expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

07 Juni 2013

Expression of Love



Title : Expression of Love
Author : Duele
Last Edited : 28 Nov '09
Genre : Romance, Crack xP
Rating : AU, PG13
Chapter(s) : Oneshot
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : DiexShinya
Summary : Shinya, si manusia tanpa mimik xDD
Disclaimer : Bukiyou no Silence - Hinako Takanaga
Comments : Thx to Ayang yang udah kasih manga scan-nya. Fufufu...

~*~

" Di-DITEMBAK ?! \OoO/"

Mata Toshiya membulat. Anggukkan manut teratur dari kepala Shinya terlihat.

" D- Dia...Da- Dai..." agaknya Totchi susah nih ngekspresiin kekagetannya waktu tau Shinya ditembak Die !


[Pembaca : *mangap!*]

" Ta-tapi kapan ?!!!" Totchi masih ngga bisa terima xp

Shinya diem sebentar, sampe akhirnya buka mulutnya juga. " Waktu pulang sekolah dua hari lalu." jawabnya.
" Oh yah !!?" sekarang Totchi keliatannya bahagia banget. " Terus, terus kamu 'iya' in ?!" Totchi penasaran sambil nyeret kursinya duduk dihadapan teman satu klubnya itu.

Lagi-lagi anggukan pelan disertai wajah merona terpampang jelas di wajah Shinya.

" AWWW MYY GAAWWWDD !!! ANPELIPEBEEEELLL ALPENLIBEEEE !!" nyah, Totchi keknya ngga bisa percaya dengan kenyataan ini. " Mamet ya say~ akhirnya yang kamu tunggu-tunggu datang juga !" Totchi nepok-nepok punggung Shinya yang kurus.

Yup!
Shinya emang nunggu keajaiban ini datang padanya. Ternyata Tuhan memang sangat baik padanya. Orang yang selama ini Shinya sukai akhirnya datang juga padanya menyampaikan perasaannya padanya. Shinya senang sekali, tapi...

" ...tadinya dia malah mau batalin nembaknya." tutur Shinya pelan.
" He ?" Totchi agak kaget.
" Iya, dia bilang keknya aku ngga suka sama dia."

=_____=;;
Muka Totchi langsung berubah aneh.

" Ya iyalah !!! Dia mikir kek getoh !!! Kamu ngga ngaca yah tampangmuh itu kek apa !?" jah, Totchi kok sewot ? xD

Tapi wajar aja sih kalo Totchi sampe sesewot itu. Karena dia tahu kekurangan Shinya yang mendasar, cowok manis itu sama sekali ngga punya ekspresi di wajahnya. Lempeng-lempeng aja =__=;;
Mungkin orang awam ngga bakal tahu apa yang sedang Shinya pikirkan saat itu karena ekspresi Shinya dari datang sampe pulang sekolah, dari seneng sampe sedih, dari kebelet sampe gemes, ngga bisa dibedain sama sekali.
Plong gituh aja mimiknya. Ngga senyum, ngga melet, ngga ada gurat marah atau mimik-mimik nyeleneh lainnya. Itu makanya banyak orang yang mengira-ngira pada Shinya. Termasuk Andou Daisuke.

Nah, nama yang disebut terakhir ini adalah orang yang selama ini jadi pujaan hatinya Shinya.

[pembaca: *mutih gag terima LOL*]

Andou Daisuke...
Hum... cukup populer juga dia di sekolah. Selain dikenal lumayan pinter, Die -begitu dia dipanggil-, juga adalah seorang anggota klub baseball kebanggaan di sekolah. Tampangnya juga ngga ancur-ancur amat lah, getoh sih kalo Totchi komentar LOL
Udah hampir setahun ini Shinya tertarik pada Die. Entah karena apa, yang jelas Shinya menyukai pria ini. Dan karena kediamannya hampir tak ada yang menyangka dan tahu orang dingin macam Shinya punya hati juga suka sama orang LOL
Kecuali, Toshiya tentu saja.
Yeah, walaupun sebetulnya untuk masalah Totchi juga karena sebuah kecelakaan kecil hingga ia akhirnya tahu bukti-bukti dimana Shinya begitu mengidolakan Die. Sesuatu yang cukup membuatnya syok berhari-hari dan ngga berenti buat cengengesan tiap ketemu pandang sama Die yang sebetulnya temen masa SD-nya xDD

" Die itu pas kecil tuh bantet, kumel, dekil, kotor, bauk! xDD Aku ngga abis pikir aja kenapa kamu bisa suka sama dia...."
Totchi masih nyerocos aja ketika Shinya masih sibuk memperhatikan sosok yang tengah berlari di lapangan baseball dari jendela kelasnya yang terletak di lantai 4.

