toshiya yang lalu berlari keluar dari berandanya demi mengejar gadis kecil itu.

Toshiya keluar rumah berlari sekuatnya ke arah danau, melewati garasi air-nya dan sampai disebuah jembatan kecil yang menuju ke arah danau. Dan tebak apa yang dia dapatkan?

Gadis itu hilang!

Toshiya bingung!

"Hei?!" Toshiya memanggil-manggil, tapi tidak ada jawaban.

Toshiya berjalan semakin dekat dengan ujung jembatan kayunya. Melihat sekelilingnya demi mencari sosok gadis mungil yang dia lihat. Tidak mungkin dia menghilang! Tidak mungkin!!!
Tak ada siapapun di sini! Selain...

"!!!" Toshiya membelalak ketika matanya menangkap sosok kecil itu mengambang di tengah danau.

"HEII!!!" Toshiya menjerit.

Panik! Bingung! Dia tidak tahu harus melakukan apa!
Namun dengan cepat dia melepaskan sepatunya dan memilih menceburkan diri ke dalam air.

BYUR!!!

Pyash!

Toshiya berenang, terus berenang untuk menggapai sosok gadis mungil itu!!!
Dan ketika sampai, Toshiya kembali di kejutkan karena sosok gadis kecil mengambang itu mendadak raib!!!

"Hhh!!! Hhss!!!" Toshiya panik.

Dimana?! Dimana sosok gadis kecil itu?! Dimana?!!

"Hhss..!! Hhsss!!" nafasnya beruap karena dinginnya air danau malam itu. Tapi Toshiya tetap berenang di sana. Matanya masih mencari-cari sosok kecil dengan rambut pirang keemasan itu. Apa mungkin dia tenggelam.

"Hei, kau dimana?!" Toshiya memanggil tapi tak ada jawaban.

Toshiya masih mencari.

"Tidak ada..." Toshiya kelelahan.

Halusinasi?
Bodoh!

Toshiya memutuskan kembali menepi, tapi...

Sret!

"AAKHHH !!!"

Toshiya tenggelam!! Sesautu menariknya!!

"Ummhh!!!" Toshiya bertahan!

Terus menggerakkan tubuh dan kakinya mencapai permukaan. Kakinya terlilit pada rumput-rumput bawah danau serta akar-akaran. Toshiya berusaha melepaskan akarnya.

"Ungh!"

Tetap berusaha menghemat tenaganya untuk bisa bertahan dalam air dengan sisa oksigen yang tertampung dalam mulutnya yang kian menipis. Sadar jika terus seperti ini, dia akan mati!

"Ugh!"

Buih-buih oksigen itu keluar dari mulutnya sedikit demi sedikit, Toshiya tak punya banyak waktu! Lepaslah akar!
Dan yah! Akarnya terlepas, Toshiya selamat!
Berenang menggapai permukaan danau ketika sesuatu muncul tepat di depan matanya!

"Ugghh Aarrgghh ukh!!!"

Toshiya menjerit dalam air, sisa oksigennya terbuang dengannya. Air-air danau yang kotor masuk ke dalam kerongkongannya.

Toshiya panik!


~*~


Kaoru kembali, pria itu menuju ke rumah.

Guk! Guk!

Matanya melirik anjing temuan Toshiya yang tengah menyalak di tepian danau.

"Dasar hewan. Berisik!" gumamnya sebal.

Guk! Guk! Guk!!!

Kaoru tak mau menggubrisnya. Pria itu berhenti di depan pintu.

Guk! Guk! Guk!!!

Tapi ia mulai terusik dengan gonggongan anjing ini. Kenapa dia terus menggonggong? Dan kemana Toshiya? Biasanya dia akan lebih perhatian mengurus anjing temuan ini jika sudah merengek seperti ini?

Kaoru mengintip si anjing yang masih menyalaki sesuatu di sana. Berlari mondar-mandir seperti yang sedang kebingungan.

Guk! Guk! Guk!!!

Dan Kaoru pun mulai mengerutkan keningnya ketika merasa ada sesuatu yang tak beres disana. Maka dia pun berlari kecil menghampiri si anjing yang sejak tadi tak mau diam. Si anjing menggonggong terus.

"Ada apa?!"

Kaoru mendekati jembatan danau dan mendapati tubuh Toshiya setengah mengambang di air!!!

"TOSHIYA!!!"





To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar