Title : 23:23
Author : Duele
Finishing : Okt '10
Genre : Horror, Thrill
Rating : PG15
Chapter(s) : 3/3
Band(s) : Dir en grey
Pairing(s) : KaoruxToshiya
Disclaimer : The Amityville House
Summary : Ending.
Backsound : Change (In the House of
Flies) by DEFTONES
Note Author : This ending of this fic XD
hahaha, salam SPOOKY and Happy Halloween x3 *kisses*
~*~
Keesokan malamnya ketika Kaoru masih belum kembali ke rumah, Toshiya kembali
ke gudang. Rasa penasarannya ternyata melebihi rasa takutnya setelah beberapa
kali hampir di celakakan oleh hal-hal yang tak nyata yang sedang dia hadapi
sekarang. Sesuatu yang jika di biarkan terus akan menjadi sebuah bom waktu
baginya dan Kaoru. Toshiya harus mengetahui sesuatu yang tersembunyi di balik
rumah ini!
"Haah.."
Kini Toshiya sudah berhadapan langsung
dengan apa yang di curigai sejak kemarin. Dinding gudang yang sebenarnya bukan
terbuat dari semen bangunan. Melainkan dari papan-papan kayu yang di tutupi
dengan wallpaper.
Tuk! Tuk!
Toshiya kembali mengetuk-ngetuk dinding
papan tersebut. Benar nyatanya. Ada suara lain nampak seperti suara gaung yang
terdengar samar di baliknya. Gaung yang menandakan bahwa ada ruangan cukup
dalam yang tersembunyi di balik papan ini.
Sial! Toshiya penasaran!
Wreeek!!!! Wreeek!!!! Wreeek!!!!
Maka tanpa takut, Toshiya pun merobek
wallpaper-wallpaper yang selama ini menyembunyikan wujud dari dinding khayalan
yang selama ini sengaja di sembunyikan. Entah apa maksud mereka menyembunyikan
ini semua!
Wreeek!!!! Wreeek!!!!
Pemuda itu terus merobeknya tanpa
menyisakan selembarpun tertempel di dinding. Dan setelah semuanya hilang dari
pandangannya. Toshiya mematung di sana, memandangi dinding kayu usang yang
terlihat begitu mengenaskan.
Syuu~
Angin itu kembali ia rasakan. Angin
sejuk yang berasal dari dalam ruangan tersembunyi ini. Angin aneh yang seolah
mengajaknya untuk menelusuri lebih dalam keberadaan ruang misterius ini.
~*~
"Gilbert! Ada seseorang yang mau
menemuimu!"
Pemuda berambut pirang keemasan itu
menoleh keluar ketika Boss tempatnya bekerja memanggilnya. Namun ketika melihat
orang yang datang melihatnya saat itu, Gilbert lalu panik.
"Kalau kau kabur aku akan memanggil
polisi!" ancamnya.
Gilbert tunduk. Dia tidak bisa kabur
lagi ketika pria sipit itu sudah mengancamnya sedemikian rupa.
"Kuharap kau mau bekerja sama
membantuku mencari tahu soal ini!" pria yang tak lain adalah Kaoru itu
menyodorkan sebuah surat kabar dengan noda darah padanya.
Gilbert kelihatan cukup takut dibuatnya.
Maka pemuda itu menurut saja ketika Kaoru mengajaknya keluar dari sana.
~*~
Toshiya berjongkok ketika melihat ada
celah kecil tertangkap di matanya. Celah dari keroposnya kayu yang telah rapuh
di makan ngengat.
Krak!
Bahkan ketika Toshiya sengaja
mendorongnya dengan tangannya, kayu-kayu itu retak dengan mudah. Tapi...
Nyek!
"Apa ini?" Toshiya melihat
tangannya yang berbalur dengan sesuatu yang lengket. Warnanya kekuningan dan
kental, seperti lem.
Ada sesuatu. Pasti ada!
Toshiya melirik sekitarnya, mencari
sesuatu yang bisa dia pergunakan untuk menghancurkan dinding kayu ini! Dan saat
itulah dia menemukan sebuah kapak kecil yang tergolek tersembunyi di dekat kaki
kursi goyang tua itu.
Toshiya merampasnya cepat. Lalu bangkit
dan menatap yakin pada dinding yang akan dia robohkan sekarang juga.
BRAAK!
~*~
"Bukan aku! Sungguh bukan
aku!" Gilbert menolak dari tudingan Kaoru yang menuduhnya telah membunuh
anjing Toshiya.
"Lalu kenapa kau kabur waktu kami
memanggilmu?" Kaoru terlihat masih kesal.
"Karena aku takut!" jawabnya
dengan wajah yang pucat. Membuat Kaoru jadi mengenyitkan alisnya. "Aku
takut masuk ke dalam rumah terkutuk itu!"
