expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

07 Juni 2013

23:23 (Part 2)



Title : 23:23
Author : Duele TerAndou Mori
Finishing : Okt '10
Genre : Horror, Thrill
Rating : PG15
Chapter(s) : 2/3
Band(s) : Dir en grey
Pairing(s) : KaoruxToshiya
Disclaimer : The Amityville House
Summary : Toshiya naik ke atap!!!
Backsound : Change (In the House of Flies) by DEFTONES
Note Author : Salam SPOOKY lol hahahaha !!!


~*~


Dua hari sejak kejadian itu.

Toshiya yang hampir tak terselamatkan kini sudah membuka matanya. Semua member dan staff benar-benar merasa bersyukur akan keajaiban yang masih menaungi bassist mereka. Karena pihak Dokter sempat tidak bisa menangani kondisi Toshiya yang sekarat ketika di angkut kerumah sakit dengan saluran pernafasannya yang tersumbat dengan air dan kotoran-kotoran kecil. Sekarang pria itu sudah bisa tersenyum kecil walau pun masih dengan kondisi yang sangat lemah.


Namun yang sangat terpukul adalah Kaoru.

Ketika hanya ada keduanya, Toshiya yang masih tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali menyebutkan satu kata.

"Go...men..."

Kaoru miris!
Ia menyesal sekali. Berpikir bahwa Toshiya sengaja nekat karena perbuatannya yang dingin padanya.

"Toshiya..."

Tidak tahu harus mengatakan apa lagi?
Kaoru benar-benar menyesal.

"Maafkan aku..."

~*~

"Aku tidak percaya Toshiya nekat!" Kyo membanting botol air mineralnya.

Biar seperti yang cuek di luar, namun sebenarnya Kyo adalah orang kedua yang paling panik setelah Kaoru. Begitu mengetahui temannya celaka dan hampir mati, Kyo mulai bersikap tak terkontrol.

"Toshiya tidak sebodoh itu!" Kyo menggeleng-gelengkan kepalanya.

Shinya dan Die serta beberapa staff yang masih berembuk di sana hanya diam.

"Kalau Toshiya mau bunuh diri, tidak ada yang namanya melepaskan sepatu terlebih dulu!" Kyo mengeluarkan unek-uneknya.

Die dan Shinya saling menatap satu sama lain.
Apa mungkin ada 'hal' lain yang mencelakakan Toshiya?


~*~


"Anda mau membohongi saya!?"

Kaoru mengamuk di sebuah kantor siang itu.

"Tenang dulu Mr. Niikura, kita bisa membicarakan ini baik-baik." Mrs. Willis sang makelar rumah yang menjual rumah berhantu itu pun sebenarnya sangat takut.
"Benar Kaoru, kau tenang dulu. Ini bisa dibicarakan baik-baik." Die berusaha membuat sang leader lebih kalem.

Kaoru kembali duduk dengan tenang, "Tolong ceritakan pada saya tentang rumah itu dan pemilik terdahulunya!" tandas Kaoru.

Wanita asing itu menatap pria di hadapannya dengan serius. Satu helaan pendek dan cerita pun di mulai ketika Mrs. Willis mulai menceritakan tentang rumah yang sebenarnya sudah dibangun berpuluh-puluh tahun yang lalu.

"Tidak ada yang salah dengan rumah itu, hanya saja..."

Ketika sebuah keluarga kecil menempati rumah tersebut, salah satu kasus menimpa mereka. Dimana sang sulung tiba-tiba membantai seluruh keluarganya yang sedang pulas tertidur dengan cara menembakinya. Tidak jelas mengapa dia membantai seluruh keluarganya tanpa ampun. Bahkan sang bungsu, gadis cilik yang berusia kurang dari sembilan tahun itu pun tak luput dari maut. Setelah ditembak, tubuh mungilnya di tenggelamkan ke danau.

"Keesokannya setelah dia membunuh seluruh keluarganya, pemuda itu menyerahkan diri ke polisi." Mrs. Willis menyudahi ceritanya.

