Title : EXODUS
Author : Duele Finishing : Mei 2013
Genre : Fantasy
Rating : PG15
Chapter(s) : 15/on going
Fandom(s) : Dir en Grey, Hakuei (Pennicilin), Hyde, GACKT, Uruha (The GazettE)
Pairing(s) : DiexShinya
Note Author : Thanks for keep reading this story J
*****
Hyde membuka matanya. Saat itu
sudah dini hari dan semua orang sudah lelap tertidur. Bahkan Jenderal Die yang
selalu waspada kelihatannya sudah benar-benar terlelap. Hyde memandangi mereka
satu persatu dan pandangannya berakhir pada sosok penyihir berkerudung merah
yang juga tertidur. Hyde terus memperhatikannya sampai kemudian ia sadar bahwa
Shinya pun membuka matanya. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Shinya
tersenyum, kemudian ia melanjutkan tidurnya setelah Hyde sama sekali tak
merespon senyumnya.
Shinya memastikan di sekitarnya
aman. Tak ada Uruha ataupun peri-peri suruhannya. Maka kemudian ia bacakan
sebuah mantra dan ia tempelkan sebelah tangannya untuk menembus dan melelehkan
bongkahan es ini. Pelan-pelan bongkahan es tersebut meleleh dan tangan Shinya
semakin menembus ke dalamnya. Tetapi karena es yang benar-benar tebal tangan
Shinya tak mampu untuk menembus lebih dalam lagi. Dari lubang bekas lelehan
itulah Shinya mencoba mengintip lambang aneh di dada besi dari baju jirah pria
tadi. Sebuah lambang melingkar dengan kepala macan dan semacam bendera. Shinya
mencoba memperhatikannya dengan seksama, tetapi masih sulit.
“Apa yang kau lakukan padanya, huh!”
gertak Uruha marah membiarkan Shinya terluka di sana. Sementara dia memanggil
para peri salju untuk kembali membekukan lelehan es yang Shinya buat.
****
Toshiya muncul setelah sekian lama
menghilang. Penyihir cantik itu muncul menyerupai sekelebat asap putih bak
kabut di pagi hari di sekitar hutan dekat gua dimana rombongan Die
beristirahat. Dengan mata yang berkilat-kilat, ia melihat semua orang kelihatan
tengah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Yang menjadi perhatiannya
saat ini hanyalah sosok penyihir putih yang ingin sekali ia lenyapkan.
Tetapi Kyo tak menjawab, ia hanya
menggeram dan kemudian kembali dengan perasaan yang gusar. Sementara Hyde masih
terus saja memperhatikan Shinya ‘baru’ yang masih belum memperlihatkan gerakan
mencurigakan.
“Aku minta kau untuk membebaskannya
dan menyembuhkannya, bukan untuk menyakitinya.” Kata Uruha dengan nada berat.
“Kau tak bisa membuatnya kembali
hidup.”
“Omong kosong!”
“Pria itu sudah mati.”
“Jangan berdebat denganku! Atau kau
akan mati!”
“Dia masih hidup! Aku tahu dia
masih hidup! Dan aku mau kau membantuku untuk menghidupkannya kembali.”
“Itu menentang hukum alam!”
“Aku tak peduli dengan hukum alam!
Yang kuinginkan adalah dia!!”
Tes!
Shinya tertegun dengan mata yang
setengah membelalak saat melihat airmata itu jatuh. Uruha segera memalingkan
wajahnya.
“Siapa sebenarnya pria itu?” Shinya
memandang nanar pada pria yang membeku di dalam es.
Grrttkk!!
“Woohh!! Wooo!!” Hakuei menjerit
kaget sewaktu bumi goyah.
“Apa ini? Gempa bumi?”
Mereka semua berpegangan pada sisi
gua. Gempa itu hilang. Sebelumnya beberapa jam sebelumnya bumi memang terasa
bergoyang dan tubuh mereka sempat oleng.
“Lebih baik kita cepat tinggalkan
tempat ini. Aku takut gua ini akan runtuh.” Seru Die.
“Jaga kata-katamu, Haku!” Omel Die.
“Ups, maaf, Jenderal.”
Baru saja berjalan beberapa saat,
bumi kembali bergemuruh. Kali ini goncangannya lebih keras hingga membuat
Shinya terjatuh, mereka semua panik dan berdiam diri di sana memegangi satu
sama lain kecuali Hakuei yang memutuskan untuk tiarap.
