expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

19 Mei 2013

EXODUS (Part 15)


Title : EXODUS
Author : Duele
Finishing : Mei 2013
Genre : Fantasy
Rating : PG15
Chapter(s) : 15/on going
Fandom(s) : Dir en Grey, Hakuei (Pennicilin), Hyde, GACKT, Uruha (The GazettE)
Pairing(s) : DiexShinya
Note Author : Thanks for keep reading this story J

 

*****

 
Hyde membuka matanya. Saat itu sudah dini hari dan semua orang sudah lelap tertidur. Bahkan Jenderal Die yang selalu waspada kelihatannya sudah benar-benar terlelap. Hyde memandangi mereka satu persatu dan pandangannya berakhir pada sosok penyihir berkerudung merah yang juga tertidur. Hyde terus memperhatikannya sampai kemudian ia sadar bahwa Shinya pun membuka matanya. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Shinya tersenyum, kemudian ia melanjutkan tidurnya setelah Hyde sama sekali tak merespon senyumnya.

 Ini aneh.

 Di tempat lain, pada daerah yang bahkan tak dikenali siapapun. Keberadaannya dan hawanya yang sama sekali tak mampu ditembus oleh apapun, di sana masih berada seorang Shinya yang asli duduk di depan bongkahan es yang di dalamnya terdapat seorang pria membeku.

 Setelah menyetujui permintaan Uruha untuk mencoba melepaskannya dari sihir mematikan ini, Shinya mulai kebingungan dengan apa yang akan dia lakukan. Sungguh, Shinya sama sekali tak mendapatkan ide tentang sihir aneh yang ada di depan matanya. Saat Shinya menyentuh bongkahan es itu, seperti ada gelombang aliran magnet yang melukainya. Shinya tahu ini bukanlah sihir sembarangan. Bahkan mungkin penyihir hitam seperti Uruha yang level sihirnya sudah cukup tinggi pun tak mampu untuk membebaskan pria yang terkurung di dalamnya.

 Namun bukan berarti sihir ini tak bisa dipatahkan, walaupun Shinya tahu caranya tetapi cara itu sangat beresiko. Belum lagi pria yang membeku di dalam es ini telah mati. Shinya yakin karena saat ia menyentuh bongkahan es ini, ia tidak merasakan detak jantung sama sekali. Berbeda dengan mereka yang telah tersihir dalam keadaan hidup-hidup. Pria ini seperti telah mati sebelum ia terkena sihir, atau jangan-jangan ia memang sengaja disihir  untuk diawetkan tubuhnya. Itulah sebabnya mengapa Uruha banyak menggunakan peri salju untuk tetap membuat bongkahan es ini tetap keras dan tidak mencair. Karena jika mencair, maka pria di dalam bongkahan es itupun akan meleleh. Begitupun sebaliknya, jika es ini dihancurkan dalam bentuk masih bebatuan, maka tubuh di dalamnya pun ikut hancur. Ah, ini rumit.

 Tetapi, siapa pria ini?

 Jika Shinya lihat dari penampilannya, ia seperti seorang Panglima perang, atau mungkin Jenderal seperti Die. Dengan baju jirah dan tubuh perkasa ia pastinya bukan orang sembarangan. Ia pasti berasal dari bangsa hobbit. Shinya mengitari bongkahan es itu dan menyelidiknya dengan seksama. Di bagian dada plat besi baju jirahnya seperti ada lambang khusus. Tetapi Shinya tidak mampu melihat dengan jelas karena visual bongkahan es yang tak sempurna dan tak bening. Ia harus memastikan lambang tersebut untuk mencari tahu.

Shinya memastikan di sekitarnya aman. Tak ada Uruha ataupun peri-peri suruhannya. Maka kemudian ia bacakan sebuah mantra dan ia tempelkan sebelah tangannya untuk menembus dan melelehkan bongkahan es ini. Pelan-pelan bongkahan es tersebut meleleh dan tangan Shinya semakin menembus ke dalamnya. Tetapi karena es yang benar-benar tebal tangan Shinya tak mampu untuk menembus lebih dalam lagi. Dari lubang bekas lelehan itulah Shinya mencoba mengintip lambang aneh di dada besi dari baju jirah pria tadi. Sebuah lambang melingkar dengan kepala macan dan semacam bendera. Shinya mencoba memperhatikannya dengan seksama, tetapi masih sulit.

 Sialnya, perbuatan Shinya diketahui oleh Uruha yang tiba-tiba muncul dan geram dengan ulahnya. Penyihir hitam itu menyerang Shinya dengan sihirnya dan berhasil membuat Shinya terpental hingga membentur dinding gua.

 Gabrukk!

 “Uuukhh…” Shinya jatuh terguling dengan rasa sakit menyegat di belakang punggungnya. Kepalanya sempat terbentur dan terasa pusing. Mulutnya merasakan rasa manis darah yang mengalir keluar dari sela mulutnya. “Uhukk! Uhuuk!”

“Apa yang kau lakukan padanya, huh!” gertak Uruha marah membiarkan Shinya terluka di sana. Sementara dia memanggil para peri salju untuk kembali membekukan lelehan es yang Shinya buat.

 Uruha benar-benar geram saat itu.

 

****


Toshiya muncul setelah sekian lama menghilang. Penyihir cantik itu muncul menyerupai sekelebat asap putih bak kabut di pagi hari di sekitar hutan dekat gua dimana rombongan Die beristirahat. Dengan mata yang berkilat-kilat, ia melihat semua orang kelihatan tengah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Yang menjadi perhatiannya saat ini hanyalah sosok penyihir putih yang ingin sekali ia lenyapkan.

 Toshiya mampu mengubah wujudnya menjadi apapun, dan kali ini ia mengubah dirinya menjadi seekor burung gagak yang bertengger pada dahan pohon di hutan. Di sana ia mengamati gerak-gerik mereka sambil menyusun rencana. Kali ini ia tidak boleh sampai gagal untuk melenyapkan mereka semua. Setelah cukup mengamati mereka, gagak itu berubah kembali menjadi sosok aslinya. Toshiya diam sebentar sampai kemudian dia membacakan sebuah mantra sambil menyilangkan kedua tangannya layaknya membentuk huruf ‘x’ di depan dadanya, dan ia terjatuh ke tanah. Saat tubuhnya hampir menghantam tanah, justru tanah itu menyedotnya masuk.

 Krrssskk!!

 
Perhatian Kyo teralih oleh bunyi yang ia dengar. Srigala itu berjalan ke depan gua dan mulai menggeram.

 “Ooii, ada apa Kyo?” tanya Hakuei.


Tetapi Kyo tak menjawab, ia hanya menggeram dan kemudian kembali dengan perasaan yang gusar. Sementara Hyde masih terus saja memperhatikan Shinya ‘baru’ yang masih belum memperlihatkan gerakan mencurigakan.

 
****

 
 Shinya berhasil menyembuhkan lukanya dengan sihir penyembuh walaupun hasilnya tak maksimal, karena rasa nyerinya masih tertinggal. Detak jantungnya pun sudah kembali normal. Uruha berdiri di hadapannya dengan wajah yang dingin. Shinya balas memandangnya dengan kesal.

 
“Aku minta kau untuk membebaskannya dan menyembuhkannya, bukan untuk menyakitinya.” Kata Uruha dengan nada berat.

“Kau tak bisa membuatnya kembali hidup.”

“Omong kosong!”

“Pria itu sudah mati.”

“Jangan berdebat denganku! Atau kau akan mati!”

 
Uruha terlalu emosi saat ini. Setiap kali orang lain mengatakan hal itu padanya, ia benar-benar sangat marah. Shinya hanya tertunduk diam.


 “Biarpun kau menggunakan seratus penyihir putih, kau tidak bisa mengembalikan orang yang sudah mati.”

“Dia masih hidup! Aku tahu dia masih hidup! Dan aku mau kau membantuku untuk menghidupkannya kembali.”

“Itu menentang hukum alam!”

“Aku tak peduli dengan hukum alam! Yang kuinginkan adalah dia!!”

 

Tes!

 
Shinya tertegun dengan mata yang setengah membelalak saat melihat airmata itu jatuh. Uruha segera memalingkan wajahnya.