"Gila! Jadi kau menjual rumah berhantu?" Die angkat bicara, jadi tak tahan dengan cerita menyeramkan ini.

Kaoru berusaha menahan diri.

"Apa alasan pria itu membunuh seluruh keluarganya?"

Die dan wanita itu terdiam, sampai akhirnya wanita itu kembali menjawab.

"Halusinasi."

Mereka membisu.

"Halusinasi ghaib yang mensuggesti pria itu untuk membunuh seluruh keluarganya."

Apa? Halusinasi?
Mustahil.


~*~


Toshiya membuka matanya.

Pria yang sudah kembali dari rumah sakit itu kini sudah di bolehkan beristirahat di rumah. Sejak pagi Toshiya tertidur, dan sekarang ketika matahari hampir tenggelam pemuda itu akhirnya bangun. Tapi tidak ada siapapun di rumah. Kaoru pasti masih di studio, pikirnya.

Toshiya menghela kecil. Air minum di gelasnya sudah kosong. Maka dengan terpaksa pemuda itu turun ranjang untuk mengambil air.

Dengan langkah yang tergopoh-gopoh Toshiya keluar dari kamarnya, dengan kondisi yang masih sehat betul Toshiya berusaha untuk tidak jatuh walau pun sebenarnya kepalanya masih terasa berat.

Tapi ketika pemuda itu baru saja menatap ke arah belasan anak tangga di bawah kakinya, dia tercengang. Matanya menangkap sosok gadis mungil pirang yang mirip sekali dengan gadis yang dia lihat di pinggir danau. Apa benar mereka sama? Tapi kenapa dia bisa ada disini?

Toshiya hanya mematung, begitu juga gadis kecil yang masih memegangi boneka tuanya. Mendongak melihat Toshiya yang masih tercenung disana menatap sang gadis misterius itu dengan mata yang kosong.

Hihihi...

Anak kecil itu tersenyum padanya, lalu beranjak menaiki anak tangganya dan mendatangi Toshiya yang masih mematung disana. Keduanya saling menatap. Dan ketika gadis itu menangkap jemari kelingking Toshiya, pemuda itu hanya diam dan menurut ketika gadis itu mengajaknya ke suatu tempat.

Toshiya ikut.


~*~


"Lebih baik kau cari orang pintar saja, Kaoru!" Usul Die ketika dia keluar dari mobil.

"Dimana aku bisa mendapatkan yang seperti itu?" Kaoru masih tak habis pikir.

"Alaah! Yang seperti itu banyak!" tukas Die. "Aku bisa minta bantuin pada staff yang tahu pendeta yang bagus."

Kaoru berhenti melangkah, lalu berbalik dan melihat Die dengan muka yang aneh. "Kau percaya dengan yang seperti itu, Die?"

Die diam.
Jujur, Die sendiri sebenarnya masih kurang percaya dan mengerti dengan masalah-masalah ghaib seperti ini. Tapi masalahnya, mereka sedang di hadapkan pada masalah yang memang tidak masuk di akal seperti ini.

"Apa salahnya mencoba...?" tuturnya.

Ketika keduanya masih berdebat tentang penangkal dan pendeta hebat, mendadak Die menangkap sesuatu di balik bayang gelap bulan purnama malam ini. Ketika pria berambut tebal itu melihat bayangan yang mengenai dirinya, bergerak cepat.

Dan ketika Die mendongak, dia histeris!

"TOSHIYA!!!!"

Kaoru spontan menoleh pada arah yang dilihat Die.

Atap rumah!!!

"TOSHIYAAAAAAA!!!!!!!"


Kraak!

Toshiya melangkah tepat pada ujung segitiga genting rumahnya yang tinggi. Dengan seng yang dia pijaki, pemuda itu masih berjalan-jalan bak pemuda sirkus yang sedang melakukan atraksi akrobat di ketinggian hampir 10 meter. Entah apa yang membuat pemuda itu nekat naik ke tempat yang berbahaya itu. Terlebih lagi dengan kondisinya yang masih belum sehat, Toshiya bisa saja jatuh dan tak luput dari maut kali ini.

"Toshiyaa!!!!"