“Menurut buku yang kubaca
mengharuskan untuk tiarap!” jawabnya melihat kebingungan yang lain.
Ini bukanlah gempa biasa. Die, Kyo,
Kaoru bahkan Hyde merasakan ada sesuatu yang berbeda di sini. Tanah yang mereka
pijak seolah bergelombang dan bergerak seperti cacing. Dan…
Bruuuaaaakkk!!!
Seekor kelabang raksasa muncul,
yang mengerikan daripada itu bukan hanya satu ada banyak sekali kelabang
raksasa di sana.
“Suara itu!” Die tahu siapa pemilik
suara mencolok itu. “Toshiya!”
“Iya, aku lagi. Kenapa? Kangen
padaku? Hihihi.” Godanya.
“Cih!”
“Uuuuh Jenderal Die tingkahmu itu
tidak seperti keluarga kerajaan. Aku tersinggung, nih.”
“Turun kau bedebah!”
“Hihihi… maaf saja, aku tidak mau
sepatuku kotor.” Ejeknya. “Aku tak selevel dengan kalian.”
“Mati saja kau!” Die emosi.
“Hihihi…” Toshiya terkekeh. “Baiklah
kalau itu maumu,” matanya menatap tajam. “..kita lihat siapa di antara kita
yang akan mati setelah ini. Serang!!”
Shinya jatuh terjerembab. Die
teralih perhatiannya, kesempatan untuk Toshiya untuk menyerangnya.
“Jenderal!!!!” seru Hakuei.
“Haku! Awas!!” Kaoru menariknya
dari sasaran si kelabang. “Heeaaa!!” pria itu melompat dan menebas kepala
belalang itu hingga tubuhnya menggelepar.
“Kau tidak apa-apa?”
“Iya, Pangeran. Terima kasih.”
“Aaaaaaakkkk!!!” Hakuei berlari
pontang-panting. “Selamatkan diri kaliaaaaaaannn!!!” ia histeris saat kelabang
itu mengejarnya.
Toshiya melompat dari atas
kelabangnya dan turun tepat di depan Kaoru yang waspada. Penyihir itu tersenyum
kepadanya. Kaoru menjaga jarak dan mundur perlahan-lahan.
“Jangan bawa-bawa Tashiya!”
“Hihihi…” Toshiya terkekeh geli. “Kau
tahu saat aku menguliti tubuhnya dan memakainya untuk mengelabui kalian?
Kulitnya benar-benar halus dan lembut bagai sutra…”
“Kau..!”
“Aku tak heran kalau kau bernafsu
untuk menikahinya saat itu, Pangeran. Atau jangan-jangan kau sudah pernah
menggaulinya makanya kau jadi cinta buta padanya?”
“Bedebah. Tashiya bukan Putri
seperti yang kau bayangkan penyihir picik!” Kaoru kesal, ia mencoba menyerang
Toshiya tetapi ia seperti tak mampu dikenai.
“Tetapi semua lelaki itu sama… saat
melihat wanita yang cantik selalu gampang jatuh cinta. Sama sepertimu. Kau
gampang jatuh cinta.”
“Hentikan omong kosongmu!”
“Oh, ya? Lalu katakan apa yang kau
rasakan pada Tashiya yang lain, huh!!” tiba-tiba suara Toshiya meninggi.
Kaoru terdiam. Toshiya mengeluarkan
pedang berurat dari tangannya. Toshiya melecutkan pedangnya ke tanah dan
berjalan mendekati Kaoru yang terus mundur pelan-pelan. Toshiya memandangnya
dengan bengis. Kepalanya bergerak-gerak. Kepalanya miring dan terdengar suara ‘kreeek!’
yang keras dari lehernya seperti tulang yang patah. Dan kepalanya kini miring
90 derajat ke kanan. Ia tersenyum mengerikan membuat Kaoru bergidik. Tetapi
kemudian kepalanya berputar kembali seperti semula.
“Ayo, kita lihat apa isi hatimu
yang sebenarnya.” Toshiya menghunuskan pedangnya.
Kaoru melakukan hal yang sama saat
Toshiya bergerak bagai kilat mengayunkan pedangnya.
“Kita lihat hatimu seperti apa…
hihihi…”
“Kau gila!”