" ...terus dia tuh doyan ngupil, terus terus.... umur 10 tahun masih ngompol, terus terus..."
Terus aja Totchi~ Shinya juga ngga peduli amat situh mau ngemeng apa, toh Shinya masih asyik memperhatikan Die di sana tanpa mudeng sama apa yang kamu omongin kok xp

~*~

" Shin-chan~"

Suara itu menggema di ambang pintu. Sosok Die yang fresh dengan balutan seragam sekolahnya muncul dengan senyum.

" Kamu benar-benar menungguku yah...?"

Shinya mengangguk kecil. Die tersenyum. Lalu menghampiri Shinya yang masih sibuk membereskan peralatan gambarnya.

Yah, Shinya memang masuk kedalam klub melukis. Dan biasanya kegiatan klub lukis berakhir setelah pukul 4 sore, terkecuali buat hari ini. Shinya menyempatkan diri untuk menunggu Die pulang bersamanya.

" Wah buku sketsa~" Die mengambilnya.
" Ah!"

Tapi keburu dirampas sama Shinya dan buru mendekapnya erat-erat.

" Ng-ngga bole liat yah ?" tanya Die ragu.

Shinya ngangguk.
Aneh...


" Lihat, lihat Shin~! Di sana ada toko pernak-pernik, kesana dulu yuk!" ajak Die ketika melewati sebuah toko di pinggiran kota.

Shinya terdiam, Die menjayaknya. Tapi genggaman tangan Die Shinya hempaskan begituh saja. Dan memilih masuk dengan cepat meninggalkan pria yang masih terdiam disana. Tak mengerti.
Shinya terpaku didepan sebuah rak pernak pernik.

" Kamu suka itu ?" tanya Die mengambil beberapa barang dari sana. Ternyata beberapa buah phone strap dengan beberapa bandul yang menarik. " Kamu suka yang mana ?"

Shinya menoleh kearah pria tinggi itu. Die mengambil dua buah bungkus phone strap dari sana.

" Yang ini. Suka ngga ?!" tanyanya.

Shinya tertegun. Phone strap dengan bandul anjing. Sejak kapan Die tahu Shinya suka anjing ?

" Kita beli sepasang, satu untukmu, satu untukku." ujarnya.
" Terima kasih." ujar Shinya ketika Die beranjak dari sana. Entah Die mendengarnya atau tidak.

~*~

" Ohayo!"

Shinya tertegun ketika sosok Die muncul disana. Ini kan baru pukul 6 pagi. Tumben banget Die muncul sepagi ini.

" Kamu datang pagi juga Shin ?" tanya Die.
" Aku biasa membereskan ruang lukis dulu."

Die tersenyum. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu.

" Ee... itu kan..." Die nunjuk phone strap yang menggantung ditas Shinya. " Kenapa ngga di gantung di hapemu ?" tanyanya.
" Aku ngga punya."
" He ?"

Norak amat sih Shin xD
Jaman geneh ngga punya hape, apa kata dunia! xDDD

" Aku... ngga biasa ngomong banyak. Jadi punya henpon pun percuma." jawabnya masih dengan ekspresi datar.

Bikin Die gemes aja. Ini sebetulnya ekspresi sedih apa lega sih ?! xDD

" Ah, sou... aku banyak ketemu orang yang susah mengekspresikan perasaannya. Tapi aku baru sekali ini ketemu sama orang yang ngga ada mimiknya sama sekali kek kamu xDD" yeh, Die ngeledek xDD " Dulu aku selalu menebak-nebak, kira-kira apa yang selalu kamu pikirkan. Sekarang pun tetap gituh. Tapi aku sadar satu hal. Kalau aku perhatiin lagi, justru karena inilah aku suka kamu. Secara ngga sengaja, aku jadi tertarik dan cuman melihat kamu di mataku."
" Benarkah ?" tanya Shinya datar.
" Ha ha ha..." Die ketawa garing. Duh, gimana yah ? Diajakin ngomong serius pun Shinya tetap aja cuman punya satu mimik doang xD Padahal niatnya Die pengen banget ngeliat mimik lain dari wajah Shinya yang sebetulnya tanpa mimik apapun tetap aja cantik xD
" Kamu bisa kaget ngga?!" tanya Die ngaco xD

Tapi Shinya tetep mingkem. Diem aja kek anak autis xD
Sampe akhirnya, tanpa persetujuan Shinya atau tanpa Die sadarin. Cowok jangkung itu mengecup bibir Shinya tanpa permisi.