Ah..

Toshiya sadar. Pemuda itu menoleh.

"Kaoru...?"

Kaoru disana. Di jendela atap!
Pria itu mengejar Toshiya ke sana.

"Toshiya tetap di sana!!! Jangan bergerak!!!" paniknya.

Tapi Toshiya nampak yang bingung. Kenapa?
Apa yang membuat Kaoru begitu panik?

"Toshiya! Jangan bergerak!!" suara dari bawah kakinya membuat Toshiya merunduk dan mendapati Die di bawah.

"AAAKKH!!!" Toshiya panik!

Sadar dirinya berada di tempat paling tinggi di tempat itu! Kenapa dia bisa di sini? Apa yang sedang dia lakukan!?

"Jangan panik!!!" Kaoru merangkak naik ke genting rumah.

Tubuh Toshiya gemetaran. "Kaoru..." wajahnya mengenaskan.

Seluruh tubuhnya bergetar tak bisa di kendalikan. Kaoru yang terus mendekatinya berusaha menenangkannya agar tidak melakukan pergerakan yang fatal! Sementara di bawah sana Die sibuk men-dial nomor-nomor darurat.

"Toshiya angkat kepalamu! Jangan lihat ke bawah!" Kaoru memperingatkan.

Toshiya tak bergerak bahkan seinchipun dari tempatnya berdiri.

"Kao..ru..."
"Tenang. Tetap di sana Toshiya, jangan bergerak dan jangan lihat ke bawah."

Airmata Toshiya mengalir, keringatnya mengucur. Wajahnya memucat, bibirnya membiru karena menahan dingin dari sapuan angin kencang dari atas. Kaoru menyeimbangkan diri berjalan ke ujung atap dimana Toshiya masih berdiri. Perlahan tapi pasti pria itu mendekati pria yang masih berdiri di sana.

"Ulurkan tanganmu Toshiya." Kaoru mengulurkan tangannya pada Toshiya, namun masih cukup jauh.

Dengan tangan yang gemetar, Toshiya mencoba menggerakkan tangannya yang sepertinya kaku karena rasa takut dan ngeri dengan posisinya sekarang.

"Pelan-pelan..." Kaoru mensupport.

"Hhh! Hss!! Hhhaa!!" Toshiya terengah menahan desak suara nafasnya yang tak beraturan menahan rasa takutnya. Tangannya masih berusaha menggapai tangan Kaoru yang masih terus mendekatinya perlahan.

"Iya, sedikit lagi Toshiya. Sedikit lagi." Kaoru semakin dekat menjangkau pria itu.

Sementara Die di bawah sana masih di liputi perasaan was-was dan cemas yang luar biasa. Bisa-bisanya pemandangan seperti ini ia lihat dengan sadar dengan mata kepalanya sendirinya. Saat kedua bandmatesnya tengah menghadapi maut di atas sana?

Ini mimpi buruk!

"Dapat!" Kaoru menggenggam tangan Toshiya yang mendingin bagai es. "Berpeganglah pada menara loteng sekarang!" titahnya.

Toshiya menurut, Kaoru mengikutinya. Lalu melihat ke bawahnya.

"Die!"

"Kaoru! Ambulance dan polisi akan segera datang! Bertahanlah!"


~*~


"Dia sudah tidur?"

Kyo masuk ke kamar tempat dimana Toshiya beristirahat. Kaoru yang masih menungguinya hanya bisa mengangguk lemah.

"Hhh..." Kyo menghela. "Sebaiknya kau temui Inoue-san. Bicaralah padanya untuk segera mencarikan apartmen sementara."

"Ya, kau benar Kyo." Kaoru menatap wajah Toshiya yang pulas. "Aku memang harus cepat meninggalkan rumah ini."

Kyo terdiam sejenak, melihat kedua bandmates-nya yang masih terlihat tidak sehat karena kejadian tadi malam.

"Aku tunggu di luar." Kyo pamit.