Kaoru berhasil mematahkan serangan
Toshiya dan membuat pedang dari penyihir itu terpental cukup jauh. Toshiya
tertegun, Kaoru menghindar ke arah lain. Darah sudah merembes di balik bajunya.
Toshiya memandanginya lalu tersenyum, sebenarnya ia tak pernah kehilangan
pedangnya. Karena saat Toshiya membuka tangannya yang lain, pedang yang sama
muncul kembali.
****
“Dia tidak memiliki jantung. Dia
sudah mati.” Kata Shinya.
“Apa katamu?” Uruha seakan tidak
percaya.
“Apa kau tidak pernah sadar? Pria
di dalam es itu sudah tidak punya organ jantung. Sebelum dia terkena sihir
beku, seseorang sudah mengambil organ jantungnya lebih dulu. Dia sudah mati
sebelum kau awetkan.”
Boom!!
“Hyaaa!!” Shinya melindungi
dirinya.
Shinya kaget saat Uruha kemudian menjerit
dan menghilang ke dalam tanah. Shinya mencoba mengejarnya. Apa dia bilang?
Ursula? Berarti Penyihir hitam itu memang tahu dimana keberadaan Ursula. Tetapi
ini kesempatannya untuk kabur saat Uruha mungkin sedang mencari Ursula. Itu
akan membuatnya sibuk sementara. Shinya harus menemukan jalan keluar. Shinya
berlari ke sana kemari untuk mencari pintu keluar, tetapi di sekitarnya
hanyalah bebatuan.
“SHINYA!!”
Die menggapai tubuh Shinya yang
terpelanting karena serangan kelabang raksasa yang menyerang mereka semua.
“Berpeganganlah!” katanya cepat.
Shinya segera memegangi pria tersebut saat ia mencoba untuk melawan kelabang
besar yang ingin membunuh mereka.
Die tidak bisa bertempur dengan
membawa Shinya bersamanya. Ia harus segera mengamankan Shinya ke tempat lain.
Namun yang agak aneh saat itu, Shinya sama sekali tak mengeluarkan sihirnya
walaupun posisi mereka sudah terjepit.
“Oh, sial!”
Tes. Tes.
“!!!”
Kaoru akan benar-benar terbunuh
kali ini!
Toshiya sudah benar-benar puas
bermain dan kali ini dia ingin segera menyelesaikannya. Ia ingin melenyapkan
salah satu dari mereka, bahkan Kaoru sekalipun.
“Heaa!!”
Saat mata pedang itu hampir saja
mengenai Kaoru yang tak bisa menghindar lagi, sebuah kekuatan tak kasat mata
muncul dan mementalkan pedang Toshiya. Toshiya spontan melihat ke arah lain
dimana Uruha tiba-tiba muncul dengan aura hitam di sekujur tubuhnya.
“Penganggu!” ujar Toshiya dengan
nada tenang.
Kaoru yang hampir mati hanya bisa
menatap keduanya dengan nafas yang sedikit lega. Atau mungkin ini akan jadi
penyerangan yang lebih gila lagi karena dua orang penyihir ini muncul secara
bersamaan.
“Mau apa kau?” Toshiya berkacak
pinggang.
“Katakan, di mana Ursula?”
Wajah datar Toshiya perlahan
berubah menjadi wajah dingin. Kaoru yang terjebak di antara mereka berdua ikut
kebingungan dengan pertanyaan Uruha.
“Aku tak tahu.”
“Bohong!”
Jadi selama ini Toshiya pun tidak
tahu di mana keberadaan penyihir bedebah itu?
“Memangnya kau mau apa?”
“Dia telah membohongiku. Aku mau
menagih janjinya!”
Toshiya tersenyum tipis. Uruha
menatapnya dengan bengis.
“Kalau begitu, lawan aku.” Kata Toshiya.
Tiba-tiba saja, pedangnya yang
sudah terpental jauh bergerak sendiri dan terbang ke tangan Toshiya saat
Toshiya membuka tangan. Benar-benar mengejutkan. Uruha yang sudah ditantang
sepertinya tidak mau kalah. Ia mengeluarkan senjatanya sendiri. Pada duel kali
ini, sepertinya keduanya melupakan sihir sejenak dan ingin bertempur satu lawan
satu.
Gluduk! Gludduuuggh!
Hakuei melihat sesuatu yang aneh
terjadi saat tanah kembali berguncang.
“Lihat itu!!” tunjuknya pada tanah
yang tiba-tiba meledak.
Hyde membelalak melihat makhluk
lain muncul dari dalam tanah. Mereka benar-benar akan dibuat kewalahan karena
kini bukan hanya kelabang-kelabang raksasa yang harus mereka hadapi, melainkan
kalajengking raksasa yang jumlahnya cukup banyak.
“Habislah kita…” gumam Hakuei
pasrah.
Kaoru yang terjebak di dalam
atmosfir pertempuran antara Toshiya dan Uruha tidak bisa berkutik, selain
karena tubuhnya yang lelah, ia ingin mengetahui dengan jelas kenapa kedua
penyihir hitam yang bekerja untuk Ursula ini saling serang.
“Aku tidak ada urusannya denganmu.
Yang kuinginkan hanyalah Ursula.” Tukas Uruha.
“Kalau kau mau bertemu dengan
Ursula, coba kalahkan aku dulu.”
“Hmm… apa boleh buat.”
“Ayo, tunjukkan padaku apa yang kau
punya.” Toshiya menarik pedangnya.
Wuuusshh!! Boom!!
Angin besar, sangat kencang dan
mematikan seperti muncul seperti topan yang mampu menerbangkan apapun. Mereka
seperti diserang oleh kekuatan yang sangat hebat dari pertarungan kedua
penyihir tersebut. Saat angin kencang itu membentur permukaan hutan, dedaunan
sekejap rontok dan buyar ke udara.
“Aaaaahhh!!!”
Mereka mencoba bertahan, tetapi
sapuan angin tersebut terlalu keras hingga mampu menerbangkan dan mematahkan
batang pohon.
“Awas!!”
Perlahan tubuh Hakuei terangkai ke
udara dan ia mulai tak bisa mengendalikan diri.
“Hakuei!!”
Hyde menginjak keras tanah di bawah
kakinya dengan kekuatannya yang masih tersisa, tangannya menangkap Hakuei yang
terbawa angin. Kyo bersembunyi di belakang pohon besar yang sekiranya mampu
menahan kekuatan angin besar tersebut. Sama hal dengan Kaoru yang berpegangan
pada pohon dan mencoba bertahan di tempat persembunyiannya. Seperti Shinya dan
Die dan mencoba bertahan di balik bebatuan besar yang melindungi keduanya dari
amukan angin ini.
Mereka semua benar-benar terkejut
dengan kedahsyatan dan kehebatan dari kedua penyihir hitam tersebut. Saat angin
telah mereda, walaupun sapuannya masih saja membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Mereka masih mampu melihat kedua penyihir itu beradu di udara. Saling serang membabi
buta dengan begitu cepatnya. Bahkan mungkin Die tidak pernah bisa melakukan
gerakan secepat dan seganas itu.
Kelabang-kelabang raksasa yang
tadinya menyerang mereka sekarang berpindah tempat dan saling menyerang dengan
kalajengking-kalajengking raksasa yang mengiringi pertempuran dari kedua
penyihir tersebut. Hutan porak-poranda dan angin besar hilir mudik muncul dan
berlalu melukai mereka yang bertahan di sana.
“Tidak!! Kita harus segera pergi
dari sini sebelum tubuh kita hancur!!” jerit Hyde.
“Ayo pergi!!!” seru Hakuei
mengiyakan. Ia sudha tak kuasa membawa tubuhnya yang terayun ke sana kemari
karena angin besar ini.
Dari balik pohon besar Kaoru
menjerit keras.
Saat angin sedikit tenang, mereka
semua sigap berlari ke arah suara Kaoru. Begitupun Die dan Shinya yang
mendengarnya. Hakuei, Hyde dan Kyo berhasil menemukan Kaoru yang terluka di
balik pohon besar. Die dan Shinya masih berlari menyusul mereka. Sialnya saat
itulah gelombang angin besar itu kembali datang dan mementalkan tubuh keduanya.
“Shinya!!!”
Shinya mencoba menggapainya kembali
tapi hasilnya nihil!
Continue…
Hoooo kereen, kebayang nih pertarungan uruha x toshiya serem bangeet..
BalasHapusdan, penasaran itu laki2 yg dibekuin uruha siapa, hohoo
papap juga ngebayanginnya jedag-jedug di langit gitu. pasti seru... aaah..
Hapuscoba tebak siapa yg dibekukan?
entahlah pah, mungkin om Sugizo ya :p #edisiLOVE XD
Hapus