Huh? Huh? Huh?
Shinya meledak-ledak dalam hatinya.

" …”  sekejap mukanya berubah merah kek tomat xDD
" Waw! Lihat mukamu merah banget xDDD" ujar Die takjub. " Ternyata kamu punya ekspresi lain selain wajah tanpa ekspresi kamu, yah." Die terkekeh.

Shinya hanya terdiam sambil menutupi bibirnya.

" Aku suka kamu Shin!" tukas Die menghadiahkan sekali lagi kecupan manis di kening cowok manis itu. " Hehehe..." dia berbalik, " Aku duluan yah! Nanti aku jemput!" ujarnya melambai dengan santai.

Meninggalkan Shinya yang masih terpana dan ngga percaya sama apa yang dilakukan Die barusan. Ngga tau deh. Keknya hari ini Shinya pengen banget makan es krim vanilla yang banyak mpe muntah, atau ninju seseorang sangking hepinya. Atau...atau... gyaaah!! Shinya bingung!!! Kejadian tadi terus terulang dikepalanya.


" SHIN-CHAN !!"

Muka betenya Totchi nyembul di depan Shinya yang masih asyik bermain-main dengan phone strapnya.

" Nande Totchi ?!" tanya Shinya datar.
" Heh! Kamu dari tadi ngga denger yah aku ngomong apaan ?!" omelnya.

Shinya terdiam.

" Ih siyaaal!!! Aku juga kepengen punya pacaaaar TT___TT" ratap Totchi yang masih jomblo xDDD
" Nanti juga dapet." jawab Shinya tanpa bermaksud jahat LOL
" Gatau yah, keknya kamu lagi ngejek aku, deh!" cibir Totchi ngambek.
" ...."

Shinya tak mengerti. Mungkin selain tanpa ekspresi, Shinya juga kadang suka lambat menyadari perasaan seseorang xD

~*~

Die menciumnya.

Itu doang yang ada di pikiran Shinya sekarang ini. Sejak tadi cowok manis itu ngga bisa konsen sama tugasnya gara-gara ulah Die pagi ini. Dan sampe balik kerumah pun kondisinya sama aja. Otaknya dipenuhi Die, Die, dan Die!

Shinya gila!!!

Tiba-tiba sekali Shinya merindukan Die. Rindu sekali. Hingga akhirnya tangan kurusnya meraba tas sekolahnya, mencari sesuatu, tapi...

" Ah, phone strapnya..."

Hilang.

~*~

Shinya berjalan menyusuri semak-semak yang tadi siang dijadikan tempat melukis klubnya. Suasana begitu gelap, bagaimana mungkin Shinya bisa menemukan phone strap yang begitu kecil ? Tapi Shinya tidak mau kehilangan benda itu, itu pemberian dari Die untuknya.

Tapi Shinya tak kunjung menemukannya. Ini terlalu gelap. Mungkin besok sore ia akan melanjutkan pencariannya lagi.


" Eh ? Phone strapnya ?" Die bertanya.
" Aku tinggalkan di rumah." jawab Shinya datar.
" O-oohh..."

Die tak mungkin bicara banyak. Karena dia tak tahu apa yang Shinya pikirkan dengan raut yang datar begituh. Tapi agaknya Shinya jadi aneh sejak itu.

" Pulang?!" Die kaget.
" Iya, dia izin. Udah dua hari ini dia izin dari klub." jawab Totchi.

Die diem.

" Heh! Shinya kamu apain!?" tanya Totchi galak xDD
" Hah?! Ngga diapa-apain kok!"

Totchi bermuka sinis, " Awas, yah, kalo nyakitin Shinya!" ancamnya dengan kuas xDD

" Iye, iye. Bawel ah!"

Tapi Die bingung, apa mungkin gara-gara itu Shinya jadi marah dan mengacuhkannya ?


" Ngga ketemu..." Shinya bersandar.

Udah seharian ngubek-ngubek semak-semak tapi phone strapnya ngga ketemu juga. Apa mungkin udah diambil orang ? Shinya jadi bingung sendiri. Dia ngga bisa bilang pada Die kalo hadiah yang diberikan Die hilang gara-gara kecerobohannya. Pokoknya Shinya mesti nemuin lagi phone strap itu !!

Besoknya disekolah...

" Shinya." Die datang ketempat Shinya ketika istirahat siang itu.
" Die..."

Shinya deg-degan, jangan-jangan Die sadar phone strapnya ngga ditinggal di rumah tapi hilang! Duh, Shinya mesti ngomong apa ?!

"... Kenapa akhir-akhir ini kamu mengacuhkan aku?!"