Meninggalkan Kaoru yang masih betah berlama-lama memandangi wajah Toshiya yang masih pucat pasi. Tapi matanya beralih pada jendela kamar mereka yang sesekali terlihat terang benderang dengan cahaya lampur warna-warni milik mobil polisi dan ambulance yang satu persatu menghilang dari sana. Kejadian tadi benar-benar membuat Kaoru benar harus memutuskan meninggalkan rumah ini secepat mungkin!

Kaoru beranjak dari sana, namun ketika hendak keluar dia menengok sekali lagi pada Toshiya yang masih terlelap.

BLAM!


Tik! Tik! Tik!

Hihihi...!

Tik! Tik! Tik!

23.20

Tik! Tik! Tik!

Hahaha...!

Tik! Tik! Tik!

23.21

Tik! Tik! Tik!

Bunuh! Bunuh!

Tik! Tik! Tik!

Aarrgggh!!!!

Tik! Tik! Tik!

23.22

Tik! Tik! Tik!

Bunuh! Bunuh!

Aaaaaa!!!!!

Tik! Tik! Tik!

23.23

Ah...

Dan mata Toshiya terbuka. Menatap langit-langitnya yang masih terlihat temaram.

Bunuh!! Bunuh!!!

Bangun dari pembaringannya. Bergeser dari tempatnya.

Hihihi...!

Menaruh kakinya di lantai, menapak lantai dan menumpu beban berat badannya ketika pria itu mulai bangkit.

Aaaaarrrggghh!!!

Bunuh! Bunuh! Bunuh!!

Hihihihi...!

Aaaaarrggh!!!

Bunuh! Bunuh!!!

"...bunuh.."


~*~


"Aku tidak mau pindah dari sini."

Kaoru mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Tapi Toshiya, rumah ini..."
"Aku tidak mau!" Toshiya sedikit menjerit.
"Toshiya rumah ini tak aman untuk kita tinggali." Kaoru mencoba memberikan pengertian padanya.
"Biarpun tak aman, tapi ini rumahku!" Toshiya menolak keras.
"Tosh-"

"Ini rumah dari Kaoru!"

Kaoru tercenung.

"Aku tidak mau meninggalkan rumah pemberian darimu..." tuturnya.

Toshiya...


~*~


"Dia tidak mau meninggalkan rumah itu."

"APA?!" teman-teman yang lain terlihat terkejut.

Dengan semua yang telah terjadi pada Toshiya, pemuda itu masih bersikeras untuk mau tinggal di sana? Apa Toshiya sudah gila?!

"Aku mengerti perasaan Toshiya...!" Shinya angkat bicara.

"Shinya!" Die menoleh pada pemuda manis itu penuh heran, Shinya menatap mereka.

"Jika aku jadi Toshiya, mungkin aku akan melakukan hal yang sama." tuturnya.

"Shinya tolong jangan membela Toshiya." Die memotong.

"Bukan begitu Die!" Shinya bergeleng. "Aku tahu apa yang dia rasakan. Kenapa dia tidak mau pindah dari sana, itu karena rumah itu adalah miliknya. Pemberian dari Kaoru. Itu terlalu berharga buat di tinggalkan begitu saja."

"Tapi rumah itu tidak aman! Kau tidak lihat Toshiya hampir mati karena hantu di rumah itu?!" Die tidak sependapat dengan Shinya.

Shinya di pojokkan. Pemuda itu merunduk.

"Sudahlah, kalau memang Toshiya tidak mau pindah dari sana. Kita coba usir saja, mungkin itu membantu." usul Kyo.

"Itu lebih baik." Kaoru sependapat.


~*~

Toshiya melongok keluar jendela ketika mendengar suara mobil yang berhenti tepat didepan rumahnya. Tidak biasanya Kaoru sudah kembali di jam-jam kerja seperti ini. Dan...

Mata Toshiya menyipit pada seorang pria tua yang berpenampilan nyentrik. Seperti seorang pendeta kuil dengan hakama. Membawa sebuah lonceng besar di tangannya. Di belakang mereka turut serta dua orang laki-laki lainnya yang Toshiya tebak sebagai kedua kroco-kroconya.

"Silahkan masuk." Kaoru membukakan pintunya.