Kaoru semakin tidak mengerti.
~*~
BRAAK! KRAAK! PRAAK! PRAAK!
Pluk.
Toshiya melempar kapak tersebut dari
tangannya setelah berhasil membongkar paksa dinding kayu tersebut selama hampir
setengah jam. Pemuda tinggi itu masih tak percaya dengan apa yang dia saksikan
sekarang.
Tepat di hadapannya, sebuah lorong
panjang dan gelap tersaji di depannya. Menatap tegak lurus, Toshiya mampu
melihat sebuah pintu lain yang tak nampak di mana letak knopnya.
Toshiya kembali berputar mencari
sesuatu, hingga akhirnya dia menemukan senter kecil yang di letakan di atas
peti anggurnya. Tanpa berpikir Toshiya pun masuk ke dalamnya.
Haaa...
~*~
"Kau takut pada arwah korban
pembunuhan keluarga itu?"
"Bukan!! Bukan mereka! Tapi rumah
kalian!!!"
Kaoru semakin tak mengerti. "Apa
maksudku dengan rumahku?! Kau pikir rumah bisa membunuh orang?!"
"Rumahmu adalah rumah hantu!
Rumahmu itu hidup!! Dan dia menginginkan semua yang tinggal di sana mati!"
Gilbert serius, tapi terlihat seperti mengarang cerita di mata Kaoru.
"Jangan bicara hal yang
mustahil!"
"Tuan dengarkan saya!" Gilbert
menatap Kaoru serius. Nampak bercak bening itu mengapung disana. "Kau
harus meninggalkan rumah itu secepatnya, bawa temanmu juga. Karena rumah kalian
adalah rumah terkutuk! Rumah itu adalah rumah iblis!"
"Kau bercanda?" Kaoru masih
tak bisa menerima perkataan pemuda ini. Namun Gilbert terus meyakinkannya.
"Kau kira kenapa Jason sampai
membunuh keluarganya lalu menyerahkan begitu saja pada polisi?"
"Karena dia gila!!!"
Gilbert bergeleng. "Kau salah.
Rumah itulah yang menyuruhnya untuk membantai seluruh keluarganya! Rumah itu
yang membuatnya bertindak seperti budak setan!"
Kaoru mulai tak bisa berpikir jernih.
"Dan mungkin saja, yang membunuh
anjing kalian adalah salah satu di antara kalian sendiri."
"Kau menyuruhku untuk percaya
hal-hal ghaib seperti ini supaya kau punya alibi?"
"Percayalah pada saya!"
"Apa buktinya aku harus
mempercayaimu?!" Kaoru menghardik.
Gilbert terdiam, menatap Kaoru serius
lalu berlari ke tempat kerjanya. Kaoru hanya membisu, tak setelahnya Gilbert
datang kembali dengan sebuah benda seperti buku usang di tangannya.
"Kau akan percaya setelah membaca
ini."
Kaoru terhenyak...
~*~
Toshiya sampai di depan pintu gelap
tersebut. Matanya tak bisa menangkap cahaya lain selain pada senter yang dia
bawa di tangannya kini.
Tapi pintu besi yang sekarang berada di
hadapannya ternyata tergembok dan di rantai. Toshiya tidak bisa masuk ke sana jika
tidak menghancurkannya. Tapi Toshiya sudah benar-benar tidak bisa kembali,
Toshiya harus mencari sesuatu untuk menghancurkan benda ini.
Tik! Tik! Tik!
Sementara detak-detak jantung dari suara
detik-detik jam itu nyata terdengar di tempat lain.
Tik! Tik! Tik!
Toshiya masih terus mencari benda keras
yang mampu menghancurkan gembok usang itu.
Tik! Tik! Tik!
Harus!!!
Tik! Tik! Tik!
23.20
Sret.
Matanya menangkap kapak itu tergeletak.
Toshiya menyambarnya lalu berlari ke dalam lorong.
Tik! Tik! Tik!
PRAK! TRANG!
Tik! Tik! Tik!
Hancur! Hancurkan!
Tik! Tik! Tik!
TRAAK!!!
"Ugh!"
Hancurlah!
Tik! Tik! Tik!
23.23
Trak!
Toshiya mematung sejenak ketika gembok
itu terlepas dari gagang pintu besi tersebut. Dengan cepat pemuda menarik rantai
yang telah rusak tersebut dan mulai melepaskannya.
GRAK!
Dan masuklah ia ke dalamnya...
"Toshiya!"
Kaoru berlari menuju mobilnya. Di
tangannya sebuah koran usang dan sebuah buku aneh tergenggam. Benda-benda yang
Gilbert berikan padanya. Kini Kaoru mempercayai sesuatu tentang rumahnya. Rumah
yang menurutnya aman ternyata tidak layak sama sekali!