Hah?
Mengacuhkan Die? Shinya?! Kapan?!

" Apa kamu marah gara-gara aku cium tempo hari ?"

Shinya agak terkejut.
Lho? Kok Die bisa berpikir sampai sejauh itu? Mana mungkin Shinya marah, justru Shinya seneng banget!

" Aku rasa, sejak aku cium kamu. Kamu jadi berubah dingin ke aku, menghindari aku, dan..." Die bermuka kecewa.

Tunggu! Tunggu!
Ini pasti salah paham! Yah ini pasti salah paham!! Kebetulan saja ketika hari dimana Die mencium Shinya, dihari itu juga phone strap Shinya hilang dan Shinya lebih konsen mencari phone strap tersebut sebelum ketauan sama Die! Bukan karena dia marah sama Die cuman karena dicium!
Ini benar-benar salah paham!

" A-a-..." Shinya mau ngomong tapi keknya susah banget.

" Kalo kamu ngga suka seharusnya kamu bilang atau mendorongku aja waktu itu. Ngga perlu mesti ngacuhin aku seperti ini kan, Shin?!"

Die?! Shinya bingung.
Die beranjak, berlalu meninggalkan Shinya yang masih terpaku di sana.
Duh, kok malah jadi runyam beginih ?!


SRAAK.
Shinya masih mencari phone strap itu meski matahari sudah terbenam. Sejak pulang dari sekolah Shinya udah mulai mencari-cari di sana. Ngga peduli perut, ngga peduli badan yang belum mandi, yang jelas yang terpenting buat Shinya adalah phone strap pemberian Die harus ia temukan!

Shinya hanya ingin menjelaskan mengapa akhir-akhir ini ia terlalu sibuk sendiri. Itu karena ketakutannya sendiri karena tidak becus menjaga barang pemberian dari Die. Shinya ngga mau Die menganggapnya sebagai orang yang ngga bisa menghargai pemberian orang lain. Yah walaupun sebetulnya daripada itu Shinya lebih ingin menjaga barang itu karena itu satu-satunya yang ia dapatkan dari Die. Walau cuman Phone strap doang. Tapi buat Shinya itu berharga.

" Ngga ketemu..."

Shinya mulai putus asa.
Udah beberapa hari nyari tapi hasilnya tetep aja nihil. Phone strap itu ngga kunjung dia temukan. Walau Shinya sudah mencari sampai ke sungai kecil disana, tapi tetep aja ngga ketemu. Shinya bingung, sampe nangis...

Tapi daripada mencari sebuah phone strap, ada baiknya mungkin Shinya bicarakan saja kesalahannya ini pada Die. Tapi.., tapi kenapa rasanya sulit banget. Sampe Shinya ngga tahu apa lagi yang mesti dia perbuat buat memperbaiki hubungannya dengan Die yang sedang dilanda masalah misscommunication kek ginih.

Shinya emang bukan tipe orang yang bisa mengekspresikan semuanya lewat mimik wajah ataupun perkataan. Shinya ngga biasa. Shinya cuman bisa menanggapinya datar walau jelas dihatinya ribuan ekspresi bermain. Tapi untuk membiaskannya secara nyata, Shinya ngga bisa...

" Hiks...hiks.."

Dan Shinya pun menangis sendirian di sana.

" Yampun SHINYA !!"

Shinya mendongak ketika sosok Die muncul disana. Menuruni anak tangga dengan cepat bergerak kearahnya yang masih terduduk sendirian disana.

" Aku cariin kamu dari tadi! Ternyata kamu disini! Kamu lagi apa?!" tanya Die panik ngeliat kondisi Shinya yang kotor.

Sampe akhirnya Shinya ngga tahan dan memeluk pria jangkung itu sampe Die panik sendiri.

" hey, Shin..."
" Phone,...strap...nya...hi-hilang...hiks... ma-maaf...hiks..."

Ya Tuhan.
Die baru sadar akan sesuatu...


" Udah lebih tenang ?" tanya Die.

Shinya mengangguk. Setelah menangis hampir seperjalanan, akhirnya Die membawa Shinya ke tempatnya demi mendiamkannya. Cukup lama ia menunggu Shinya berhenti menangis.

" Kenapa sih mesti repot-repot segala nyari-nyari sebuah phone strap doang. Kita kan bisa beli lagi Shin." ujar Die enteng.
" Tapi itu dari Die-kun... kalau beli baru, rasanya beda."

Die terdiam. Shinya merunduk, malu rasanya dengan apa yang baru aja dia ungkapkan.

" Hmm..." Die beranjak lalu duduk disamping pemuda itu. " Boleh ngga aku nanya sesuatu sama kamu?"

Shinya melirik.

" Dari dulu aku pengen tahu, kenapa sih kamu mau nerima ajakanku buat keluar bareng waktu itu? Padahal aku pikir kamu ngga pernah suka sama aku." ujar Die.

Shinya terdiam. Apa yang harus ia katakan pada Die, bahwa ia juga telah sedari dulu menyukai cowok jangkung ini. Mengharapkannya dan akhirnya jadian seperti sekarang ini. Tapi Shinya bingung bagaimana memberitahukannya pada Die. Sampai tiba-tiba tangannya menggapai sesuatu, tasnya...

Oh iya !!!

Shinya sibuk. Die bingung ketika Shinya mengambil tas sekolahnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Buku sketsa ?

" Ini..." Shinya memberikannya.
" Eh ? Ngga apa-apa ? Bukannya aku ngga boleh liat gambarmu ?" tanya Die. Tapi Shinya diem aja, seolah menyuruh Die buat membukanya sekarang juga.

Dan ketika dibuka...
helai demi helai, halaman demi halaman. Mimik Die berubah aneh.

" Ini- ini gambar...ku ?"

Shinya merunduk dengan semu dipipinya. Die hampir tak mempercayainya, sketch book setebal itu hanya berisikan gambar-gambar tentangnya dari setiap angle yang berbeda.

" A-aku masih punya beberapa lagi di rumah." tutur Shinya.
" Hah !?" Die kaget.

Segitunya...

" Shinya ini...ini..."
" A-aku suka Die-kun. A-aku su-suka kamu lebih dari a-apa yang kamu pi-kir. Ta-tapi aku bingung men-jelaskannya..." Shinya gugup.
" Shinya..." Die menaruh sketch book-nya sembarang.

Mengambil dagu Shinya dengan telapak tangannya, mendekatkan wajahnya tepat disana. Menatap kedua bola mata itu dengan penuh cinta.

" Kenapa kamu begitu hebat buatku Shin!"
" Ah ? ..Nnhh...!!"

Tanpa bisa menjawabnya Shinya terjerat dalam ciuman Die yang kali ini lebih berani.

" Ummh..."

Membawanya jatuh pada ranjangnya. Shinya mulai panik.

" Die..."
" Maaf Shin, tapi aku ngga bisa berhenti lebih dari ini."

" Akh!"
Membawanya pada ciuman berchapter yang terus bersambung. Mengecupnya, merasakannya lebih dariapa yang Die mau selama ini. Karena Die sudah tidak bisa menahan gejolak ini sejak Shinya menjadi miliknya. Pria ini benar-benar telah membuat seluruh perhatiannya hanya tertuju padanya seorang.

" Ha! Ahk! Die-kun!!"
Tangan-tangan yang biasa menggenggamnya kini mulai nakal menjamah isi tubuhnya. Perlahan menelanjanginya, membuka satu persatu kancing kemejanya. Menciuminya telak hingga Shinya tak bisa melakukan apapun untuk menghentikan ini dan membiarkan Die leluasa mengambil apa yang ia inginkan darinya.

" Apa kamu malu?" tanya Die. Shinya hanya bisa mengangguk dengan wajahnya yang sudah memerah sejak tadi.
" Ngga apa-apa, biar aku melihat ekspresi kamu yang lain Shin. Biar cuman aku..."

" AKH !!" Shinya menjerit.

Saat yang seharusnya memang dimana Shinya keluarkan mimiknya. Mimik sakitnya, bahkan mimik bahagianya. Bahagianya hanya bersama Die sekarang. Saat ini...

" ...love you, Shin..."

~*~

" Shin-chan!!" Die berkacak pinggang. " Kamu masih nyari phone strap itu juga ?!"

Shinya masih mencari-cari.

" Hei- hei... Shin-chan sudah!"
" Tapi..."
" Bukan cuman phone strap yang bisa aku berikan, mulai sekarang ada yang lebih penting yang mesti kamu jaga untukku." ujarnya.

Shinya diem dengan muka khas tanpa eskpresinya. " Apa?" tanyanya kek orang ngga minat gituh xD

" Hatiku ..."




The End

3 komentar:

  1. baca sambil puasa...XD
    g batal sih cuma encup doang tapiimajinasi kemana mana hohohoho

    nice fic....

    BalasHapus
  2. Hei!! Ada mami cin! kangennya sama mami :*

    BalasHapus
  3. Hhhmmmm...
    Sweet banget sampe ngecek..Aku bener-bener cemburu...
    Tetep ya, mbayangin Shinya itu cewe (switch gender) ._.

    BalasHapus