Sang pendeta yang hendak melangkah mendadak tertegun sejenak di depan pintu sambil menatap aneh ke arah anak tangga yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Matanya seperti melihat sesuatu yang tak kasat mata.

Kaoru melihatnya, namun tak ada siapapun di tangga rumahnya. Kosong. Tapi si pendeta sudah berjampi-jampi memanjatkan doa untuk pengusiran setan ini.

Gila!
Kaoru hanya menahan nafas ketika semuanya terlihat begitu sakral dan mulai menegangkan.

"Ada satu ruangan di rumah ini yang aku pikir menjadi markas hantu penunggu rumahmu." ujar sang pendeta. "Biarkan saya melihatnya, kalian menyingkir saja."

Kaoru berpikir sejenak.

"Silahkan saja." tuturnya.

Sementara si pendeta berjalan menuju ke ruang tengah, Kaoru naik ke lantai dua menuju kamar dimana Toshiya beristirahat.

"Toshiya?" panggilnya ketika membuka pintu.

Kaoru lega melihat Toshiya terlelap di tempat tidurnya. Baguslah pemuda itu bisa beristirahat dengan tenang sekarang.

"Kaoru." panggil Toshiya tiba-tiba.

"Oh, ku kira kau tidur." jawab Kaoru mendekat.

"Siapa mereka?" tanya Toshiya.

"Oh itu." Kaoru duduk di tepian ranjang Toshiya. "Tidak perlu dipikirkan, kau beristirahat saja." ujarnya menarik selimut Toshiya lebih tinggi.

"Tapi mereka berisik."

Kleneng! Kleneng!

Suara berisik dari lonceng yang di bawa si pendeta memang cukup membuat rumah tenang mereka cukup ramai. Tapi Kaoru berusaha memakluminya, semuanya demi keamanan mereka.

"Kau tenang saja-"

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRGGGH!!!!!"

Kaoru spontan menoleh pada jeritan yang terdengar di bawah rumah. Dengan bergegas, pria itu pun keluar meninggalkan Toshiya dengan berlari mencari sumber suara jeritan yang ia dengar dari ruang tengah.

Toshiya hanya bisa diam, melihat pintu kamar yang terbuka.


"Ada apa?!!" Kaoru datang dengan panik, tapi tiba-tiba tubuhnya di tabrak seseorang.

BRUK!

Kaoru membentur dinding lorongnya.

"Anda-"
"Rumahmu terkutuk!" si pendeta yang menabraknya menghardiknya. "Cepat tinggalkan rumah ini sebelum terlambat!!!"

Dan si pendeta beserta kedua anak buahnya pun berlari terbirit-birit seakan tengah di kejar oleh sesuatu yang menyeramkan. Kaoru kebingungan, datang menghampiri ruang tengahnya yang kosong.

"Pak Pendeta tunggu!!!" Kaoru mengejar keluar rumah berusaha meminta penjelasan.

Tak melihat Toshiya yang mengintip di dekat anak tangga.


~*~


Kaoru menekan api pada puntung rokoknya yang dia musnahkan di tengah asbak. Ini sudah batang kelima sejak dua jam yang lalu. Asbak yang sudah penuh dengan abu dan puntung-puntung rokok yang berceceran ke meja, seolah tak mengindahkan kebersihan di tempat itu.

Tik! Tik! Tik!

Kaoru melirik jam dindingnya yang berpendulum. Bergoyang ke kanan dan ke kiri seirama sesuai dengan detak detiknya. Angkanya baru memasuki kepala sembilan, namun kenapa suasana rumahnya begitu sepi bagaikan tengah malam. Suasana yang kontras sekali dia dapatkan ketika berada di pub atau aduan gulat.

Sejak siang, Toshiya sama sekali tak mau beranjak sedikit pun dari ranjangnya. Hanya terkulai lemas dan tidak mau banyak bergerak seperti seorang pemalas akut.

"Hhh..." dia menghela.