 
“Siapa sebenarnya pria itu?” Shinya memandang nanar pada pria yang membeku di dalam es.

 

 
****

 


Grrttkk!!

 
“Woohh!! Wooo!!” Hakuei menjerit kaget sewaktu bumi goyah.

“Apa ini? Gempa bumi?”

 
Mereka semua berpegangan pada sisi gua. Gempa itu hilang. Sebelumnya beberapa jam sebelumnya bumi memang terasa bergoyang dan tubuh mereka sempat oleng.

 
“Lebih baik kita cepat tinggalkan tempat ini. Aku takut gua ini akan runtuh.” Seru Die.

 Mereka semuapun akhirnya berhamburan keluar dari gua untuk meneruskan perjalanan. Sesekali tanah yang mereka pijak tetap bergoyah.

 “Wah, dewa sedang marah.” Celetuk Hakuei.

“Jaga kata-katamu, Haku!” Omel Die.

“Ups, maaf, Jenderal.”

 

Baru saja berjalan beberapa saat, bumi kembali bergemuruh. Kali ini goncangannya lebih keras hingga membuat Shinya terjatuh, mereka semua panik dan berdiam diri di sana memegangi satu sama lain kecuali Hakuei yang memutuskan untuk tiarap.

 
“Menurut buku yang kubaca mengharuskan untuk tiarap!” jawabnya melihat kebingungan yang lain.


Ini bukanlah gempa biasa. Die, Kyo, Kaoru bahkan Hyde merasakan ada sesuatu yang berbeda di sini. Tanah yang mereka pijak seolah bergelombang dan bergerak seperti cacing. Dan…

Bruuuaaaakkk!!!

 Mata mereka semua membelalak saat melihat sesuatu yang keluar dari tanah. Sejenak kemudian mereka semua berteriak histeris.

 “WOOOOAAAAAAAA!!!”

 “Itu kelabang!”

 Sangat besar.

 "Raksasa!!”

Seekor kelabang raksasa muncul, yang mengerikan daripada itu bukan hanya satu ada banyak sekali kelabang raksasa di sana.

 “Hahahahahaha!”

“Suara itu!” Die tahu siapa pemilik suara mencolok itu. “Toshiya!”

 Toshiya berdiri di atas kepala kelabang tersebut sambil memegangi tanduknya. Penyihir berbahaya itu tersenyum kecil ketika melihat mereka semua terkejut dengan kedatangannya.

 
“Kau lagi!” tukas Die.

“Iya, aku lagi. Kenapa? Kangen padaku? Hihihi.” Godanya.

“Cih!”

“Uuuuh Jenderal Die tingkahmu itu tidak seperti keluarga kerajaan. Aku tersinggung, nih.”

“Turun kau bedebah!”

“Hihihi… maaf saja, aku tidak mau sepatuku kotor.” Ejeknya. “Aku tak selevel dengan kalian.”

“Mati saja kau!” Die emosi.

“Hihihi…” Toshiya terkekeh. “Baiklah kalau itu maumu,” matanya menatap tajam. “..kita lihat siapa di antara kita yang akan mati setelah ini. Serang!!”

 
Seketika itu juga, kelabang-kelabang raksasa itu menyerang tak beraturan. Mereka semua mampu menghindar dan berhasil lolos, kecuali Shinya.

 
Gabruk!


Shinya jatuh terjerembab. Die teralih perhatiannya, kesempatan untuk Toshiya untuk menyerangnya.

 Graaaooww!!

 Die salah posisi saat dua kelabang menabrak tubuhnya hingga terpelanting cukup jauh.

 

“Jenderal!!!!” seru Hakuei.

“Haku! Awas!!” Kaoru menariknya dari sasaran si kelabang. “Heeaaa!!” pria itu melompat dan menebas kepala belalang itu hingga tubuhnya menggelepar.

“Kau tidak apa-apa?”

“Iya, Pangeran. Terima kasih.”

 “Ahuahahahaha!” Toshiya tertawa keras hingga semua melihatnya. “Percuma saja.”

 
Mereka terkejut saat melihat kelabang yang telah tertebas kepalanya hingga putus itu menumbuhkan kembali kepalanya dan mulai bergerak-gerak.

