Title
: Kyoukotsu No Nari
Author
: Duele
Finishing
: Oktober 2011
Genre
: AU, Darkness
Rating
: PG15
Chapter(s)
: oneshot
Fandom(s)
: Dir en Grey
Pairing(s)
: General
Disclaimer
: Salah satu judul dari fanfic nazaar saya dari Album Dum Spiro Spero (14
title) - Dir en Grey
Note
Author : Lagi, gue membuat cerita hanya berpegangan pada sounds dan imajinasi.
Inget sama Sa Bir di Uroboros. Kalau Sa Bir bisa, kenapa Kyoukotsu No Nari ngga
bisa gue buat? Check this one J
~*~
Lagi,
satu bayi terlelap dalam perut bumi.
Perut
bumi kini penuh dengan ribuan onggokan mayat yang membusuk. Ribuan tulang
belulang yang bercampur dengan benih bara dan hitamnya humus. Kami kembalikan
anak-anak yang mereka titipkan kepada kami. Karena tak sanggup melawan kejamnya
dunia.
Kami
tenggelamkan bayi-bayi kecil tanpa dosa ke dalam perut ibu pertiwi. Berharap di
sana gumpalan daging tercinta kami dapat menitis kembali.
Biru
langit tak lagi indah. Sawah tak lagi hijau. Ladang kami tak lagi subur. Kering
kerontang. Terbalut dengan kegersangan. Asap pekat bercampur polusi,
menghancurkan peradaban kami yang sederhana.
Kehancuranlah
sisa-sisa dari dunia. Mayat-mayat pria yang kami cintai bercampur dengan
puing-puing harta yang teronggok tak berharga. Tubuh mereka berpencar,
menghilang sebagian. Senjata-senjata di kepala mereka, terhunus meminum darah.
Meninggalkan
luka tak terperih bagi kami janda rapuh yang tak pernah mampu melawan kodrat.
Memeluk bayi kami yang semakin kurus. Menatap desa kami yang musnah dengan
perang.
Api.
Darah. Daging. Tulang belulang. Kematian. Kebencian.
Hal
yang seharusnya tidak kami dapatkan sebagai makhluk pengasih dan penyayang.
Karena keserakahan dan kedengkian sesama menjadi terpecah. Memburu sesuatu yang
fana dan kasat mata.
Kini
yang tersisa dan perebutan tirani sang penguasa hanya derita. Kelaparan.
Kekeringan. Kekurangan. Dan berakhir dengan kematian.
Si
busung lapar yang menggali kuburnya sendiri. Seolah malaikat kematian adalah
penyelamat mereka. Bertarung dengan kehidupan seolah sesuatu yang sulit untuk
dijalani. Maka kematianlah jalan yang terpilih.
Terlalu
miskin.
Terlalu
fakir.
Apa
artinya kemakmuran dan kesejahteraan?
Bila
mulut kami kini terjejal dengan kotoran dan sampah. Tenggorokan kami radang dan
membusuk. Tak ada lagi roti biji gandum yang kami panen memenuhi lumbung kami.
Tak ada lagi biji padi yang kami siangi sepanjang panen. Tak ada lagi rasa
nikmat dari olahan ladang kami.
Apa
makna kebahagiaan?
Jika
bayi-bayi kami meminum darah dan menelan tinja. Menghitung hisapan demi hisapan
memburu mati. Tangisan dan jeritan penderitaan yang terkurung dengan emosi.
Perlahan,
bumi tak kan bisa lagi berdiri. Perlahan, ia akan muntah. Menyemburkan magma
beracun yang terdiri dari darah, daging dan nanah. Apa yang terendam dan
terdiam selama ini di dalamnya akan kembali ia muntahkan.
Perputaran
atas dunia. Kotor dan pengap.
Menjadi
debu. Darah. Dan Api.
Dunia
akan kembali tertidur dengan kami melebur bersamanya.
Walah.. Aku baca ini tapi kok sambil dengerin ware yami tote :D (telat komen)
BalasHapus