Sepi ini bisa saja membunuhnya. Sebenarnya, Kaoru bisa saja menghubungi salah satu temannya dan pergi ke tempat yang lebih menyenangkan daripada di sini. Tapi menjaga Toshiya yang masih sakit itu lebih baik di rasa. Terlebih lagi setelah Kaoru sadar rumahnya ini memang tak aman.

Sret.

Kaoru kembali mengambil rokoknya langsung dengan mulutnya. Mencari pemantikanya yang mendadak hilang atau lupa ia taruh dimana.

Cklik!

Kaoru tertegun ketika api biru itu muncul tepat didepan matanya, sangat dekat bahkan hampir saja membakar bulu matanya. Bola matanya bergerak, memaku sosok Toshiya yang entah sejak kapan di sini. Di dekatnya, teramat dekat hingga ia bisa sodorkan api pemantiknya padanya.

"Hum?" Toshiya mengangguk kecil sambil mengarahkan apinya pada ujung tembakau pria tersebut.

Cssh!! ssh!

Dan asap putih membumbung. Toshiya bergerak, duduk di samping pemuda tersebut sambil menaruh beberapa kaleng bir di meja mereka.

Ctrak!

Kaleng minuman itu memuncratkan sedikit isinya yang langsung di lahap begitu rupa oleh Toshiya. Kaoru hanya bisa melihatnya, aneh. Toshiya nampak begitu sehat.
Dan terakhir, Toshiya kini berleha manja padanya. Bersandar pada dada Kaoru sambil dan mengambil remote televisinya.

"Kau sudah sehat?" tanya Kaoru.
"Ya!" jawab Toshiya tak melihatnya.

Kaoru membisu.
Apa benar Toshiya sudah sehat?

"Ini."

Kaoru terpaku ketika Toshiya menawarkan sekaleng bir dingin padanya. Dengan wajah yang sehat dan memancarkan cahaya cantiknya, dengan senyumnya yang memikat, terus terang Kaoru tak bisa membedakan ini benar Toshiya atau...

"Cheers!" Toshiya menabrakan kaleng bir mereka hingga berbunyi, setelahnya pemuda itu meneguknya hingga tak bersisa. "Hihihi..." terkikik seakan mulai mabuk.

Kaoru menyeruput bir-nya walau matanya tak lepas dari pemuda ini. Pemuda yang kini menerjangnya dengan pelukan serta merta.

"Gomen ne~" bisiknya.
"Buat apa?"

Toshiya melonggarkan pelukannya. "Karena kemarin aku keras kepala. Aku tidak jadi anak yang baik."

"Jadi kau mau pind-"

Terpotong.
Kalimat Kaoru terpotong karena lumatan manis dari pemuda tersebut. Mempagut bibirnya dengan tangannya yang mengambil kaleng bir dan batang rokok tersebut dari kedua tangan Kaoru.

"Hhh..."

Toshiya naik, duduk di sana. Tepat di kedua kaki prianya lalu berhadapan dengannya. Terus mempagut bibir manis ekstrak bakau yang masih menempel di bibir tipisnya. Toshinya tak memberikan waktu untuk Kaoru bicara lebih jauh selain melakukan apa yang dia kehendaki.

Yeah, mungkin benar. Toshiya sudah sehat...


~*~

Tik! Tik! Tik!

Toshiya masih terkulai, dengan wajah sayunya pemuda itu masih terlelap.

Tik! Tik! Tik!

Hihihihihi...

Tik! Tik! Tik!

"Aaah..."

Tik! Tik! Tik!

Hahahaha...

Tik! Tik! Tik!

"Ungg..."

Tik! Tik! Tik!

23.22

Tik! Tik! Tik!

Hihihi...

Tik! Tik! Tik!

Aaaaaaarrrrgggh!!!

Tik! Tik! Tik!

"Ah! Hhh!!"

Tik! Tik! Tik!

Bunuh! Bunuh!! Bunuh!!

Tik! Tik! Tik!

Bunuh!

Tik! Tik! Tik!

Aaaarrrrrgghhh!!!

Tik! Tik! Tik!

Hihihi...

Tik! Tik! Tik!

"Agh! Hh!!"

Tik! Tik! Tik!

Bunuh!

23.23


"Hah!"

