Bahasa Cinta
Title : Bahasa Cinta
Author : Duele Terandou MoriFinishing : Juli 2011
Genre : Romance Comedy
Rating : PG15
Chapter(s) : 2/3
Fandom(s) : L’arc en Ciel, Gackt
Pairing(s) : Gakuhai
~*~
“Thanks for the drugs.”
“Yeah, your welcome. How do you
feel?”
“Fine, thanks.”
Aduh, senyumnya Gackt benar-benar
mengalihkan duniaku *halah.
“Um, Gackt. I want to explain
something to you.” Dengan gagap, gue mau nekat menjelaskan ke Gackt soal
kemarin. Gue ngga mau Gackt salah paham meski pun gue ngga kenal banget siapa
Gackt. Tapi dibenci? Oh, ayolah. Siapa pun ngga mau dibenci. Terutama sama
Gackt, siapa juga sih yang rela dibenci makhluk Tuhan yang Maha Sempurna
seperti dia. Meski pun gue masih berharap Gackt itu orang yang bisa paham
bahasa gue.
“I’m not angry to you. But, I can
not speak English very well. I hope you understand me. I’m not a clever person
like Tetsu or who. I’m so sorry about yesterday.” Bagus, gue hafal kata-kata
yang dikasih si Teti =__=d
Kemudian Gackt tersenyum setelah
sebelumnya keningnya berkerut beberapa kali ngedengar omongan gue yang kayak
orang kumur-kumur.
“Yeah. I know. I’m sorry.”
~*~
Sejak saat itu hubungan gue sama
Gackt mulai sedikit akrab. Hehe…
Tapi seriusan loh, Gackt itu
orang baik! Baik banget! Peduli temen ternyata. Dia juga pinter! Tahu gue emang
ngga bisa bahasa asing, untuk berkomunikasi Gackt pakai bahasa isyarat. Emang
sih kayak orang gagu, tapi efektif juga dipake kalau lagi kepepet. Hahaha…
Berasa, Gackt itu ngga mau
maksain gue harus belajar bahasanya dia meski pun English Language itu bahasa
dunia. Daripada maksa gue, Gackt malah lebih suka mengikuti apa mau gue supaya gampang
komunikasi. Walau pun terkadang setelah pakai bahasa isyarat, orang-orang pada
ngeliatin kami kayak yang ngga waras lol
Tapi gue seneng kok, hehe…
“Gackt, baik ya.” Gue nyeletuk,
bikin Teti langsung mesem-mesem.
“Ciyeee, yang udah akrab.”
“Ah, akrab apanya. Dia emang
baik, kan?”
Gue engga mau dituding ada
apa-apanya sama Gackt. Meski pun gue ngga menampik sih kalau Gackt itu emang
baik sekali.
~*~
Daripada hari-hari sebelumnya,
gue sekarang lebih bisa menikmati perjalanan gaul bareng bule ala Teti dan gue,
hehehe…
Mejeng di tukang sate. Nangkring
di tukang bakso. Numpang guyon di tukang martabak, weleh-weleh, semua mata
tertuju pada kami. Bareng bule cakep bikin gue kecipratan kerennya, ma meen!
Selalu pandangan para gadis dan Ibu-ibu menata kami dengan rasa tertarik. Yah,
meski pun gue akui kebanyakan dari mereka lebih minat ngeliatin si bule asli
daripada bule jejadian macem gue sama Teti. Huks, tragis!
Kami membawa mereka mengunjungi
tempat-tempat yang ngga ada di Negara mereka. Mencicipi banyak masakan
nusantara yang ngga kalah enaknya sama makanan luar negeri.
“This is LEMPER.” Gue ngasih
sebungkus lemper daging spesial buatan penduduk lokal. Si Ibu penjual nih
langganan nyokap, lumayan bisa dapet diskon, wehehe…
“Nice…” begitu katanya, waktu
Gackt mencoba kudapan yang satu itu.
“It’s like sushi..” sambung Yuki.
Mentang-mentang ini nasi kepel pake daging sekali suap, disamain sama sushi lol
Sementara yang lain sibuk pada
makan cemilan kue-kue basah, si Teti ngga berhenti nguap sejak tadi.
“Iyalah, masa’ janjian ke pasar
jam 4 subuh. Duh, teganya.” Ujar Teti membersihkan belek.
“Tapi kan asyik. Gue mau ngasih
lihat aktifitas orang-orang pinggiran yang hebat bisa full kerja dari subuh.
Lagian kan bangun pagi itu bagus.”
“Lagaknya! Padahal sendiri itu
icon kebo di kelas. Tukang molor! Sok ngajakin jalan subuh!” omel Teti.
“Hush, Tet! Jangan buka kartu,
dong!”
Okelah, gue terima omelan Teti
dengan lapang dada. Toh bule-bule yang diajak juga masih pada menikmati,
jadinya waktu subuh pun dihajaarrr!!
Puas jajan di pasar pagi, kami
mulai kembali melancong. Teti yang keluarganya emang kerjanya tersebar dimana-mana,
beruntung mendapatkan tiket gratis dari taman hiburan yang baru dibuka hari
ini.
“Bah! Pasti rame banget tuh!
Ogah, ah ntar gue kejepit lagi!”
Iye, males banget gue maen-maen
ke taman ria. Inget aja waktu wisata beberapa tahun lalu, tubuh gue yang mungil
dan kinyut ini terhimpit badan-badan kekar para pengunjung di taman ria. Tobat
deh Tuhan, rasanya mau mati habis nafas gara-gara yang menjepit tuh aroma badannya,
WAH! Luhar bihasa baunyaah!!! Gila, ketek attack!
“But its sound so cool! Can we go
there?” si Chacha excited banget tuh kayaknya.
“Tuh, Hyde. Kita kesana aja. Para
bule mau kesana nih.” Teti membelokan mobilnya.
Yah, apa boleh buat. Terserah lo
pada dah!
~*~
Ternyata ngga seramai yang gue
kira. Walau pun pengunjungnya cukup banyak. Yah mungkin karena baru makanya
yang dateng belum sampe bikin over capacity kali yah, hehe..
“Woah, titanic!”
Samar terdengar ‘My Heart Will Go
On’nya Ibu Celine Dion mengalun indah di kepala ketika Ken mengajak Tetsu naik ke ujung kapal Replika Titanic dan memperagakan adegan Jack and Rose yang
merentangkan kedua tangannya. Sementara Chacha memotret dan Yukihiro bergidik,
hiiy!
“Seharusnya kalian mati!!! Itu
kan replica titanic yang udah karam, ah stupid!”
“Sirik!” Teti mencibir kata-kata
gue.
Gackt terpingkal!
Kami melirik padanya yang menahan
tawa dengan tangannya. Nampak wajah Chacha cs beserta gue melihat padanya aneh.
Nih, bule sotoy ah, kayak yang ngerti apa yang gue bilang barusan. Eh, tapi
beneran loh pas Gackt ketawa tuh kinyut abis!
~*~
Makan siang kami hijrah di sebuah
restoran di pinggiran pantai. Enaknyaaa~ angin sepoi-sepoi bertanda akan hujan
*halah.
Dengan rakus Tetsu dan para bule
menyantap makanan. Gue doyan sih seafood, tapi ngeliat selera makan mereka yang
begitu barbar rasanya gue udah kenyang duluan =__=
“Where are you going?” Gackt
tiba-tiba berkata pas gue mau cabut dari sana.
“Mau kemana, Hyde?” Tetsu seolah
meluruskan pertanyaan Gackt.
“Jajan.”
Akhirnya, gue pun cabut
meninggalkan resto. Cari jajanan enak nih pas siang menuju sore begini. Enaknya
makan apa ya?
“Kembang gula kapas!!” emang mata
gue lihai banget liat tukang jajanan. “Abaaang, beli satuuuu!” gue lari ngejar
si abang yang padahal ngga bakal lari kemana-mana di standnya lol
Setelahnya misuh-misuh.
“Sialan, mahal banget!
Mentang-mentang tempat wisata segalanya dibikin mahal. 5rebu aja malah dibikin
15rebu! Dasar lintah karat!” kesel abis sama harga kembang gula kapasnya,
isinya angin tapi harganya bener-bener menggembung!
Eh, tau-tau Gackt muncul sambil
bawa bungkus kembang gula kapas.
“Hey, do you like it, too?” sok
banget gue tanya-tanya, bener juga ngga nih omongan gue.
“Yes, I like it. This is a cotton
candy ^__^”
“Ya, Ya… cotton candy.”
Gackt membuka bungkus besar si
gula kapas.
“In this country, this is Kembang
Gula Kapas.”
Gackt terdiam, “Kembang Gula
Kapas.”
AAAAAHH!!!
“Eh! You can saying it!”
“Kembang Gula Kapas- enak.”
Tuturnya.
OMG~! Gue ngga habis cecengiran.
How cute! How cuteee!!!
Hebatnya gue ngajarin bule Jerman
ngomong bahasa gue. Puji syukur!
“COOL!! COOL!!! Again! Again!”
Lah, kenapa gue minta kayak Teletubbies?
Gackt cuman diam sambil
tersenyum. “You want to hear my other words?”
“Eh?” sebentar Gackt, gue tela’ah
dulu kata-kata lo.
“Hyde can- tik.”
……
…………
……………………
I’m freezing.
……
…………
……………………
Kembang gula kapas ditangan kini
meleleh tertiup angin. Mata ini ngga bisa lepas dari Gackt yang dari tadi cuman
mengubar senyum. SYIIIITTTTT, GUE MAU NANGIS!
Namun sebelum itu…
CPROOTH!!
“Woah!” Gackt menjerit.
Sebuntal permen kapas singgah
diwajahku…
~*~
“Sorrryyyyy!!! Tadi permen
kapasnya terbang T^T”
Ulah TETI! SIALAN!
Beli permen kapas terus permen
kapasnya terbang dan terjun bebas ke muka orang! Jahatnya! Muka gue dijadikan
landasan permen kapasnya yang meleleh! Bukan cuman muka tapi rambut! Gara-gara ulahnya rambut gue
lengket dan harus segera dicuci! Karena itu gue memutuskan buat membersihkan
diri. Dibantu Teti sang tersangka tentu saja! Huh!
“Sorry, Hyde. Ngga sengaja.” Teti
melas sambil membersihkan sisa-sisa kembang gula kapas yang masih menempel di
rambutku. Sesekali dia menjilati jarinya.
“Tiada maaf bagimuh!”
“Hyde…kumohooonnn…”
Mulai deh kebiasaan lawak kami
bikin opera sabun colek. Mak Icih dan Mak Idah bersatu! *halah
Tapi kekonyolan kami harus hilang
waktu Gackt masuk membawakan sebotol shampoo dan lotion milik Chacha. Duileh,
Chacha feminism juga ternyata. Gackt muncul, Tetsu pergi. Dan entah kenapa,
baru kali ini gue ngerasa engga rela ditinggal Tetsu sendirian. Eh, ralat,
berduaan dengan si ganteng di- di kamar mandi!
OH GOSH!
Otak ecchi gue kerja! Whats going
ooooooooooooonnnnnnn!!! What happen to me? Gara-gara kata-kata Gackt soal
‘cantik’, gue ngerasa kikuk sekali T^T
Rasanya pipi ini memerah..
“Thank yoo!” gue merebut botol
shampoo dan lotion itu dari tangannya dan segera melarikan diri ke dalam bilik
kamar mandi sebelum jantung ini copot rasanya. Gimana nasipnya nyokap gue kalau
tahu anak tercintanya nanti tewas gara-gara deg-deg-an? Kematian yang ngga
manusiawi -___-
~*~
Semuanya gara-gara GACKT!
Iyah, gara-gara si bule sekarang
gue jadi males banget ikut kegiatan mereka yang masih stay di Negara gue
tersayang. Bukannya apa-apa, kalau cuman jalan bareng dengan bule-bule Hong
Kong dan Jepangnya sih ngga masalah, asal jangan sama si bule Jerman! ):
Mendadak gue ngga suka sama
keberadaan Gackt di sekitar gue. Karena setiap kali bertemu pandang sama Gackt
guenya jadi salting dan jadi kayak orang oon!
“I’m sorry if I bothered you.”
Suatu kali Gackt bicara.
Mengejutkan, karena apa?
Setelahnya Gackt jadi ngga pernah ngomong sama gue lagi. Aduh, kenapa lagi yah?
Kikuknya kami ternyata mengundang kerutan-kerutan penuaan*haish!* diwajah yang
lain. Kalau ada kesempatan, si Teti mulai bertanya macam-macam soal hubungan
gue sama Gackt yang mendadak jadi dingin kayak balok es.
“Lo kenapa lagi sama Gackt?”
“Ngga. Ngga kenapa-napa.”
“Kalau lo pikir gue bakal berkata
‘Ooh’ itu artinya pertemanan kita selama hampir 7 tahun ini NOL besar. Ngomong
dong kenapa?” Tetsu memaksa.
Aduh, gue jadi bingung nih.
Ngomong ngga yah sama Teti soal keanehan gue yang terjadi. Kalau Teti tahu apa
yang gue rasain, kira-kira responnya gimana? Masa iya gue bilang sama dia kalau
gue seneng sama Gackt? Maho banget.
“Gue males aja diikutin terus.”
“Bukannya bagus. Dari dulu kan lo
demen bule.” Candanya.
“Seriuslah, Tet. Tapi ngga sama
dia juga.”
“Biasa aja sih. Gackt ganteng
begitu, apanya yang salah coba? Lo diikutin dia itu adalah sebuah anugerah, nah
dia ngikutin elo tuh namanya musibah! Hahahaha!!!”
“Sialan!”
Dasar Teti ngga peka!
~*~
Tanpa terasa waktu berjalan
dengan begitu cepat. Waktu Chacha bilang bakal pulang minggu depan. Kok gue
ngerasa waktu sebulan itu kayak sehari ya? Padahal perasaan baru kemarin
ketemu, sekarang mereka udah wanti-wanti bakalan pulang.
“Hayoh loh, mau pulang. Kita
belum tentu bakal ketemu mereka lagi.” Sialnya si Teti pake acara nakutin
bilang begitu. “Loh, gue bicara kenyataan loh! Lo kira kita bakal banjir duit
bisa terbang ke Jerman?”
“Maksud lo apa, Tet?”
“Ah, ngga nyindir doang.”
Sialan! Si Teti makin lama makin
ngeselin!
Belakangan ini rombongan bule
juga jadi jarang kumpul bareng. Kalau bisa ketemu Chacha, kadang ngga bisa
bareng sama Yuki dan Ken. Gackt pun sekarang jadi jarang ikut kumpul. Sampai
pada akhirnya, Teti berinisiatif mengadakan pesta karaoke di motel mereka.
“Tenang, ngga bakal menganggu
kok.”
“Gue ngga ikut ya.”
“Yah, Hyde kok gituh sih. Ini kan
sekalian pesta perpisahan.”
“Mereka kan masih lama pulangnya,
seminggu lagi.”
“Tapi besok Yukihiro pulang
duluan.”
“Loh?” gue kaget.
“Dia kan mesti sidang di
kampusnya.”
“Ooh..”
“Gue denger juga setelah si Yuki,
Gackt nyusul pulang duluan.”
JEDEEERRRR!!!
Pengen sih tanya kenapa cepet
banget. Tapi apa daya, bibir ini kelu rasanya~ Ooh, Bunda Elvi Sukaesih
tolonglah cucumu ini T__T
~*~
Keesokannya, gue dan Teti
nongkrong di motel mereka. Karena motel tempatnya cukup kecil ternyata kamar
mereka sendiri-sendiri. Tapi malam itu kami berkumpul di kamarnya Chacha yang
lokasinya lebih strategis dengan pemandangan malam yang indah.
Tau bakal karaoke, Chacha dan
yang lainnya sudah menyiapkan senjata-senjata ampuh mereka; CD karaoke,
camilan, dan banyak sekali minuman. Rasanya kami bakal menginap malam ini di
sini.
“Put at there.” Suara Ken
terdengar.
Gue masih di beranda kamar Chacha
mengamati keindahan. Aslinya sih mengamati kamar sebelah yang jadi kamar
tidurnya Gackt. Sejak gue datang sampe sekarang Gackt ngga keliatan batang
idungnya. Kemanakah dia?
“Maybe he sleep.”
Gue menoleh mendengar Chacha
menjawab pertanyaan Tetsu soal ketiadaan Gackt yang langsung melirikku.
“Panggilin, Hyde!” titahnya.
Bocah semprul. Punya jabatan apa
dia nyuruh-nyuruh gue manggilin Gackt?
“Lo aja.” Gue membalas sewot.
“Lo gak liat gue lagi sibuk?”
Tetsu mengangkat kardus minuman kalengnya.
Cih!
~*~
Tok! Tok!
“Gackt?”
Gue nyoba manggil Gackt dari
tadi, tapi kayaknya orangnya ngga ada deh. Daritadi ngga ada jawaban. Atau kayak
yang Chacha bilang, Gackt tidur?
Cklek!
Eh, pintunya ngga di kunci.
Kesempatan deh masuk kamar orang ganteng, otak gue mulai gila. Pelan-pelan tapi
pasti akhirnya gue masuk juga sama ke dalam kamar sederhana yang dominan
berwarna putih ini. Dan benar saja kata Chacha, Gackt tidur.
Posisinya tertelungkup dekat ke
pinggir ranjang. Di kepalanya ada notebook yang (mungkin) sudah mati atau stand
by karena lampu powernya masih menyala. Di ranjangnya banyak tergeletak CD-CD
dan kertas-kertas kecil dan… KAMUS.
Pas gue perhatikan ternyata kamus
INDONESIA-JERMAN.
Hati gue mencelos. Selama ini
Gackt belajar loh bahasanya gue. Hingga dia dengan fasih bilang kalau gue ini
‘cantik’. Satu kata yang membuat gue mati kutu sampai sekarang. Gara-gara kata
itu pulalah sekarang rasanya gue punya perasaan aneh pada Gackt yang ngga bisa
dijelaskan. Masa iya sih gue beneran suka Gackt? Mentang-mentang dia ganteng?
Ah, gue rasa bukan.
Piip.
Ketika Gackt bergerak dalam
tidurnya, tangannya tak sengaja menyentuh keyboard notebooknya. Dan kalian tahu
apa yang mengejutkan! Jeng jeng!...
Gue sendiri mungkin ngga bakal
percaya apa yang gue lihat dengan mata kepala gue sendiri. Di layar notebooknya
ada halaman page yang ngga asing buat gue. Ngga asing, karena itu adalah
halaman page homepage dari blog gue.
Gackt…
Kertas-kertas yang berserakan di
sekitarnya gue pungut. Gue lihat dan gue baca. Gue emang ngga tahu apa yang
ditulisnya karena mungkin sebagian besar ditulis pakai bahasa Jerman. Tapi
kalau gue mau pede, rasanya tulisan-tulisan ini adalah sebuah artian dari
blog-blog yang pernah gue tulis.
Aduh, Tuhan. Kok mendadak gue
ngerasa gue cinta mati sama ini orang??? Boleh ngga sih kalau gue bilang si
Gackt yang gue kagumi karena fisik dan karakter hidupnya yang amat gue dambakan
justru adalah fans gue. Amin. Amin lol
“Ungh?”
Waduh, Gackt bangun! Bersembunyi
atau…
“Hyde?!”
Telat! Batin gue nepuk jidat.
Waktu gue balik, Gackt kayak yang buru-buru merapihkan barang-barang diranjangnya
dan segera menyimpannya. Mematikan notebooknya dan tersenyum kecut.
“Sorry.” Gue nyengir kuda.
Pura-pura ngga tahu ah apa yang
barusan gue lihat meski pun sekarang ini jujur gue pengen banget melompat ke
arahnya saking girangnya. Wanna asking him, ‘Do you love me?’ Haissh! Tapi kan
ngga mungkin. Apa guenya aja yang ke-geer-an atau mungkin Gackt cuman mau
belajar bahasa kami dengan menggunakan blog gue yang hampir seluruh isinya
pakai bahasa lokal semua. Aslinya sih, 80% penggunaaan bahasa planet dan bahasa
primitif lol
Setelahnya Gackt cuman diam.
Hening. Gue juga…
Ngga tahu apa lagi yang harus gue
omongin ke Gackt sekarang. Rasanya muka ini panas, dada ini mau meledak dan gue
mau jatuh. Lemas. Kira-kira apa ya yang Gackt pikirin sekarang. Gue ngga pernah
tahu.
“Um, Chacha- chacha…” mendadak
otak gue nge-blank. Gak tahu mau ngomong apaan sama Gackt.
Sedangkan si Gackt cuman bisa
senyam-senyum aja daritadi. Waktu kekikukan itu semakin parah, untungnya Chacha
nongol di depan pintu.
“Hey, what are you doing? We all
waiting!”
~*~
Karaokean yang sekarang malah
diganti sama nonton bareng DVD itu kini berjalan sempurna. Ternyata selain
membawa CD Karaoke campur sarinya, si Teti juga membawa beberapa DVD bajakannya
lol
“Karena otak gue terlalu cerdas,
gue sudah bisa memprediksikan bahwa acara karaoke ini pasti akan dilanjutkan
dengan DVD-ing!” Begitu kata Teti narsis.
Tapi lumayan juga sih,
teman-teman kami nampak menikmati sekali. Kecuali gue. Iyaaa, gue ngga suka
nonton horror!! Si Teti malah sengaja bawa-bawa koleksi DVD setannya DX
Gimana kabarnya gue nih yang
sekarang jadi kebelet pengen pipis?
“Udah, sendiri aja. Kamar mandi
di depan mata begitu -__-” tukas Teti gak peduli.
Dasar Teti, gak berperasaan!
“Eh, eh, tapi kata Chacha kamar
mandi ini ngga bisa di pake. Airnya mampet. Kalau mau katanya pake kamar mandi
Yuki atau Gackt aja.” Teti kembali menjelaskan kata-kata Chacha.
Aduh! Amsyong deh gue!
“Anterin~” gue melas.
“You can take my bathroom.”
Aduh, Gackt!
Continue…
baguuuss ceritanya.
BalasHapustapi ada yg bikin gue bingung.
si hyde ini cewek apa cowok ya?
di part 1, dia cowok tp di part 2 si gackt blg kalo si hyde cantik.
Trs, si hyde blg kalo dia suka gackt, nanti maho.
Soo.. ini si hyde, cowok tp cantik ya?