Title : Expression of Love
Author : Duele
Last Edited : 28 Nov '09
Genre : Romance, Crack xP
Rating : AU, PG13
Chapter(s) : Oneshot
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : DiexShinya
Summary : Shinya, si manusia tanpa mimik
xDD
Disclaimer : Bukiyou no Silence - Hinako
Takanaga
Comments : Thx to Ayang yang udah kasih
manga scan-nya. Fufufu...
~*~
" Di-DITEMBAK ?! \OoO/"
Mata Toshiya membulat. Anggukkan manut
teratur dari kepala Shinya terlihat.
" D- Dia...Da- Dai..." agaknya
Totchi susah nih ngekspresiin kekagetannya waktu tau Shinya ditembak Die !
[Pembaca : *mangap!*]
" Ta-tapi kapan ?!!!" Totchi
masih ngga bisa terima xp
Shinya diem sebentar, sampe akhirnya
buka mulutnya juga. " Waktu pulang sekolah dua hari lalu." jawabnya.
" Oh yah !!?" sekarang Totchi
keliatannya bahagia banget. " Terus, terus kamu 'iya' in ?!" Totchi
penasaran sambil nyeret kursinya duduk dihadapan teman satu klubnya itu.
Lagi-lagi anggukan pelan disertai wajah
merona terpampang jelas di wajah Shinya.
" AWWW MYY GAAWWWDD !!!
ANPELIPEBEEEELLL ALPENLIBEEEE !!" nyah, Totchi keknya ngga bisa percaya
dengan kenyataan ini. " Mamet ya say~ akhirnya yang kamu tunggu-tunggu
datang juga !" Totchi nepok-nepok punggung Shinya yang kurus.
Yup!
Shinya emang nunggu keajaiban ini datang
padanya. Ternyata Tuhan memang sangat baik padanya. Orang yang selama ini
Shinya sukai akhirnya datang juga padanya menyampaikan perasaannya padanya.
Shinya senang sekali, tapi...
" ...tadinya dia malah mau batalin
nembaknya." tutur Shinya pelan.
" He ?" Totchi agak kaget.
" Iya, dia bilang keknya aku ngga
suka sama dia."
=_____=;;
Muka Totchi langsung berubah aneh.
" Ya iyalah !!! Dia mikir kek getoh
!!! Kamu ngga ngaca yah tampangmuh itu kek apa !?" jah, Totchi kok sewot ?
xD
Tapi wajar aja sih kalo Totchi sampe
sesewot itu. Karena dia tahu kekurangan Shinya yang mendasar, cowok manis itu sama
sekali ngga punya ekspresi di wajahnya. Lempeng-lempeng aja =__=;;
Mungkin orang awam ngga bakal tahu apa
yang sedang Shinya pikirkan saat itu karena ekspresi Shinya dari datang sampe pulang
sekolah, dari seneng sampe sedih, dari kebelet sampe gemes, ngga bisa dibedain
sama sekali.
Plong gituh aja mimiknya. Ngga senyum,
ngga melet, ngga ada gurat marah atau mimik-mimik nyeleneh lainnya. Itu makanya
banyak orang yang mengira-ngira pada Shinya. Termasuk Andou Daisuke.
Nah, nama yang disebut terakhir ini
adalah orang yang selama ini jadi pujaan hatinya Shinya.
[pembaca: *mutih gag terima LOL*]
Andou Daisuke...
Hum... cukup populer juga dia di
sekolah. Selain dikenal lumayan pinter, Die -begitu dia dipanggil-, juga adalah
seorang anggota klub baseball kebanggaan di sekolah. Tampangnya juga ngga
ancur-ancur amat lah, getoh sih kalo Totchi komentar LOL
Udah hampir setahun ini Shinya tertarik
pada Die. Entah karena apa, yang jelas Shinya menyukai pria ini. Dan karena kediamannya
hampir tak ada yang menyangka dan tahu orang dingin macam Shinya punya hati
juga suka sama orang LOL
Kecuali, Toshiya tentu saja.
Yeah, walaupun sebetulnya untuk masalah
Totchi juga karena sebuah kecelakaan kecil hingga ia akhirnya tahu bukti-bukti dimana
Shinya begitu mengidolakan Die. Sesuatu yang cukup membuatnya syok berhari-hari
dan ngga berenti buat cengengesan tiap ketemu pandang sama Die yang sebetulnya
temen masa SD-nya xDD
" Die itu pas kecil tuh bantet,
kumel, dekil, kotor, bauk! xDD Aku ngga abis pikir aja kenapa kamu bisa suka
sama dia...."
Totchi masih nyerocos aja ketika Shinya
masih sibuk memperhatikan sosok yang tengah berlari di lapangan baseball dari jendela
kelasnya yang terletak di lantai 4.
" ...terus dia tuh doyan ngupil,
terus terus.... umur 10 tahun masih ngompol, terus terus..."
Terus aja Totchi~ Shinya juga ngga
peduli amat situh mau ngemeng apa, toh Shinya masih asyik memperhatikan Die di sana
tanpa mudeng sama apa yang kamu omongin kok xp
~*~
" Shin-chan~"
Suara itu menggema di ambang pintu.
Sosok Die yang fresh dengan balutan seragam sekolahnya muncul dengan senyum.
" Kamu benar-benar menungguku
yah...?"
Shinya mengangguk kecil. Die tersenyum.
Lalu menghampiri Shinya yang masih sibuk membereskan peralatan gambarnya.
Yah, Shinya memang masuk kedalam klub
melukis. Dan biasanya kegiatan klub lukis berakhir setelah pukul 4 sore, terkecuali
buat hari ini. Shinya menyempatkan diri untuk menunggu Die pulang bersamanya.
" Wah buku sketsa~" Die
mengambilnya.
" Ah!"
Tapi keburu dirampas sama Shinya dan
buru mendekapnya erat-erat.
" Ng-ngga bole liat yah ?"
tanya Die ragu.
Shinya ngangguk.
Aneh...
" Lihat, lihat Shin~! Di sana ada
toko pernak-pernik, kesana dulu yuk!" ajak Die ketika melewati sebuah toko
di pinggiran kota.
Shinya terdiam, Die menjayaknya. Tapi
genggaman tangan Die Shinya hempaskan begituh saja. Dan memilih masuk dengan
cepat meninggalkan pria yang masih terdiam disana. Tak mengerti.
Shinya terpaku didepan sebuah rak pernak
pernik.
" Kamu suka itu ?" tanya Die
mengambil beberapa barang dari sana. Ternyata beberapa buah phone strap dengan beberapa
bandul yang menarik. " Kamu suka yang mana ?"
Shinya menoleh kearah pria tinggi itu.
Die mengambil dua buah bungkus phone strap dari sana.
" Yang ini. Suka ngga ?!"
tanyanya.
Shinya tertegun. Phone strap dengan
bandul anjing. Sejak kapan Die tahu Shinya suka anjing ?
" Kita beli sepasang, satu untukmu,
satu untukku." ujarnya.
" Terima kasih." ujar Shinya
ketika Die beranjak dari sana. Entah Die mendengarnya atau tidak.
~*~
" Ohayo!"
Shinya tertegun ketika sosok Die muncul
disana. Ini kan baru pukul 6 pagi. Tumben banget Die muncul sepagi ini.
" Kamu datang pagi juga Shin
?" tanya Die.
" Aku biasa membereskan ruang lukis
dulu."
Die tersenyum. Tiba-tiba matanya
menangkap sesuatu.
" Ee... itu kan..." Die nunjuk
phone strap yang menggantung ditas Shinya. " Kenapa ngga di gantung di
hapemu ?" tanyanya.
" Aku ngga punya."
" He ?"
Norak amat sih Shin xD
Jaman geneh ngga punya hape, apa kata
dunia! xDDD
" Aku... ngga biasa ngomong banyak.
Jadi punya henpon pun percuma." jawabnya masih dengan ekspresi datar.
Bikin Die gemes aja. Ini sebetulnya
ekspresi sedih apa lega sih ?! xDD
" Ah, sou... aku banyak ketemu
orang yang susah mengekspresikan perasaannya. Tapi aku baru sekali ini ketemu
sama orang yang ngga ada mimiknya sama sekali kek kamu xDD" yeh, Die
ngeledek xDD " Dulu aku selalu menebak-nebak, kira-kira apa yang selalu kamu
pikirkan. Sekarang pun tetap gituh. Tapi aku sadar satu hal. Kalau aku
perhatiin lagi, justru karena inilah aku suka kamu. Secara ngga sengaja, aku
jadi tertarik dan cuman melihat kamu di mataku."
" Benarkah ?" tanya Shinya
datar.
" Ha ha ha..." Die ketawa
garing. Duh, gimana yah ? Diajakin ngomong serius pun Shinya tetap aja cuman
punya satu mimik doang xD Padahal niatnya Die pengen banget ngeliat mimik lain
dari wajah Shinya yang sebetulnya tanpa mimik apapun tetap aja cantik xD
" Kamu bisa kaget ngga?!"
tanya Die ngaco xD
Tapi Shinya tetep mingkem. Diem aja kek
anak autis xD
Sampe akhirnya, tanpa persetujuan Shinya
atau tanpa Die sadarin. Cowok jangkung itu mengecup bibir Shinya tanpa permisi.
Huh? Huh? Huh?
Shinya meledak-ledak dalam hatinya.
" …” sekejap mukanya berubah merah kek tomat xDD
" Waw! Lihat mukamu merah banget
xDDD" ujar Die takjub. " Ternyata kamu punya ekspresi lain selain
wajah tanpa ekspresi kamu, yah." Die terkekeh.
Shinya hanya terdiam sambil menutupi
bibirnya.
" Aku suka kamu Shin!" tukas
Die menghadiahkan sekali lagi kecupan manis di kening cowok manis itu. "
Hehehe..." dia berbalik, " Aku duluan yah! Nanti aku jemput!"
ujarnya melambai dengan santai.
Meninggalkan Shinya yang masih terpana
dan ngga percaya sama apa yang dilakukan Die barusan. Ngga tau deh. Keknya hari
ini Shinya pengen banget makan es krim vanilla yang banyak mpe muntah, atau
ninju seseorang sangking hepinya. Atau...atau... gyaaah!! Shinya bingung!!!
Kejadian tadi terus terulang dikepalanya.
" SHIN-CHAN !!"
Muka betenya Totchi nyembul di depan
Shinya yang masih asyik bermain-main dengan phone strapnya.
" Nande Totchi ?!" tanya
Shinya datar.
" Heh! Kamu dari tadi ngga denger
yah aku ngomong apaan ?!" omelnya.
Shinya terdiam.
" Ih siyaaal!!! Aku juga kepengen
punya pacaaaar TT___TT" ratap Totchi yang masih jomblo xDDD
" Nanti juga dapet." jawab
Shinya tanpa bermaksud jahat LOL
" Gatau yah, keknya kamu lagi
ngejek aku, deh!" cibir Totchi ngambek.
" ...."
Shinya tak mengerti. Mungkin selain
tanpa ekspresi, Shinya juga kadang suka lambat menyadari perasaan seseorang xD
~*~
Die menciumnya.
Itu doang yang ada di pikiran Shinya
sekarang ini. Sejak tadi cowok manis itu ngga bisa konsen sama tugasnya
gara-gara ulah Die pagi ini. Dan sampe balik kerumah pun kondisinya sama aja.
Otaknya dipenuhi Die, Die, dan Die!
Shinya gila!!!
Tiba-tiba sekali Shinya merindukan Die.
Rindu sekali. Hingga akhirnya tangan kurusnya meraba tas sekolahnya, mencari sesuatu,
tapi...
" Ah, phone strapnya..."
Hilang.
~*~
Shinya berjalan menyusuri semak-semak
yang tadi siang dijadikan tempat melukis klubnya. Suasana begitu gelap, bagaimana
mungkin Shinya bisa menemukan phone strap yang begitu kecil ? Tapi Shinya tidak
mau kehilangan benda itu, itu pemberian dari Die untuknya.
Tapi Shinya tak kunjung menemukannya.
Ini terlalu gelap. Mungkin besok sore ia akan melanjutkan pencariannya lagi.
" Eh ? Phone strapnya ?" Die
bertanya.
" Aku tinggalkan di rumah."
jawab Shinya datar.
" O-oohh..."
Die tak mungkin bicara banyak. Karena
dia tak tahu apa yang Shinya pikirkan dengan raut yang datar begituh. Tapi agaknya
Shinya jadi aneh sejak itu.
" Pulang?!" Die kaget.
" Iya, dia izin. Udah dua hari ini
dia izin dari klub." jawab Totchi.
Die diem.
" Heh! Shinya kamu apain!?"
tanya Totchi galak xDD
" Hah?! Ngga diapa-apain kok!"
Totchi bermuka sinis, " Awas, yah,
kalo nyakitin Shinya!" ancamnya dengan kuas xDD
" Iye, iye. Bawel ah!"
Tapi Die bingung, apa mungkin gara-gara
itu Shinya jadi marah dan mengacuhkannya ?
" Ngga ketemu..." Shinya
bersandar.
Udah seharian ngubek-ngubek semak-semak
tapi phone strapnya ngga ketemu juga. Apa mungkin udah diambil orang ? Shinya
jadi bingung sendiri. Dia ngga bisa bilang pada Die kalo hadiah yang diberikan
Die hilang gara-gara kecerobohannya. Pokoknya Shinya mesti nemuin lagi phone
strap itu !!
Besoknya disekolah...
" Shinya." Die datang ketempat
Shinya ketika istirahat siang itu.
" Die..."
Shinya deg-degan, jangan-jangan Die
sadar phone strapnya ngga ditinggal di rumah tapi hilang! Duh, Shinya mesti ngomong
apa ?!
"... Kenapa akhir-akhir ini kamu
mengacuhkan aku?!"
Hah?
Mengacuhkan Die? Shinya?! Kapan?!
" Apa kamu marah gara-gara aku cium
tempo hari ?"
Shinya agak terkejut.
Lho? Kok Die bisa berpikir sampai sejauh
itu? Mana mungkin Shinya marah, justru Shinya seneng banget!
" Aku rasa, sejak aku cium kamu.
Kamu jadi berubah dingin ke aku, menghindari aku, dan..." Die bermuka
kecewa.
Tunggu! Tunggu!
Ini pasti salah paham! Yah ini pasti
salah paham!! Kebetulan saja ketika hari dimana Die mencium Shinya, dihari itu
juga phone strap Shinya hilang dan Shinya lebih konsen mencari phone strap
tersebut sebelum ketauan sama Die! Bukan karena dia marah sama Die cuman karena
dicium!
Ini benar-benar salah paham!
" A-a-..." Shinya mau ngomong
tapi keknya susah banget.
" Kalo kamu ngga suka seharusnya
kamu bilang atau mendorongku aja waktu itu. Ngga perlu mesti ngacuhin aku
seperti ini kan, Shin?!"
Die?! Shinya bingung.
Die beranjak, berlalu meninggalkan
Shinya yang masih terpaku di sana.
Duh, kok malah jadi runyam beginih ?!
SRAAK.
Shinya masih mencari phone strap itu
meski matahari sudah terbenam. Sejak pulang dari sekolah Shinya udah mulai mencari-cari
di sana. Ngga peduli perut, ngga peduli badan yang belum mandi, yang jelas yang
terpenting buat Shinya adalah phone strap pemberian Die harus ia temukan!
Shinya hanya ingin menjelaskan mengapa
akhir-akhir ini ia terlalu sibuk sendiri. Itu karena ketakutannya sendiri
karena tidak becus menjaga barang pemberian dari Die. Shinya ngga mau Die
menganggapnya sebagai orang yang ngga bisa menghargai pemberian orang lain. Yah
walaupun sebetulnya daripada itu Shinya lebih ingin menjaga barang itu karena
itu satu-satunya yang ia dapatkan dari Die. Walau cuman Phone strap doang. Tapi
buat Shinya itu berharga.
" Ngga ketemu..."
Shinya mulai putus asa.
Udah beberapa hari nyari tapi hasilnya
tetep aja nihil. Phone strap itu ngga kunjung dia temukan. Walau Shinya sudah mencari
sampai ke sungai kecil disana, tapi tetep aja ngga ketemu. Shinya bingung,
sampe nangis...
Tapi daripada mencari sebuah phone strap,
ada baiknya mungkin Shinya bicarakan saja kesalahannya ini pada Die. Tapi.., tapi
kenapa rasanya sulit banget. Sampe Shinya ngga tahu apa lagi yang mesti dia
perbuat buat memperbaiki hubungannya dengan Die yang sedang dilanda masalah
misscommunication kek ginih.
Shinya emang bukan tipe orang yang bisa
mengekspresikan semuanya lewat mimik wajah ataupun perkataan. Shinya ngga biasa.
Shinya cuman bisa menanggapinya datar walau jelas dihatinya ribuan ekspresi
bermain. Tapi untuk membiaskannya secara nyata, Shinya ngga bisa...
" Hiks...hiks.."
Dan Shinya pun menangis sendirian di
sana.
" Yampun SHINYA !!"
Shinya mendongak ketika sosok Die muncul
disana. Menuruni anak tangga dengan cepat bergerak kearahnya yang masih terduduk
sendirian disana.
" Aku cariin kamu dari tadi!
Ternyata kamu disini! Kamu lagi apa?!" tanya Die panik ngeliat kondisi
Shinya yang kotor.
Sampe akhirnya Shinya ngga tahan dan
memeluk pria jangkung itu sampe Die panik sendiri.
" hey, Shin..."
"
Phone,...strap...nya...hi-hilang...hiks... ma-maaf...hiks..."
Ya Tuhan.
Die baru sadar akan sesuatu...
" Udah lebih tenang ?" tanya
Die.
Shinya mengangguk. Setelah menangis
hampir seperjalanan, akhirnya Die membawa Shinya ke tempatnya demi mendiamkannya.
Cukup lama ia menunggu Shinya berhenti menangis.
" Kenapa sih mesti repot-repot
segala nyari-nyari sebuah phone strap doang. Kita kan bisa beli lagi
Shin." ujar Die enteng.
" Tapi itu dari Die-kun... kalau
beli baru, rasanya beda."
Die terdiam. Shinya merunduk, malu
rasanya dengan apa yang baru aja dia ungkapkan.
" Hmm..." Die beranjak lalu
duduk disamping pemuda itu. " Boleh ngga aku nanya sesuatu sama
kamu?"
Shinya melirik.
" Dari dulu aku pengen tahu, kenapa
sih kamu mau nerima ajakanku buat keluar bareng waktu itu? Padahal aku pikir
kamu ngga pernah suka sama aku." ujar Die.
Shinya terdiam. Apa yang harus ia
katakan pada Die, bahwa ia juga telah sedari dulu menyukai cowok jangkung ini. Mengharapkannya
dan akhirnya jadian seperti sekarang ini. Tapi Shinya bingung bagaimana
memberitahukannya pada Die. Sampai tiba-tiba tangannya menggapai sesuatu,
tasnya...
Oh iya !!!
Shinya sibuk. Die bingung ketika Shinya
mengambil tas sekolahnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Buku sketsa ?
" Ini..." Shinya
memberikannya.
" Eh ? Ngga apa-apa ? Bukannya aku
ngga boleh liat gambarmu ?" tanya Die. Tapi Shinya diem aja, seolah
menyuruh Die buat membukanya sekarang juga.
Dan ketika dibuka...
helai demi helai, halaman demi halaman.
Mimik Die berubah aneh.
" Ini- ini gambar...ku ?"
Shinya merunduk dengan semu dipipinya.
Die hampir tak mempercayainya, sketch book setebal itu hanya berisikan gambar-gambar
tentangnya dari setiap angle yang berbeda.
" A-aku masih punya beberapa lagi
di rumah." tutur Shinya.
" Hah !?" Die kaget.
Segitunya...
" Shinya ini...ini..."
" A-aku suka Die-kun. A-aku su-suka
kamu lebih dari a-apa yang kamu pi-kir. Ta-tapi aku bingung
men-jelaskannya..." Shinya gugup.
" Shinya..." Die menaruh
sketch book-nya sembarang.
Mengambil dagu Shinya dengan telapak
tangannya, mendekatkan wajahnya tepat disana. Menatap kedua bola mata itu dengan
penuh cinta.
" Kenapa kamu begitu hebat buatku
Shin!"
" Ah ? ..Nnhh...!!"
Tanpa bisa menjawabnya Shinya terjerat
dalam ciuman Die yang kali ini lebih berani.
" Ummh..."
Membawanya jatuh pada ranjangnya. Shinya
mulai panik.
" Die..."
" Maaf Shin, tapi aku ngga bisa
berhenti lebih dari ini."
" Akh!"
Membawanya pada ciuman berchapter yang
terus bersambung. Mengecupnya, merasakannya lebih dariapa yang Die mau selama
ini. Karena Die sudah tidak bisa menahan gejolak ini sejak Shinya menjadi
miliknya. Pria ini benar-benar telah membuat seluruh perhatiannya hanya tertuju
padanya seorang.
" Ha! Ahk! Die-kun!!"
Tangan-tangan yang biasa menggenggamnya
kini mulai nakal menjamah isi tubuhnya. Perlahan menelanjanginya, membuka satu
persatu kancing kemejanya. Menciuminya telak hingga Shinya tak bisa melakukan
apapun untuk menghentikan ini dan membiarkan Die leluasa mengambil apa yang ia
inginkan darinya.
" Apa kamu malu?" tanya Die.
Shinya hanya bisa mengangguk dengan wajahnya yang sudah memerah sejak tadi.
" Ngga apa-apa, biar aku melihat
ekspresi kamu yang lain Shin. Biar cuman aku..."
" AKH !!" Shinya menjerit.
Saat yang seharusnya memang dimana
Shinya keluarkan mimiknya. Mimik sakitnya, bahkan mimik bahagianya. Bahagianya
hanya bersama Die sekarang. Saat ini...
" ...love you, Shin..."
~*~
" Shin-chan!!" Die berkacak
pinggang. " Kamu masih nyari phone strap itu juga ?!"
Shinya masih mencari-cari.
" Hei- hei... Shin-chan
sudah!"
" Tapi..."
" Bukan cuman phone strap yang bisa
aku berikan, mulai sekarang ada yang lebih penting yang mesti kamu jaga
untukku." ujarnya.
Shinya diem dengan muka khas tanpa
eskpresinya. " Apa?" tanyanya kek orang ngga minat gituh xD
" Hatiku ..."
The End
baca sambil puasa...XD
BalasHapusg batal sih cuma encup doang tapiimajinasi kemana mana hohohoho
nice fic....
Hei!! Ada mami cin! kangennya sama mami :*
BalasHapusHhhmmmm...
BalasHapusSweet banget sampe ngecek..Aku bener-bener cemburu...
Tetep ya, mbayangin Shinya itu cewe (switch gender) ._.