Mata Toshiya membuka paksa.

Tik! Tik! Tik!

Bunuh! Bunuh!!

"Ugh!" Toshiya menutup kedua telinganya kuat-kuat. Suara-suara itu mengusiknya!

Tik! Tik! Tik!

Hihihi...

Hahaha...

Tik! Tik! Tik!

Bunuh!

"Ugh!" Toshiya berusaha menghilangkannya, namun tidak bisa!!

Bunuh! Bunuh!!!

Toshiya gemetar, kepalanya bergerak. Matanya melirik Kaoru yang masih terkulai di sana.

Bunuh dia!

"!!!"


~*~


"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKHHHHHH!!!!"

"!!!"

Kaoru terperanjat dari tidurnya begitu mendengar jeritan histeris tersebut.

"Toshiya!!!"

Meloncat dari ranjangnya dan langsung menerjang pintu demi menemukan bassist kesayangannya tersebut. Dengan bergegas dia turuni anak tangganya dan menuju keluar rumah, berhubung pintu depan rumahnya memang sudah terbuka.

Kaoru berlari mencari Toshiya dan menemukan pemuda itu terlihat sangat syok dengan apa yang dia temukan di pekarangan belakang rumahnya.

"Toshiya!"

"Kaoru!" Toshiya berlari padanya.

Kaoru tak bertanya apa sebabnya pemuda itu menangis dan begitu syok, karena apa yang dia lihat sudah cukup menjawab pertanyaan di benaknya. Melihat ceceran darah itu mengalir dari anjing temuan mereka yang tergolek tak bernyawa dengan luka menganga yang panjang dari perutnya.

"Hkss... aku mau memberinya makan tapi..." Toshiya membuang muka.

Kaoru membisu.
Siapa yang melakukan ini? Siapa?!

Dan ketika Kaoru menoleh, seorang bocah pirang yang sering di lihatnya mengantar koran pagi pun nampak begitu terkejut dan panik ketika Kaoru melihatnya dengan bengis.

"Hey kau!" Kaoru mendekatinya.

Sayangnya, Gilbert lebih dulu mengayuh sepedanya sekuat tenaga. Meninggalkan Kaoru dan Toshiya yang sepertinya memang sedang berada dalam masalah.

"SHIT!" umpat Kaoru ketika pemuda itu sudah lebih dulu kabur darinya. "KUSO!"

Dan hanya Toshiya yang meratapi anjingnya dengan sedih.


~*~


Beberapa hari setelah itu...

DING DONG!

Toshiya menoleh pada pintu rumahnya. Tidak biasanya ada tamu yang mau berkunjung ke rumahnya.

DING DONG!

Toshiya menoleh lagi.

DING DONG!

Kaoru muncul dari dapur. "Ada tamu?"

"Ah, biar aku saja." akhirnya Toshiya mau juga angkat kaki dari sana menuju pintu.

Cklek!

"HAII!!!"

Toshiya terkejut ketika melihat orang-orang ini muncul di sana.

"Shinya! Die! Kyo!!"

Dan staff-staff pendukung lainnya tentu saja!
Toshiya menoleh pada Kaoru yang hanya tersenyum, aah, sepertinya ini memang rencananya.

"Kami datang mau menginap!" tutur Shinya sambil menggendong Miyuu.
"Eh?" Toshiya kaget.
"Pijama's party~" Die menambahkan maksud kedatangannya.
"Baka ecchi!"
"Hihihi..."

Dan rasanya, malam itu akan ada sedikit kemeriahan di tengah kesuraman rumah tersebut.

~*~


"Gudang?" Shinya mengulang kata Toshiya.

"Iya, kita ke gudang. Ada minuman bagus kutaruh di sana. Mau menemaniku Shin?"

"Baik."

Toshiya dan Shinya menyingkir dari pesta pora malam itu demi mengambil beberapa kerat bir mahal yang Kaoru timbun di gudang. Anggur yang dibiarkan dan di taruh cukup lama serta berumur, memang akan memiliki rasa nikmat tersendiri bagi pecinta anggur.

"Disini!"