Grrruuungg~!!
Suara mesinnya meraung ketika Kaoru
menyalakannya dan mulai menjalankan meninggalkan pabrik percetakan tersebut.
Dengan susah payah dia harus kembali ke rumah dan membawa Toshiya pergi dari
sana!!!
Toshiya!
Gludugh! Gludugh!!
Sambaran petir dan hujan tak dapat di
elakan. Petir membelah cakrawala langit gelap dengan sinarannya. Voltase
listrik yang dapat terlihat nyata oleh mata telanjang, tersaji menakutkan
meraung dan merongrong terlihat mengancam.
Kaoru harus cepat!
HARUS!
"Aahh...hhh..." nafas Toshiya
tercekat.
Mukanya pucat pasi melihat ruangan aneh
di depan matanya. Membelalak tak henti dengan keringat mengucur deras bak hujan
yang tengah mengguyur bumi.
Di matanya, tepat dalam cahaya retina
yang masuk ke dalamnya. Toshiya merekam semua apa yang dia lihat dengan mata
telanjangnya.
Jeruji besi usang itu. Rantai-rantai
berkarat. Dengan cipratan noda hitam yang ia yakini pasti darah yang telah
mengering.
Tempat apa ini??
Di kiri dan kanannya tempat ini tak
berbeda dengan sel bui bawah tanah yang di sembunyikan. Tempat sempit menaruh
para tahanan luar dan menyiksanya sebegitu keji dengan alat-alat yang terlampau
menakutkan!
Tempat apa ini!?
Toshiya mundur teratur.
Duk!
"Ahk!"
BRUK!
Namun terjatuh ketika kakinya terhalang
sebuah kayu besar yang tergeletak sembarang di sana dan punggungnya menabrak
sebuah pintu lain.
"Hahh!?" Toshiya menoleh penuh
rasa takut.
Matanya yang tersorot begitu dekat,
dengan genangan air bening yang masih tertampung di matanya yang memerah
kehitaman. Namun wajahnya telah basah kuyup karena keringatnya yang mengucur
segudang. Lebih kuyup dari pada keringat hasil konsernya, lebih basah dari pada
guyuran hujan yang tidak kunjung berhenti.
Dengan mata-mata yang masih menatap
lurus sebuah meja segiempat yang terletak di tengah-tengah ruangan yang tak
sengaja terbuka karenanya. Toshiya menatap bayang sebuah pengait besi yang
bergantung tepat di depan meja semen tersebut. Pengait besi besar seperti pengait
mesin penggantung daging.
"Hhh... Hhh..." nafasnya
tersengal entah mengapa.
Darahnya terasa membeku karena dinginnya
ruangan lembap tersebut. Tak ada cahaya, tak ada sinar. Tapi pupil mata Toshiya
mampu menangkap bayangan semua benda-benda di ruangan tersebut.
Dan ketika matanya berkedip setengah
detik....
"AAH!!!"
Berubah!!!
"Aaaaaggghhh !!!" Toshiya
panik dan meronta di tempatnya.
Menggelosoh memundurkan tubuhnya yang
masih tak mampu bangkit dari sana.
"Aaaaaa!!!" Toshiya takut!
"Aaaaaa!!!" Toshiya panik!
Dan airmatanya memburai tatkala mata ini
menyajikan suasana mistis yang tak bisa Toshiya bayangkan sebelumnya. Dimana
tempat ini nyata berubah 180 derajat dari apa yang dia lihat sebelumnya.
Ketika matanya memperlihatkan tempat
usang dan gelap itu berubah menjadi sebuah tempat dimana Toshiya sama sekali
tak bisa membayangkannya.
Tes! Tes!
Ketika mata yang telah dibanjiri airmata
itu menatap sosok tubuh tercabik yang tergantung pada pengait besi di depannya.
Darah anyir itu tercium, menggenang di lantai.
Gigi-gigi Toshiya bergemeretuk sambil
menahan sengal nafasnya yang jauh lebih berat ketika melihat tubuh setengah
telanjang itu menggantung bak daging potong dengan luka-luka menganga di setiap
kulitnya yang membiru dan hampir membusuk.
"Hkks..." tak dinyana, Toshiya
menangis karena merasa takut. Toshiya ngilu melihat pemandangan tak wajar dan
tak nyata ini.
Dan ketika tubuh itu pengait itu
bergerak sinkron, berputar pada poros dimana berat tubuh sang mayat bertumpu.
Tubuh itu berputar bagai stok daging yang memang di obral. Menampakkan merahnya
daging segar dengan lelehan darah berkucur menyeruakkan bau amisnya.
Toshiya menjerit...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~~!!!"
