Title : Tonight
Author : Duele Terandou Mori
Finishing : April 2011
Genre : Drama Romance
Rating : PG15
Chapter(s) : Oneshot
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : KaoruxToshiya
Note Author : Tuhan, berikan aku ketabahan
untuk membuat cerita ini. Amin. *doa sang Author sebelum menulis* XDD *di kicol
tokoh utama*
~*~
Even you were a
million miles away. I could still feel you in my bed.
Near me, touch me,
feel me…
(Try Sleeping with a
Broken Heart - Alicia keys)
~*~
“Apa yang membuatmu harus pergi?”
“Pekerjaan.”
“Apa itu berharga?”
“Sangat.”
“Lebih dari aku?”
Kaoru menoleh dengan mata yang tajam padaku.
Sementara aku mematut wajah kecewaku yang kubuang kearah lain. Samar kudengar
helaan nafas dari pria itu yang kemudian datang dan duduk diranjangku, tepat
disampingku. Aku hanya membuang muka, namun terkadang aku meliriknya.
“Toshiya, kau tahu pekerjaanku.”
“Ya, aku tahu.” Jawabku cuek.
“Kita sudah membicarakan ini sebelumnya, kan?”
Aku melengos. Kusingkap selimut tebal itu dan
bergegas turun dari ranjang. Menghindar dari serangan mata sang pria kuat
disampingku. Pria otoriter!
Bukannya aku tidak mengerti pekerjaannya
sebagai musisi yang sibuk. Namun, terkadang aku selalu berpikir bahwa ini sudah
lebih dari jam-nya bekerja. Aku hanya bisa bertemu dengannya beberapa jam
setiap minggunya. Dan sekarang ketika waktunya habis dia akan kembali pergi dan
menghilang tanpa jejak. Ini tugas atau keahliannya?
Saat kutengok, Kaoru sedang memakai
flanelnya. Pikiranku melambung beberapa saat, ketika kutemukan sebuah ide kecil
dari kepalaku. Aku bukan tak tahu pekerjaannya ini sangatlah penting, tapi aku
ingin memastikan bahwa dia benar lebih mencintaiku daripada pekerjaannya. Seandainya
aku tak menang, aku mau kedudukan antara aku dan pekerjaannya berdiri seimbang.
Tidak! Kuralat, aku tak mau ada apapun atau siapapun yang menyamaiku di hati
Kaoru! Egois? Manusiawi kurasa.
Aku kembali saat Kaoru berbalik menatapku.
Kulihat kesempatan itu ada, kudekati. Membenarkan kancing kemejanya yang tak
benar. Merapihkan dan membersihkan sisi-sisi bahunya dari debu yang tak
terlihat.
“Jadi benar harus pergi sekarang?” Tanyaku,
manja seolah tak rela. Aku memang tak rela.
“Pesawatku berangkat sejam lagi.” Jawabnya
masih menatapku yang menekuk wajah. “Tidak akan sampai tiga hari.” Dia
menghibur. Tapi itu tak cukup membuatku lebih baik. Aku hanya mau dia tinggal
di sini, bersamaku. Sekarang!
Aku duduk kembali di ranjang kami. Mendongak
padanya, hingga akhirnya dia pun duduk di sebelahku. Tanpa basa-basi aku
merajuk, memanjakan diriku padanya. Ritual biasa yang kulakukan sebelum dia
pergi. Sedikit mengulur waktunya.
“Ini benar-benar tidak adil.” Aku berkata.
“Hm?”
“Hanya 12 jam denganmu dalam satu minggu? Apa
itu menurutmu adil?”
“Saat liburan nanti semua waktuku akan akan
kujual padamu.”
Aku tertawa. “Tapi aku serius, Kaoru.” Aku
merangkulnya.
Namun ia bergeming, tetap tak menjawab. Tapi aku
tidak mau menyerah.
“Aku juga serius.”
“Kalau begitu buktikan sekarang.” Mataku
menatap pantulan tubuh kami di cermin, tepat di depan kami. Kaoru pun menatap
pantulan wajahku dari cermin yang sama. “Buktikan, juga kalau kau punya
kesepakatan atas janji kita tentang pekerjaanku.”
“Hmm.” Aku mendengus hebat. Tubuh yang
tadinya terus mencoba merajuk padanya kini kuhempaskan keras ke ranjang hingga
menimbulkan hentakan pada coil besi penyangganya.
Kaoru keras kepala. Lebih tepatnya susah
dijatuhkan jika sudah menyangkut pekerjaan. Mungkin dipikirannya sekarang
pekerjaannya jauh lebih penting, bahkan dari aku. Aku sedih :’(
Tapi merajuk padanya sekarang pun kurasa
sia-sia. Dia akan tetap kukuh pada komitmennya tentang pekerjaan. Dan tebak,
meski pun ini sangat menyebalkan. Justru karena inilah aku menyukai pria ini.
Pria yang berbeda umur denganku 3 tahun denganku. Selain fisiknya yang rupawan,
toh, aku lebih tertarik pada sikapnya yang tidak setengah-setengah.
“Pergilah.” Aku bangkit dari ranjangku.
Berjalan santai sambil menenteng gelas dari meja di samping tempat tidur.
Mungkin saat ini Kaoru menatapku dengan kesal
pula. Aku memang menyebalkan, karena setiap kali merajuk tak henti. Meminta ini
dan itu. Bahkan terkadang aku memaksa.
Kali ini aku berdiri tepat di depan cermin.
Mematut diriku sendiri yang terlihat kusam. Tak ada senyum, apalagi tawa. Yang
kutahu, aku sebal. Menguntai senyum saja tak bisa. Mau menyembunyikan dari
Kaoru pun aku tak ahli. Aku bukan pembohong, jika aku bilang aku tak suka, maka
ku tak suka.
“Kupercepat sampai dua hari?” Kaoru
mengajukan banding.
Aku tak menggubris. Aku masih mematut diri di
depan cermin besar itu. Kulihat Kaoru mendekat, mengelus punggungku yang
terbalut piyama satin sekarang.
“Toshiya…”
Dengan lembut dia mencoba membalikkan
badanku, menghadap kepadanya. Tapi walau pun begitu aku masih enggan
melihatnya. Aku tetap saja merasa tak ikhlas. Dia terus menatap, mencoba tenang
kurasa dengan tidak mengatakan apa pun.
Baiklah, aku menyerah.
“Aku akan kembali lebih cepat dari yang kau
bayangkan sebelumnya.” Umbarnya.
Aku tersenyum kecil. “Ya. Tidak usah di
paksa. Kau selalu menang. Aku tidak akan pernah bisa menjatuhkan seorang Kaoru
dalam urusan seperti ini.” Balasku.
“Kau sedang marah.”
“Tidak.”
“Ya.”
Aku tersenyum kecil. Kini kutatap flanelnya
yang terkancing tak benar.
“Kalau pun aku marah, kau tetap akan pergi
kan?” Jawabku menatapnya tajam. “Tak ada yang bisa menghalangimu, walau itu aku
sekali pun.” Kali ini aku benarkan kancing kemejanya. “Lain kali kau harus
lebih teliti mengancingkan ini.” Ujarku membuka kancing pertama pada flanelnya.
Ini membuatku tertawa ketika aku sadar
kancingnya memang tidak benar semua. “Bagaimana kau bisa pergi dengan
penampilan seperti ini?!” aku terkekeh.
“Oh yah?” dia tersenyum aneh.
Aku membuka satu persatu kancing kemejanya.
“Ini tidak benar, Kaoru.”
“Biar kutebak,” Kaoru melakukan sesuatu. Aku
tertegun melihat apa yang dia lakukan kali ini ketika ia membuka sendiri
kancing jeans-nya dan menurunkan resletingnya hingga CK-nya terlihat. “… yang
ini juga salah, kan?” Ujarnya sambil menunjuk’nya’.
“Hihihihi…” aku terkekeh.
Aku tidak ingat bagaimana bisa dia
menggiringku kembali ke ranjang. Menjatuhkanku yang masih tertawa tak berhenti.
Aku hanya tahu satu hal saat itu.
Kaoru tidak pergi dari sisiku sekarang.
The End
www sugoii kaoru ! jatuhkan istrimu
BalasHapusby tano wkkk
itu udah dijatuhkan neng ke ranjang cinta, hahaha
Hapus