Toshiya membuka pintu gudangnya dan langsung masuk ke dalam. Shinya mengikuti.

"Hebat! Aku tidak tahu gudang bawah tanah." seru Shinya takjub.
"Iya kan?! Aku juga tadinya kaget, kukira gudangnya terpisah. Ternyata masih di sini juga."

Kriet.

Suara decit tangga kayu itu mendramatisir suasana.

"Entahlah Totchi... aku pikir tempat ini menyeramkan." ujar Shinya.
"Oh, ayolah Shin jangan mulai." Toshiya terkekeh geli demi mencairkan suasana.

Secepatnya mereka mengambil beberapa botol anggur yang masih ada di gudang sana. Shinya sudah lebih dulu keluar gudang ketika Toshiya masih membereskan sisa-sisa barang yang berserakan di sana.

Syuuu~

Angin itu menyibak anak-anak rambut Toshiya. Toshiya menoleh, walau jarak pandangnya sempat sedikit terhalangi dengan adanya sebuah tiang penyangga di sana, tapi itu tak cukup membuatnya lepas dari kursi goyang renta yang kini bergerak sendiri.

"..." Toshiya hanya diam.

Srak!

Dia terkejut!
Ketika mendengar suara berisik yang berasal dari tumpukan barang-barang lama yang di timbun dan di tutupi oleh kain bekas. Perlahan, walaupun nyata ketakutan itu mulai menjalar dalam darahnya Toshiya tetap saja berjalan mendekatinya. Dengan mata yang terus waspada dan telinganya yang di setel sebegitu tajamnya, Toshiya tidak mau ada yang bisa mengejutkannya.

Kecuali...

Cit! Cit!

"Tikus!!!"

Makhluk kotor itu berlarian tatkala Toshiya mengejutkan mereka.

"Sialan!" dengusnya lega. Hingga akhirnya dia bergegas kembali merapihkan penyimpanan anggurnya dan...

Toshiya...

"!!!"

Toshiya spontan menoleh.
Bukan! Bukan!!!
Ini bukan salah dengar. Yah, seseorang memang memanggil namanya dan itu sepertinya nyata.

Toshiya...

Lagi!!!

Toshiya berputar-putar melihat sekitarnya. Siapa yang memanggilnya?

Siapa?!



"Mana Toshiya?"

"Eh?" Shinya menoleh ke belakangnya. Toshiya memang tidak nampak. "Tadi ku tinggal di gudang." jawab Shinya.

Kaoru bergegas menuju gudang. Pikiran aneh mendadak merasukinya begitu tahu Toshiya sendirian. Meninggalkan mereka yang menatap aneh pada Kaoru yang terlihat gusar.


Toshiya...

Toshiya berdiri tegak lurus dengan tembok di depannya. Sebuah tembok tua rapuh yang di tutupi dengan wallpaper berornamen.
Jelas sekali suara ini datangnya dari sana. Dan terlebih lagi...

Syuuu~

Angin dingin ini bukan berasal dari ventilasi gudangnya. Angin berasal dari sudut bawah tembok ini.

"Hhaa.." tangan Toshiya bergerak.


Kaoru muncul di depan pintu gudang. Pintunya tidak tertutup walaupun Kaoru tak bisa melihat isi di dalamnya karena setengah menutup. Walau dalam hati dia sedikit merasakan aneh, tapi Kaoru tak yakin dengan apa yang dia takutkan sebetulnya.

Maka dengan yberani pria itu mengambil knop pintunya dan menariknya bersamaan dengan munculnya seseorang tepat di depannya.

"Toshiya!"
"Kaoru!"

Keduanya kaget bersamaan begitu melihat satu sama lain secara mengejutkan.

"Kau mengejutkanku.!" Kaoru kaget.

"Maaf. Aku baru saja selesai mengambil anggur." jawabnya.

"Hoh.." Kaoru menggiring Toshiya keluar gudang, lalu melongok pada gudang yang sepi sebelum akhirnya menutup pintunya. "Ayo, mereka sudah menunggu." ajaknya membawa Toshiya dari sana.

Toshiya...






To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar