expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

20 Mei 2013

Kyoukotsu No Nari

 
Title : Kyoukotsu No Nari
Author : Duele
Finishing : Oktober 2011
Genre : AU, Darkness
Rating : PG15
Chapter(s) : oneshot
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : General
Disclaimer : Salah satu judul dari fanfic nazaar saya dari Album Dum Spiro Spero (14 title) - Dir en Grey
Note Author : Lagi, gue membuat cerita hanya berpegangan pada sounds dan imajinasi. Inget sama Sa Bir di Uroboros. Kalau Sa Bir bisa, kenapa Kyoukotsu No Nari ngga bisa gue buat? Check this one J
 
 
~*~
 
 
Lagi, satu bayi terlelap dalam perut bumi.
 
Perut bumi kini penuh dengan ribuan onggokan mayat yang membusuk. Ribuan tulang belulang yang bercampur dengan benih bara dan hitamnya humus. Kami kembalikan anak-anak yang mereka titipkan kepada kami. Karena tak sanggup melawan kejamnya dunia.
 
Kami tenggelamkan bayi-bayi kecil tanpa dosa ke dalam perut ibu pertiwi. Berharap di sana gumpalan daging tercinta kami dapat menitis kembali.
 
Biru langit tak lagi indah. Sawah tak lagi hijau. Ladang kami tak lagi subur. Kering kerontang. Terbalut dengan kegersangan. Asap pekat bercampur polusi, menghancurkan peradaban kami yang sederhana.
 
Kehancuranlah sisa-sisa dari dunia. Mayat-mayat pria yang kami cintai bercampur dengan puing-puing harta yang teronggok tak berharga. Tubuh mereka berpencar, menghilang sebagian. Senjata-senjata di kepala mereka, terhunus meminum darah.
 
Meninggalkan luka tak terperih bagi kami janda rapuh yang tak pernah mampu melawan kodrat. Memeluk bayi kami yang semakin kurus. Menatap desa kami yang musnah dengan perang.
 
Api. Darah. Daging. Tulang belulang. Kematian. Kebencian.
 
Hal yang seharusnya tidak kami dapatkan sebagai makhluk pengasih dan penyayang. Karena keserakahan dan kedengkian sesama menjadi terpecah. Memburu sesuatu yang fana dan kasat mata.
 
Kini yang tersisa dan perebutan tirani sang penguasa hanya derita. Kelaparan. Kekeringan. Kekurangan. Dan berakhir dengan kematian.
 
Si busung lapar yang menggali kuburnya sendiri. Seolah malaikat kematian adalah penyelamat mereka. Bertarung dengan kehidupan seolah sesuatu yang sulit untuk dijalani. Maka kematianlah jalan yang terpilih.
 
Terlalu miskin.
Terlalu fakir.
 
Apa artinya kemakmuran dan kesejahteraan?
Bila mulut kami kini terjejal dengan kotoran dan sampah. Tenggorokan kami radang dan membusuk. Tak ada lagi roti biji gandum yang kami panen memenuhi lumbung kami. Tak ada lagi biji padi yang kami siangi sepanjang panen. Tak ada lagi rasa nikmat dari olahan ladang kami.
 
Apa makna kebahagiaan?
Jika bayi-bayi kami meminum darah dan menelan tinja. Menghitung hisapan demi hisapan memburu mati. Tangisan dan jeritan penderitaan yang terkurung dengan emosi.
 
Perlahan, bumi tak kan bisa lagi berdiri. Perlahan, ia akan muntah. Menyemburkan magma beracun yang terdiri dari darah, daging dan nanah. Apa yang terendam dan terdiam selama ini di dalamnya akan kembali ia muntahkan.
 
Perputaran atas dunia. Kotor dan pengap.
Menjadi debu. Darah. Dan Api.
 
Dunia akan kembali tertidur dengan kami melebur bersamanya.
 

1 komentar:

  1. Walah.. Aku baca ini tapi kok sambil dengerin ware yami tote :D (telat komen)

    BalasHapus