 
“Aaaaaaakkkk!!!” Hakuei berlari pontang-panting. “Selamatkan diri kaliaaaaaaannn!!!” ia histeris saat kelabang itu mengejarnya.

 
Toshiya melompat dari atas kelabangnya dan turun tepat di depan Kaoru yang waspada. Penyihir itu tersenyum kepadanya. Kaoru menjaga jarak dan mundur perlahan-lahan.

 “Kenapa? Kau takut padaku?”

 
Wajah Kaoru memandangnya kesal.

 “Kau tahu, senang rasanya bisa tahu bahwa kau punya perasaan padaku.” Godanya. “Oh, bukan… kurasa itu karena Tashiya.”

“Jangan bawa-bawa Tashiya!”

“Hihihi…” Toshiya terkekeh geli. “Kau tahu saat aku menguliti tubuhnya dan memakainya untuk mengelabui kalian? Kulitnya benar-benar halus dan lembut bagai sutra…”

“Kau..!”

“Aku tak heran kalau kau bernafsu untuk menikahinya saat itu, Pangeran. Atau jangan-jangan kau sudah pernah menggaulinya makanya kau jadi cinta buta padanya?”

“Bedebah. Tashiya bukan Putri seperti yang kau bayangkan penyihir picik!” Kaoru kesal, ia mencoba menyerang Toshiya tetapi ia seperti tak mampu dikenai.

“Tetapi semua lelaki itu sama… saat melihat wanita yang cantik selalu gampang jatuh cinta. Sama sepertimu. Kau gampang jatuh cinta.”

“Hentikan omong kosongmu!”

“Oh, ya? Lalu katakan apa yang kau rasakan pada Tashiya yang lain, huh!!” tiba-tiba suara Toshiya meninggi.

 

Kaoru terdiam. Toshiya mengeluarkan pedang berurat dari tangannya. Toshiya melecutkan pedangnya ke tanah dan berjalan mendekati Kaoru yang terus mundur pelan-pelan. Toshiya memandangnya dengan bengis. Kepalanya bergerak-gerak. Kepalanya miring dan terdengar suara ‘kreeek!’ yang keras dari lehernya seperti tulang yang patah. Dan kepalanya kini miring 90 derajat ke kanan. Ia tersenyum mengerikan membuat Kaoru bergidik. Tetapi kemudian kepalanya berputar kembali seperti semula.

 

“Ayo, kita lihat apa isi hatimu yang sebenarnya.” Toshiya menghunuskan pedangnya.

Kaoru melakukan hal yang sama saat Toshiya bergerak bagai kilat mengayunkan pedangnya.

 Trang! Trang! Trang!!

 Bunyi aduan pedang dari keduanya terdengar sengit. Karena Toshiya menghajarnya dengan brutal dengan kemarahan yang meluap. Kaoru hampir saja kecolongan saat Toshiya menekan ujung pedangnya dan menusuk dadanya hingga mengeluarkan darah.

 
“Aaghh!!”

“Kita lihat hatimu seperti apa… hihihi…”

“Kau gila!”

 Trang!

Kaoru berhasil mematahkan serangan Toshiya dan membuat pedang dari penyihir itu terpental cukup jauh. Toshiya tertegun, Kaoru menghindar ke arah lain. Darah sudah merembes di balik bajunya. Toshiya memandanginya lalu tersenyum, sebenarnya ia tak pernah kehilangan pedangnya. Karena saat Toshiya membuka tangannya yang lain, pedang yang sama muncul kembali.

 “Kubilang. Aku. Tak. Selevel. Dengan. Kalian!! Aaaarrrgggghhh!!!” Toshiya menyerang lagi.

 Trang!!

 

****

 
“Dia tidak memiliki jantung. Dia sudah mati.” Kata Shinya.

“Apa katamu?” Uruha seakan tidak percaya.

“Apa kau tidak pernah sadar? Pria di dalam es itu sudah tidak punya organ jantung. Sebelum dia terkena sihir beku, seseorang sudah mengambil organ jantungnya lebih dulu. Dia sudah mati sebelum kau awetkan.”

 Uruha membatu. “Tak mungkin…”

 “Maafkan aku…” Shinya bersedih.

 Uruha kelihatan syok. Penyihir hitam itu kelihatan bingung dan kehilangan arahnya. Kemudian ia marah yang membuat gelombang kejut di sekitarnya.
 

Boom!!

 

“Hyaaa!!” Shinya melindungi dirinya.

 Uruha menggeram marah.

 “URSULA!!!”

Shinya kaget saat Uruha kemudian menjerit dan menghilang ke dalam tanah. Shinya mencoba mengejarnya. Apa dia bilang? Ursula? Berarti Penyihir hitam itu memang tahu dimana keberadaan Ursula. Tetapi ini kesempatannya untuk kabur saat Uruha mungkin sedang mencari Ursula. Itu akan membuatnya sibuk sementara. Shinya harus menemukan jalan keluar. Shinya berlari ke sana kemari untuk mencari pintu keluar, tetapi di sekitarnya hanyalah bebatuan.

 “Bagaimana ini!” Shinya mendesis kesal.

 Sampai kemudian para peri salju muncul dari sebuah lubang. Shinya melihat peluangnya.

  

“SHINYA!!”

Die menggapai tubuh Shinya yang terpelanting karena serangan kelabang raksasa yang menyerang mereka semua.

“Berpeganganlah!” katanya cepat. Shinya segera memegangi pria tersebut saat ia mencoba untuk melawan kelabang besar yang ingin membunuh mereka.

 Crash! Crassh!!

 Tebang demi tebasan yang datangnya bertubi-tubi berhasil memotong kelabang-kelabang itu tetapi sialnya, kelabang-kelabang itu selalu kembali hidup. Seperti tidak ada habisnya.

 “Sial!”

 
Die tidak bisa bertempur dengan membawa Shinya bersamanya. Ia harus segera mengamankan Shinya ke tempat lain. Namun yang agak aneh saat itu, Shinya sama sekali tak mengeluarkan sihirnya walaupun posisi mereka sudah terjepit.

 “Larilah Shinya! Cari tempat aman agar mereka tak menemukanmu!”

 Shinya mengangguk kemudian dia berlari sekencang mungkin. Tetapi kelabang-kelabang itu justru mengincarnya. Mereka mengacuhkan Die dan bergerak ke arah Shinya.
 
“Oh, sial!”

 Ternyata target mereka memang Shinya!

  

Tes. Tes.

 Darah Kaoru menetes dari ujung pedang Toshiya yang berhasil melukai lengan kanannya. Penyihir itu sepertinya sangat bernafsu untuk membunuhnya kali ini. Kaoru masih bertahan walaupun ia sudah mulai kelelahan. Toshiya menyentuh darah dari ujung pedangnya dengan telunjuknya dan mencicipinya disusul dengan sekembang senyum yang mengerikan.

 “Matilah kau kali ini…”

“!!!”

 
Gawat!

Kaoru akan benar-benar terbunuh kali ini!

Toshiya sudah benar-benar puas bermain dan kali ini dia ingin segera menyelesaikannya. Ia ingin melenyapkan salah satu dari mereka, bahkan Kaoru sekalipun.

 
“Heaa!!”

 
Saat mata pedang itu hampir saja mengenai Kaoru yang tak bisa menghindar lagi, sebuah kekuatan tak kasat mata muncul dan mementalkan pedang Toshiya. Toshiya spontan melihat ke arah lain dimana Uruha tiba-tiba muncul dengan aura hitam di sekujur tubuhnya.
 

“Penganggu!” ujar Toshiya dengan nada tenang.

 
Kaoru yang hampir mati hanya bisa menatap keduanya dengan nafas yang sedikit lega. Atau mungkin ini akan jadi penyerangan yang lebih gila lagi karena dua orang penyihir ini muncul secara bersamaan.

 
“Mau apa kau?” Toshiya berkacak pinggang.

“Katakan, di mana Ursula?”
 

Wajah datar Toshiya perlahan berubah menjadi wajah dingin. Kaoru yang terjebak di antara mereka berdua ikut kebingungan dengan pertanyaan Uruha.

 
“Aku tak tahu.”

“Bohong!”

 
Jadi selama ini Toshiya pun tidak tahu di mana keberadaan penyihir bedebah itu?

 
“Memangnya kau mau apa?”

“Dia telah membohongiku. Aku mau menagih janjinya!”
 

Toshiya tersenyum tipis. Uruha menatapnya dengan bengis.

 
“Kalau begitu, lawan aku.” Kata Toshiya.

 
Tiba-tiba saja, pedangnya yang sudah terpental jauh bergerak sendiri dan terbang ke tangan Toshiya saat Toshiya membuka tangan. Benar-benar mengejutkan. Uruha yang sudah ditantang sepertinya tidak mau kalah. Ia mengeluarkan senjatanya sendiri. Pada duel kali ini, sepertinya keduanya melupakan sihir sejenak dan ingin bertempur satu lawan satu.

 
Gluduk! Gludduuuggh!

 Awan berubah menjadi hitam gelap dengan kilatan cahaya yang mengerikan. Kilatan itu terlihat seperti seekor naga hitam yang sedang mengamuk. Mereka semua tertegun melihat ke atas langit sembari terus menghindari serangan dari kelabang-kelabang itu.


Hakuei melihat sesuatu yang aneh terjadi saat tanah kembali berguncang.


“Lihat itu!!” tunjuknya pada tanah yang tiba-tiba meledak.

 
Hyde membelalak melihat makhluk lain muncul dari dalam tanah. Mereka benar-benar akan dibuat kewalahan karena kini bukan hanya kelabang-kelabang raksasa yang harus mereka hadapi, melainkan kalajengking raksasa yang jumlahnya cukup banyak.


“Habislah kita…” gumam Hakuei pasrah.

 Mereka semua benar-benar merasa bahwa inilah akhir pertarungan mereka. Melawan monster-monster itu bukanlah hal yang mudah dan akan sangat menguras tenaga. Tapi anehnya, kelabang-kelabang yang mengejar mereka perlahan pergi masuk kembali ke dalam tanah. Hal yang sama juga terjadi saat Jenderal Die sedang sibuk membantai mereka semua. Kelabang yang ia lawan tiba-tiba memutuskan mundur setelah ia tebas berkali-kali. Tetapi melihat gemuruh langit yang sangat kelam, Die tahu ada sesuatu yang lain yang lebih hebat sedang bercokol di luar sana hingga para kelabang itu memutuskan untuk mundur.
 

 “Shinya!” Die mendekati Shinya yang masih syok. “Kau baik-baik saja?”

 Shinya tak menjawab, Die segera menariknya. “Ayo, kita pergi dari sini!”

 
Kaoru yang terjebak di dalam atmosfir pertempuran antara Toshiya dan Uruha tidak bisa berkutik, selain karena tubuhnya yang lelah, ia ingin mengetahui dengan jelas kenapa kedua penyihir hitam yang bekerja untuk Ursula ini saling serang.

 
Toshiya dan Uruha yang masih berada di sana perlahan-lahan melayang ke udara. Yang Kaoru lihat saat itu adalah, kedua tubuh penyihir itu seperti diliputi aura aneh yang begitu mencolok. Toshiya dengan aura hitam dengan kilatan listrik yang mengerikan. Dan Uruha dengan putaran angin gelap di sekitarnya. Keduanya melayang hingga menembus rerimbunan hutan dan membuat keduanya berdiri di tengah-tengah udara yang lembab dengan angin kencang bertiup memporak-porandakan sekitar hutan. Kaoru mau tak mau harus segera pergi dari sana karena anginnya mulai tak wajar.

 Die terperangah saat melihat kedua penyihir itu berada di udara dengan aura yang sangat aneh. Apa yang terjadi dengan mereka semua. Begitupun yang dirasakan oleh Hakuei, Hyde dan Kyo yang tidak mampu berkata-kata saat melihat ancaman perang yang sedang terjadi di sekitar keduanya. Kekuatan dahsyat yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Mungkin inilah kekuatan mereka yang sebenarnya.

 
“Aku tidak ada urusannya denganmu. Yang kuinginkan hanyalah Ursula.” Tukas Uruha.

“Kalau kau mau bertemu dengan Ursula, coba kalahkan aku dulu.”

“Hmm… apa boleh buat.”

“Ayo, tunjukkan padaku apa yang kau punya.” Toshiya menarik pedangnya.

 Keduanya bersiap-siap sampai kemudian sepakat untuk memulai pertarungan ini. Uruha menebaskan pedangnya tanpa ampun dan Toshiya melakukan hal yang sama hingga kedua pedang berbeda kekuatan itu saling baku hantam dan menyebabkan sebuah kekuatan besar yang terlontar begitu besar ke bumi.

 
Wuuusshh!! Boom!!


Angin besar, sangat kencang dan mematikan seperti muncul seperti topan yang mampu menerbangkan apapun. Mereka seperti diserang oleh kekuatan yang sangat hebat dari pertarungan kedua penyihir tersebut. Saat angin kencang itu membentur permukaan hutan, dedaunan sekejap rontok dan buyar ke udara.
 

“Aaaaahhh!!!”
 

Mereka mencoba bertahan, tetapi sapuan angin tersebut terlalu keras hingga mampu menerbangkan dan mematahkan batang pohon.


“Awas!!”

 
Perlahan tubuh Hakuei terangkai ke udara dan ia mulai tak bisa mengendalikan diri.


“Hakuei!!”


Hyde menginjak keras tanah di bawah kakinya dengan kekuatannya yang masih tersisa, tangannya menangkap Hakuei yang terbawa angin. Kyo bersembunyi di belakang pohon besar yang sekiranya mampu menahan kekuatan angin besar tersebut. Sama hal dengan Kaoru yang berpegangan pada pohon dan mencoba bertahan di tempat persembunyiannya. Seperti Shinya dan Die dan mencoba bertahan di balik bebatuan besar yang melindungi keduanya dari amukan angin ini.

Mereka semua benar-benar terkejut dengan kedahsyatan dan kehebatan dari kedua penyihir hitam tersebut. Saat angin telah mereda, walaupun sapuannya masih saja membuat bulu kuduk mereka berdiri. Mereka masih mampu melihat kedua penyihir itu beradu di udara. Saling serang membabi buta dengan begitu cepatnya. Bahkan mungkin Die tidak pernah bisa melakukan gerakan secepat dan seganas itu.

Kelabang-kelabang raksasa yang tadinya menyerang mereka sekarang berpindah tempat dan saling menyerang dengan kalajengking-kalajengking raksasa yang mengiringi pertempuran dari kedua penyihir tersebut. Hutan porak-poranda dan angin besar hilir mudik muncul dan berlalu melukai mereka yang bertahan di sana.


“Tidak!! Kita harus segera pergi dari sini sebelum tubuh kita hancur!!” jerit Hyde.

“Ayo pergi!!!” seru Hakuei mengiyakan. Ia sudha tak kuasa membawa tubuhnya yang terayun ke sana kemari karena angin besar ini.

Dari balik pohon besar Kaoru menjerit keras.

 “Siapapun!!! Cepat ke arah sini!!!”

Saat angin sedikit tenang, mereka semua sigap berlari ke arah suara Kaoru. Begitupun Die dan Shinya yang mendengarnya. Hakuei, Hyde dan Kyo berhasil menemukan Kaoru yang terluka di balik pohon besar. Die dan Shinya masih berlari menyusul mereka. Sialnya saat itulah gelombang angin besar itu kembali datang dan mementalkan tubuh keduanya.

 “Aaaarrgghh!!!”

 Pegangan Die pada Shinya terlepas karena kuatnya hempasan angin ini. Tubuh Shinya terayun dan menjauh karena angin.


“Shinya!!!”

Shinya mencoba menggapainya kembali tapi hasilnya nihil!

 “SHINYA!!!”

 
 

 

Continue…

3 komentar:

  1. Hoooo kereen, kebayang nih pertarungan uruha x toshiya serem bangeet..
    dan, penasaran itu laki2 yg dibekuin uruha siapa, hohoo

    BalasHapus
    Balasan
    1. papap juga ngebayanginnya jedag-jedug di langit gitu. pasti seru... aaah..
      coba tebak siapa yg dibekukan?

      Hapus
    2. entahlah pah, mungkin om Sugizo ya :p #edisiLOVE XD

      Hapus