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~~!!!"
Tidak! Tidak! Tidak!
Toshiya tenggelam dalam halusinasinya!
Tenggelam dalam penglihatan fana-nya!
Tidaaaaakkk !!!!
"TIDAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!!!!"
"KAORUUUUUUUUUUUUUUU !!!!!!"
Yah! Toshiya melihat tubuh tercabik itu
adalah Kaoru!
"KAORUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!"
Tubuh tergantung dengan kulit-kulit
terkelupas itu adalah Kaoru!!
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"
"Toshiya!"
Kaoru membanting pintu mobilnya ketika
sampai di rumah. Dengan cepat dia melesat masuk ke dalam rumah.
Kaoru!
Kaoru!
Kaoru!!
Toshiya memanggil! Toshiya menjerit!
Toshiya histeris!!!
"Toshiya!!!"
"Ngh!" Dengan tubuh yang
gemetar Toshiya merangkak meninggalkan tempat itu. Dengan suara nyaring dari
isak dan tangisnya Toshiya meraung bak ingin lari dari mimpi terburuknya.
"Ungh!!! Huuuuhhuhuuu...huukkss.... ungg..!"
Dan sekejap, bui-bui kosong itu mendadak
penuh terisi dengan puluhan orang-orang lusuh dan kotor yang mengelu-elukan
pertolongan. Dengan tubuh penuh luka dan sayatan mereka meraung mencoba
mendapatkan Toshiya yang masih merangkak bersusah payah dari sana.
"Hiks..."
Tolong...
Tolong kami...
Ringkih jiwa-jiwa itu memintanya untuk
melepaskan mereka. Mereka mengulurkan tangan-tangan kotor penuh darahnya demi
menjangkau Toshiya. Meraung agar pemuda itu mau melepaskan mereka yang tersiksa
dan sengsara.
"Unggh...huuhuhu..." tapi
tangis Toshiya tak bisa berhenti. Dia tidak mau melakukan hal apapun selain
segera pergi dari tempat terkutuk itu.
"Toshiya!"
Mata nanar Toshiya menangkap bayangan
pria yang kini tengah berdiri di hadapannya.
"Kaoru! Kaoru!" maka dengan
cepat, dengan sisa tenaganya yang tersisa Toshiya merangkak bangkit, memegangi
kaki Kaoru dan memeluknya erat-erat.
"Kaoru... Kaoru.." Toshiya
memeluknya, ketakutannya sudah benar-benar membludak sekarang. Namun secercah
lega itu hinggap di hatinya tatkala bayangan manusia tergantung tadi di
lenyapkan oleh sosok Kaoru yang tengah ia rengkuh.
"Kau tidak bisa lari
Toshiya..."
"Hhh..." mata Toshiya
memerjap, walau tengah memeluk pria yang di yakini kekasihnya tersebut, namun
Toshiya kini merasa aneh.
Perlahan, ketika pemuda itu melepaskan
pelukannya dadanya semakin berdetak kencang ketika menyadari wajah Kaoru
berubah menjadi wajah lain yang tak ia kenali.
"AAAAAAAAAARRRRGGHH!!!"
Toshiya mementalkan diri darinya.
Siapa?
Dengan wajah yang semakin pucat karena
takut dan bingung dengan semua keanehan sekitarnya Toshiya seolah tak bisa
bergerak dari tempatnya ketika wajah tua itu mendatanginya. Dengan
cakar-cakarnya yang runcing dia mengangkat dagu lancip Toshiya yang gemetar
menahan takut.
"Ngghh...hkkss..." Toshiya
terisak hebat ketika wajah itu semakin lama semakin mendekatinya dan
membisikkan sesuatu...
"....."
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~~~!!!!!!!!!"
"TOSHIYA!!!"
Kaoru menabrak pintu depan dengan kasar,
namun terhenti sejenak ketika sadar rumahnya gelap gulita. Lampu padam!!!
"AAAAAAAAAAAAA~~~~!!!!!!"
"Toshiya!!!"
Tapi itu tak membuat Kaoru kembali
menghantam-hantam pintu yang lain demi menemukan suara jerita bassistnya yang
masih belum di temukan. Hanya jeritannya yang bisa terdengar, Kaoru harus
menemukannya!
"Agh!"
Toshiya melarikan diri sekuat mungkin.
Berlari-lari tak terkontrol bak orang yang tengah di kejar hantu. Yaa, hantu
itu memang mengejarnya. Di setiap bayangnya Toshiya selalu melihat bayangan
mengerikan itu di manapun!
"Pergi!!!" Toshiya histeris!
"Toshiya!!" Kaoru berlari ke
lantai dua, mencari Toshiya yang masih belum dapat dia temukan.
Toshiya! Toshiya! Dimana kau?!
Kaoru kembali turun mencarinya lagi
setelah menghasilkan nihil pada pencariannya di lantai pertama.
"Toshiya..."
"Pergi!!!"
Toshiya berlari dari kejaran sang
makhluk mengerikan yang terus-menerus mengikutinya.
"Pergi!"
PRAANG!
Kaoru menoleh, arah suara itu datangnya
dari dapur!
"Toshiya!!!"
"Pergiii!!!!!!!!"
PRANG! PRANG!!!
Toshiya melempar apapun yang ada di
sekitarnya. Semuanya! Semua benda yang dia lihat yang sekiranya dapat
menghancurkan makhluk mengerikan yang sekarang ini terus bergerak mendekatinya.
"Hh! Hha!" Toshiya panik,
pemuda itu mencari-cari benda lain yang bisa dia jadikan untuk senjata.
Grak! Crak! Cring!
Toshiya membuka laci-laci dapur dengan
tergesa hingga tak jarang laci tersebut jatuh dan menumpahkan semua isinya.
Peralatan makannya, alat-alat masaknya, dan terakhir...
Tring!
Mata Toshiya menangkap kemilau logam
yang terjatuh tak jauh darinya.
"Hah!"
Sret!
Toshiya menyambarnya dan segera
mengayunkan benda tajam itu ke arah hantu tua yang sedari tadi masih di sana.
Toshiya... Toshiya...
"Ngh! Hh! Hhk! Hhss!!" nafas
Toshiya masih tersengal hebat. "Pergi!!" ancamnya sambil mengeratkan
pegangannya pada kayu pegangan pisaunya.
Toshiya...
"PERGI!!!" Toshiya menjerit,
lalu mengayunkan pisaunya dan menusuk hantu tersebut berkali-kali. "Mati
kau! Mati!!!"
Tuk! Tuk!
"Toshiya!" Kaoru terpana
melihat pria kesayangannya tengah berbuat tak wajar. Dalam penglihatannya
Toshiya tengah menusuk-nusukkan lantai kayu mereka dengan menggunakan pisau
buah tersebut.
Kaoru panik! "Toshiya!!! Hey,
Toshiya!!!" panggilnya keras.
Truk!
Toshiya berhenti, dengan wajah yang
masih ketakutan dan mata yang membelalak Toshiya menoleh ke arah suara yang
memanggil namanya.
"Toshiya!!!"
Kaoru!!!
"K- Kh- Kao..." suara Toshiya
terputus.
"Toshiya!" Kaoru mendekat.
Toshiya masih gemetaran. Kaoru datang!
Kaoru datang!
Kaoru...
"MUNDUR!!!" mendadak Toshiya
menjerit histeris sambil mengacungkan pisaunya yang berbahaya pada Kaoru yang
hendak mendekatinya.
"Toshiya! Ini aku, KAORU!"
hardik Kaoru.
"Mundur!!!" Toshiya masih
seperti yang ketakutan melihat Kaoru yang sebenarnya dalam penglihatan Toshiya
yang kini tengah terhalangi halusinasi ghaibnya, Kaoru yang ia sekarang ini
adalah dia. Dia... hantu mengerikan yang menginginkan jiwa Toshiya.
"Nghh!!! hkss.! Hh..!" Toshiya
terisak di balik wajah bengisnya mempertahankan dirinya sendiri dari Kaoru.
"Toshiya..." Kaoru mencoba
mendekati, walau masih terus waspada.
Dan ketika Toshiya merasa Kaoru semakin
dekat dengannya pemuda itu melawan.
"Hyaaaah!!!"
"Toshiya!!!"
TRAK!
Pisau itu menusuk meja makan, Kaoru
menghindar hingga jatuh terguling.
GABRUK!
"Toshiya!!"
Toshiya melirik Kaoru yang selamat
dengan mata penuh nafsu untuk menghabisinya.
"Hyaaaaaaaahhh!!!!"
"Akh!"
Dan pisau itu seolah melayang di tangan
Toshiya menembus angin untuk menusuk jasad Kaoru yang tersungkur.
Syut!
"UGH!!!"
"To- Toshiya...kkhh..." Kaoru
menahan tekanan pisau yang akan Toshiya tusukkan padanya.
"Uuuggh!!!" Toshiya terus
mendorong pisaunya, seinchi demi seinchi ujung pisau tajam itu menggaruk
sedikit saja dada Kaoru hingga mengucurkan setitik darah di sana.
Bunuh!
"Toshiya!!!!" Kaoru menjerit.
Bunuh! Bunuh!!
"Toshiyaa!!!!!"
Bunuh! Bunuh!! Bunuh!!!
Kaoru masih mempertahankan dirinya dari
serangan Toshiya yang hampir saja membunuhnya. Kini kedua pria itu bergumul dan
mempertahan pisau itu mengambang di antara tekanan kedua tangan mereka.
Menembus dada Kaoru atau Toshiya yang kalah?
Bunuh! Bunuh!! Bunuh!!!
"Hhh!!! Uuugh!!" Toshiya
semakin menekan.
"Aaaaakhhhhh!!!!" Kaoru mulai
kewalahan dan tak bisa menahan ujung pisau itu kini masuk melubangi dadanya
se-senti. "Toshiyaa!!! Jangan dengarkan apa yang ada di kepalamu!!!
Toshiya! Toshiyaaa! Dengar akuu!!!" Kaoru bertahan.
Bunuh! Bunuh!! Bunuh!!!
Toshi...
Bunuh! Bunuh!! Bunuh!!!
Toshiya...
Bunuh! Bunuh!! Bunuh!!!
Toshiya!!!
"UKH!!!" mendadak nafas
Toshiya tersekat. "Huukss!!!"
"Toshiya! Toshiya!!!" Kaoru
panik ketika sesuatu yang aneh terjadi pada pemuda ini.
Toshiya seperti terkena serangan asma
mendadak. Tekanan pisaunya pun melemah, bahkan terlepas.
"Toshiya!!!"
Dan sedetik kemudian...
BRUG!
"TOSHIYAAAA!!!!"
... Toshiya roboh.
"Toshiya! Toshiya!!!!
Bangun!!!" Kaoru panik bukan main ketika Toshiya tak bergerak. Pria itu
segera memeriksa denyut jantung Toshiya yang masih berdetak keras.
"Toshiya..." dan mulai tenang
ketika Toshiya ternyata hanyalah pingsan.
Kaoru beralih darinya, melihat
sekelilingnya yang gelap. Kaoru harus membawa Toshiya meninggalkan rumah
terkutuk ini secepatnya!!!
Setelah dia membaca semua yang
tersembunyi di balik rumah ini. Kekuatan magis terkutuk yang muncul karena
kehadiran pendosa yang dikubur hidup-hidup dalam penjara bawah tanahnya
sendiri. Dia yang selalu mengorbankan jiwa manusia berusaha ingkar dari
kesepakatannya untuk memberikan raganya sendiri pada iblis yang di pujanya.
Menjadikan rumah ini sarang perhelatan antara arwahnya yang telah di perbudak
iblis haus darah yang selalu meminta korban.
Terkutuk!!!
Kaoru bangkit secepatnya, dan harus
memastikan semuanya aman.
"Toshiya..." Kaoru berusaha
memanggilnya.
Namun Toshiya masih belum siuman. Kaoru
harus membawanya sendiri. Tapi setidaknya Kaoru harus menghubungi seseorang
untuk membantu mereka. Dan telepon rumah mereka berada di ruang tengah. Kaoru
melirik pada Toshiya yang tergolek. Mungkin meninggalkan selama semenit tidak
akan membahayakan, Kaoru harus cepat.
Kaoru berlari ke ruang tengah demi
mengambil teleponnya. Namun karena ruangan yang gelap, pemuda itu harus
bersusah payah menemukannya karena telepon yang cableless tersebut tergeletak
di sembarang tempat.
"Sial!!"
Shat.
Toshiya membuka matanya. Menatap
langit-langit yang gelap walau dengan sinaran temaram dari petir yang menyambar
kala itu cukup memberinya gambaran di mana dia sekarang. Toshiya bangkit.
"Ketemu!" Kaoru menyambar
teleponnya dan bergegas kembali ke dapur. "Toshi-" namun mata Kaoru
membelalak ketika Toshiya menghilang dari sana.
Kaoru menoleh sekitarnya, dan benda itu
hilang.
"SIAL!!!"
Toshiya membawa pisaunya!
Kaoru mencari-cari Toshiya, namun tak di
temukan. Tetapi Kaoru mempunyai petunjuk kemana Toshiya pergi ketika pintu
dapur yang menganga tak tertutup. Dengan langkah ragu, Kaoru mencoba mendekati
pintu dapurnya yang langsung menuju ke taman belakang. Perlahan tangannya
mendorong pintu kayu tersebut...
Gludugh! Gluduughh!!!
"Toshiya..."
Toshiya naik ke loteng melewati atap
rumah yang basah dan licin. Walau beberapa kali sempat terpeleset dan
membahayakan nyawanya, nyatanya pria tinggi itu mampu melewati jalan sulit ini
sambil terguyur hujan yang sedari tadi tak berhenti.
Dengan pisau yang tergenggam di
tangannya Toshiya masih terus berpegangan pada puncak atap.
"Toshiya!!!" Kaoru histeris.
Namun Toshiya sudah memegangi jendela
lotengnya dan masuk ke dalamnya. Kaoru kembali masuk ke dalam rumah dan segera
menuju loteng.
Bruk!!
Toshiya terguling dari sana. Pemuda yang
masih di liputi rasa takut dan cemasnya segera mencari tempat bersembunyi.
Entah apa yang dia pikirkan sehingga bisa memilih tempat tersebut.
Kaoru masuk ke dalam rumah dengan cepat.
Menanjaki anak tangganya tanpa rasa lelah sekalipun.
Drap! Drap! Drap!!!
Berlari melangkah cepat bak derap
langkah kaki tentara yang menghantam bumi di setiap pijakannya.
"Toshiya!"
Toshiya berlindung di pojok ruangan.
Ruangan gelap dan lembab itu sepi tak berpenghuni. Di sanalah Toshiya
bersembunyi. Menyembunyikan diri dari dia yang mengejarnya.
Kegelapan itu membuatnya tak bisa
berkutik. Toshiya tak mampu sekelilingnya dengan jelas. Namun terkadang kilatan
cahaya itu membantunya untuk bisa merekam semua kondisi tempat itu walau temaram.
"Hhh..! Hhh!! Hah! Hah!!"
Toshiya menyeimbangkan nafas yang setiap tarikannya terasa lebih menyakitkan.
BRAK!!
"!!!" Toshiya terkejut ketika
pintu itu di gedor paksa oleh seseorang.
Toshiya mencengkram pisaunya. "Hh!
Hh!!" dengan nafas memburu dan dada terpacu.
"Toshiya! Toshiya!!!"
Duk! Duk! Duk!!
Kaoru menghantamkan kedua tangannya
menggedor-gedor pintu lotengnya yang terkunci.
"Toshiya!!! Toshiya!!!"
Toshiya semakin merapatkan dirinya di
sela-sela ruang kecil yang tersisa disana. Menyembunyikan tubuhnya yang gemetar
agar 'dia' tak menemukannya.
Duk! Duk!!
Kaoru tidak bisa membukanya.
"Hh!!" Kaoru mundur teratur.
Seingatnya dia menaruh semua kunci rumah disana. Maka Kaoru kembali turun ke
lantai bawah dan mencari kunci-kunci rumah ini.
Drap! Drap! Drap!!
Brak!
Membuka setiap laci yang terjejer rapih
di meja dapurnya. Men-scan setiap benda yang dia kenali sebagai kunci dan
membawanya berlari kembali ke atas. Kaoru tidak mau membuat Toshiya semakin
panik dengan mendobrak pintu karena itu akan membuatnya mengamuk.
Toshiya terasuki sesuatu! Toshiya harus
segera di bawa keluar dari rumah ini sebelum Toshiya benar-benar tidak bisa
kembali!!
Toshiya... Toshiya...
"Hhhh...haahh...hhhh...hkks.."
Ringkih suaranya terdengar menyayat,
memecah kesunyian malam yang berbalut dengan kabut tebal di sekitar rumahnya.
Gelap, kelam, tak terlihat.
Kesunyian total menyelimutinya.
Hihihihi...
"Hhhh....hhahahh...hhs...ssshhh...."
Kerongkongan yang tercekat bak tercekik
dengan keringnya seluncur saliva yang seolah tak meleleh dalam mulutnya. Dengan
getar hebatnya, menaklukan hangatnya tubuh berubah menjadi bekunya tubuh.
Mengapit diri di kegelapan, memeluk dirinya sendiri, bersembunyi darinya. Dia.
Dia yang mengejarnya!
Hahahaha!!! Bunuh!!
Matanya menyisir setiap inchi ruangan
gelap itu, ruang gelap tempat tersempit yang menurutnya aman dari kejarannya.
Dia. Dia yang mengejarnya!
Mengamati setiap sisinya, melihat dengan
mata penuh ketakutan dan waspada yang tak bisa ia kendurkan, demi
menghindarinya. Dia. Dia yang mengejarnya!
Tubuhnya menggigil, bukan hanya karena
dinginnya sweater yang lepek karena basahnya hujan, namun dingin menahan takut
dan lelehan keringatnya yang mengucur. Bersiaga darinya. Dia. Dia yang
mengejarnya!
Bunuh! Bunuh!!!
Mempersempit ruang geraknya, memperkecil
volume suaranya yang meringkih, mempertajam pendengaran dan penglihatannya akan
semua benda di hadapannya. Berwaspada, waspada dari dia! Dia. Dia yang
mengejarnya!
Bunuh!! Bunuh!!! Bunuh!!!
"UGH!!!" Toshiya menghantam
kedua telinganya dengan kedua tangannya agar suara itu bisa hilang dari
kepalanya.
"Hh!! Hh!!" Kaoru kembali ke
loteng. Kali ini dengan beberapa kunci di tangannya.
Ckrk!
Cklek!
"Hh!!!"
Mata Toshiya membulat, sangat bulat.
Mata indah yang di paksa untuk lebih sigap memperhatikan knop pintu yang kini
berputar ke arah kanan mencoba untuk menemukannya.
Itu dia!
Gulp!
Toshiya tak mampu menyembunyikan
ketakutan terbesarnya, ketika semakin lama dia semakin mendekat.
Grep!
Dibalik tangannya yang memeluk tubuhnya,
tersembunyi satu lagi sisa kekuatannya. Semburat sinar menyala ketika tangannya
mengangkatnya ke udara. Cahaya memukau ketika guntur menyentuh bumi dan
meminjamkan cahayanya, bertepatan dengan dia yang kini total berdiri dan
menatapnya...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKHHHHHHHHH!!!!"
Shat!!!
"TOSHIYA!!!"
BRUAK!!!
Crap!!!
"Ugh!!!"
GABRUUK!!
Tes..
... dan air kental berbau amis itu
menggenang di lantai.
Bunuh!!!
Crap! Crap!!!
Memuncratkan titik-titik darah segar
menyembur ke udara.
"To- shiya..."
"Hyaaaaaaaaaa!!!!!" Toshiya
menjerit.
"Ugh...ukkh...urrghh.." Kaoru
tersedak isi cairan kental merahnya yang meluap dari mulutnya sendiri.
Tangannya kokoh memegang mata pisau yang
kini sudah menancap telak di dadanya. Tertusuk berulang kali sejak Toshiya
menyerangnya dan menusukkannya membabi buta.
"Hhh!!! Hhh!!! Hhhh!!!!"
Toshiya tersengal. Matanya membelalak dan memerah, namun bening airmatanya
mengalir deras. Menetes deras ke wajah Kaoru yang hampir binasa karenanya.
"Uhkk..uhukk.." Kaoru masih
bisa menatap wajah Toshiya yang ketakutan di depan wajahnya ketika pemuda ini
masih menatapnya ketakutan dan mungkin masih tak sadar dengan apa yang dia
lakukan padanya. "To- shi..yaa.." tangan Kaoru bergerak menyentuh
wajah Toshiya yang basah dan lengket dengan keringat.
Tangan penuh dengan darah yang menempel
di sana, menyentuhnya dan bergulir dari rahang pipi hingga dagunya.
Menyentuhkan tangan terakhirnya pada kekasihnya yang kini menghabisinya dengan
kedua tangannya sendiri.
Kaoru...
Wajahnya berbeda dengan wajah yang
setiap harinya berbaur canda dan manja padanya.
Kaoru...
Walau begitu Kaoru mau Toshiya tetap
selamat dari ini.
"To..shi..ya..aa.."
Toshiya tercenung. Hidungnya mencium
darah yang Kaoru tempelkan di sana. Bola matanya bergulir melihat kedua
tangannya yang masih bertumpu pada gagang pisau yang masih dia tekan dan
menancap di dada pria ini.
Dan tangan Kaoru yang masih mampu
terangkat kini ambruk ke lantai seraya dengan kesadarannya yang perlahan hilang
dan kegelapan di balik matanya sudah mulai mengambil alih. Ketika menutup, maka
detak jantung dan nafasnya pun berhenti seketika.
"Hhkk!!" nafas Toshiya
tercekat kembali.
Bibirnya bergetar hebat. Menatap wajah
pria yang perlahan dia kenali tertutup noda darah.
"Haahh...hh...hhha.!!" mata
Toshiya membelalak. Kenyataan dari dunia halusinasinya kembali dan mendapati
Kaoru tergeletak di bawahnya dengan luka menganga karena pisau besar itu
menusuk langsung dada kirinya.
"Kao..ru..." Toshiya
ketakutan. "Kaoru..?" tangannya melepaskan gagang pisaunya.
"Kaoru..??" tangisnya perlahan terdengar. "Kaoru!!!
Kaoru!!!!" Toshiya menjerit. "Hikss...hkkss... Kaoruuuuu!!!"
pemuda itu beralih pada pundak Kaoru yang lunglai dan mulai mengguncangkannya.
"Kaoru!!! Kaoru!!! KAORUUU BANGUN!!!" Toshiya histeris.
Diambilnya kedua tangan Kaoru yang masih
lumayan hangat dan dia mulai menggosok-gosokkan dengan kedua tangannya.
"Unnghhss...hkk.sss
kao...hkks.." ringkih tangis tetap saja tak mampu membangunkannya kembali.
Kaoru tak bergerak.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~~!!!!!!!"
Tik! Tik! Tik!
03.23
Hihihi...
The end.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar