Title : Menculik MIYAVI
Author : Duele Terandou MoriFinishing : Mei 2011
Genre : Humour, Crack
Rating : PG15
Chapter(s) : 1/on going
Fandom(s) : Miyavi, The Gazette
Pairing(s) : Himitsu~
Disclaimer : Judul plesetan dari film ‘Menculik Miyabi’
Notes : Semua yang ada di cerita ini hanyalah rangkaian hiburan. JUST FOR FUN!!!
WARNING!! Tidak ada satu pun pria-pria The GazettE yang ngga cebok dalam pembuatan cerita ini LOL
~*~
Peace and Smile -serta Gahoeelz-
Company.
Siapa sih yang tidak kenal dengan
label beken yang satu ini? Kalau Korea punya SM Entertainment sebagai wadah
dimana para pria imut bernaung, di Jepang kami punya PSCompany. Label major
yang menjadi incaran band-band Indie keluaran baru untuk mencoba peruntungannya
di dunia musik. Gaya Visual, yah, rada nyerempet bencongan dikit lol Gender
yang tak jelas bisa diterima asal bisa bikin jatuh korban, gadis meraung atau
anjing menggonggong lol
……
“APAAA?!”
Gile! Sofa kulit beruang itu
langsung bergidik bulunya tatkala mendengar suara jeritan seseorang di ruang
ganti utama. Nampak terlihat seorang pemuda tinggi dengan rambut yang ngejreng
berdiri dengan tegang. Matanya menatap lurus pada seorang wanita paruh baya
yang masih duduk di kursi rias membelakangi cermin. Dari cermin itu, terpantul
wajah seorang J-Rocker yang tak asing, yang juga bernaung di bawah bendera PSC.
Miyavi.
“Ak- aku tidak mau, Bun~!” kata
Miyavi memanggil Bunda. FYI ajah yah Minna, Bu Tomomi ke pengen dipanggil Bunda
biar lebih dramatis aja. Pengen banget punya anak setampan para anak band
bawahannya, tapi apa daya keturunan tak mengijinkan lol
“Tidak bisa! Aku sudah mengiyakan
pada mereka.” Jawabnya, logatnya rada Minang lol
“Kau mau menjualku pada mereka?”
Miyavi meringis, heran. “Kau tega!” lanjutnya medramatisir. Drama sungguhan;
sampai Miyavi memukul meja rias dengan hati yang terluka. (dan mungkin hanya
Miyavi seorang saja yang bisa melakukan adegan ini XD)
“Aku tidak menjualmu. Aku hanya-”
“Cukup,” Dengan mata yang berkaca
Miyavi menghentikan penjelasan Bu Tomomi. “Aku sudah tahu cepat atau lambat ini
pasti akan terjadi.” Lanjutnya, kini setetes airmata buaya terlihat menyembul dari
ujung matanya yang menyipit.
“Meev, maafkan aku. Aku harus
melakukan ini demi adik-adikmu.”
“Aku ngga punya adik, Bun. Aku
bontot.” Jawabnya. Elah, masih aja dengan airmata menggenang.
“Maksudku, demi junior-juniormu
di PSC. Pikirkan mereka, Meev.” Bu Tomomi menggenggam bahu Miyavi penuh
keyakinan. Mencoba meyakinkan pemuda ini bahwa sebenarnya dia tidak bermaksud
menjualnya, hanya MENUKARnya saja lol
Dan Miyavi pun terbawa.
Mengangguk kecil. Yess! Begitu kata Bu Tomomi dalam hati. Ah, Miyavi. Biar di
kata garang juga ternyata hatinya selembut Bang Rinto Harahap lol Tak salah Bu
Tomomi memilih anak buah, gampang dikorbankan dalam keadaan kepepet XP
Tak di sangka percakapan serius
namun ngawur itu terdengar oleh lima pemuda yang lain. Berdiri disana ada Ruki,
Reita, Kai, Uruha serta Aoi yang baru saja kembali dari toilet lol
Mereka terenyuh, terharu!
Bagaimana mungkin seorang Miyavi yang biasanya belaguk dan punya kekuasaan
sebagai artis senior sekarang tunduk pada keinginan pemilik perusahaan dan
memasrahkan dirinya untuk dikorbankan? Yang lebih miris lagi, dia melakukan ini
semua untuk para juniornya yang masih belum lulus masa sekolah keartisan di PSC
lol
Ooh, Miyavi sungguh mulia hatimu!
Bagai Rocker tanpa tanda jasa T^T
“Hkss~” tanpa sadar kelima pemuda
itu menangis terharu kompak.
“Kita tidak bisa diam saja
seperti ini.” Ujar Kai yang masih punya hubungan baik dengan Rocker botak yang
satu itu.
“Kau benar Kai, biar pun
terkadang suka nyosor seenaknya, tapi dia sebenarnya baik.” Lanjut Reita, mengingat
masa lalu dimana pipinya sudah tak lagi perjaka lol
“Ada yang punya ide?” Tanya Ruki
menghentikan tangis di antara mereka.
Mereka saling berpandangan.
~*~
Miyavi masuk ke ruang dress room.
Disana sudah berkumpul banyak sekali junior-juniornya, mungkin semuanya
nimbrung di sana. Ada Alice Nine, walau minus Shou yang ijin ngga masuk karena
PMS. Membuat Alichu gagal manggung nih hari gara-gara suara vocalist ngga ada
yang cocok. Di sudut kanan, anak-anak Screw pun sedang asik bermain. Main mata
ular! Khusus untuk mereka, dadunya diubah jadi baut satuan. Kata Byou, demi
mengeksiskan nama band mereka. Apa pun harus sesuai! Oh, apa mungkin makanan
sehari-hari pun harus disesuaikan dengan jenis baut? Hahaha. Kidding.
Beda lagi sama The GazettE, band
yang makin melejit namanya sejak single terbarunya ‘Before I be GAY’ naik di
pasaran, sekarang jadi urutan pertama band kesayangan Mamah Tomomeh LOL Nampak
kelima pemuda itu anteng dengan adu matanya tatkala melihat Miyavi yang muncul
ke dalam ruangan mereka.
Miyavi melirik pada kelima pemuda
itu, namun kompakan mereka membuang muka. Miyavi bingung. Aneh. Terheran-heran,
sudah beberapa hari ini anak-anak The GazettE seperti memusuhinya. Yah, entah
sejak kapan mereka berubah sikap. Tapi Miyavi benar-benar sangat bingung dengan
mereka. Apa Miyavi secara tak sadar sudah membuat mereka marah? Tapi apa?
Miyavi berpikir keras. Dan…
OOOHH!!! Baru inget! Miyavi sudah mengerjai wese pribadi anak-anak The GazettE
dengan menyabotase semua tissue toilet mereka tempo hari. Apa jangan-jangan
setelah itu ada yang kebelet? Sampai ada yang gak cebok gara-gara minim tissue?
Tapi siapa? Miyavi menatap mereka
satu persatu, lalu menghela. Sudah pasti bukan Reita, kan? Dia kan punya tissue
cadangan di hidung, hehehe…
Atau jangan-jangan…
“Hiksss~!!” Kai mendadak keluar
dari dress room dengan airmata yang mengalir ketika sempat beradu pandang
dengan Miyavi.
“Kai!” di susul oleh Ruki dan
Uruha bergantian. Membuat kelompok, Alice Nine dan Screw menoleh ke arah pintu.
Sedangkan Reita dan Aoi menatap Miyavi dengan mata yang sengit. Loh, ini kenapa
sih sebenarnya? –Miyavi panik dalam hati.
Miyavi benar-benar bingung
sekarang? Seingatnya, dia ngga pernah tuh ngerjain Kai. Kai kan ‘baby’nya.
Junior emas yang menggemaskan buat Miyavi. Mana tega Miyavi mengerjainya. Atau
mungkin… OOH!! (lagi) Jangan-jangan, yang ngga cebok di wese gara-gara sabotase
itu, KAI!? O___O;;
“Astaganaga!” Miyavi langsung
bangkit. Lalu berlari. Membuat dua kali kumpulan bishie Screw dan Alice Nine
melongok dengan heran.
……
“Kai!” Ruki akhirnya sampai
dengan nafas yang terengah-engah ketika Kai berhenti dan mojok di ruang mixing.
“Kamu kenapa kabur, sih?” Tanya
Uruha.
“Ha- habisnyaa… ak- aku ngga
tahan liat Miyavi hiks…” jawabnya.
“Duh, Kai yang bener aja.” Ruki
mendecak keki.
“Kasian banget kalau aku inget
dia mau dikorbanin demi kita. Sementara kita, leha-leha aja disini.”
“Ya emang mau gimana? Emangnya
kamu berani ngelawan Bunda Tomomeh?” celetuk Aoi.
“Lakukan sesuatu, Aoi.” Kai
merajuk.
Aoi melirik Reita yang meliriknya
bingung. Tak berapa lama, Miyavi muncul begitu saja.
“Kalian ngapain??” tanyanya
seraya melihat Kai yang di rangkul oleh Aoi. “Kai, kamu kenapa mendadak nangis
begitu.”
Tak ada yang menjawab, bahkan
Kai. Tapi…
“Huwaaaaaaaaaaa~” Kai histeris
menangis, sampai-sampai Aoi harus mendekapnya kuat-kuat sampe Kai ngga bisa
nafas lol. “heukss…!”
Miyavi jadi semakin bingung.
Kenapa sih mereka ini?
“Ck. Sudahlah aku ngga tahan
lagi.” Ruki turun tangan, nurunin lengan bajunya yang di gulung maksudnya lol
iissh! “Meev-san! Benar kau bakalan di jual sama si tanteh?” tanyanya, semua
mata tertuju pada Miyavi yang langsung beraut bingung. Bijimana mereka pada
tahu? Apa Bunda Tomomi yang nyebar berita? Undangan aja belum ada, -pikirnya.
“Udah, Meev-san kamu ngaku aja.”
Paksa Uruha.
“Betul, Meev-san. Kami sudah tahu
kok, jangan ditutup-tutupi lagi.” Sahut Reita juga.
Miyavi jadi semakin bingung. Apa
dia harus bicara tentang kebenaran yang sesungguhnya pada mereka? Tapi kan,
Bunda Tomomi bilang…
……
“NIKAH?!” Kelima pemuda itu
langsung terkejut.
“Benar.”
“Jadi kau akan dinikahkan sama
salah satu anak dari produser label lain????!!!” Ruki mencoba meluruskan apa
yang dimaksud. Miyavi hanya mengangguk.
“Terus kau mau saja?”
“Mau bagaimana lagi?” Miyavi
menyeringai pasrah. “Aku peduli pada kalian…”
“HUWAAAAAAAA~~~~~!!!!!” tangis
Kai kembali terdengar. “Meev-san, kamu baik sekaliii~” katanya sambil pindah
lokasi menangis kepada Miyavi.
“Maap, ya Kai. Aku ngga jujur.”
Tutur Miyavi seraya mengusap punggung si drummer ceria itu.
“Eh, tolong yak itu tangannya
engga usah pake ngelus pacar orang =___=;” Aoi keki, Reita dan Uruha berusaha
prihatin XD
“TIDAK BISA!” tiba-tiba Ruki
bangkit dari duduknya sampai kursi terjungkal. “Kau tidak bisa selemah itu,
Meev-san! Menikah itu bukan hal yang mudah! Ituh sakral!!! Masa kau mau
dinikahkan dengan orang yang sama sekali belum kamu kenal dan tidak kamu
cintai?! Emangnya di sinetron apah!”
“Ngga sinetron sih, hanya
fanfic.” Celetuk Uruha, yang langsung dikicol Reita XD
“Kau harus menolaknya!” Ruki
masih menggebu.
Miyavi kelihatan bingung.
“Hu-um. Kau harus menolaknya,
Meev-san. Jangan pikirkan kami, pikirkan saja masa depanmu juga. Kami tidak mau
masa depanmu hancur hanya karena mengorbankan diri demi kami.” Sambung Reita.
“Tapi,”
“Kalau kau menikah, Toshiya-san
bagaimana?” Uruha membuka kisah kelam Miyavi.
Oooh, hati Miyavi terluka.
Mendengar nama idolanya di sebut-sebut. Langsung saja wajah datar Miyavi
berubah menjadi wajah pahit lol
Emang siapa sih yang ngga tahu
riwayat cintanya Miyavi? Putus dari Daigo, dia kembali pada habitnya yang
buruk. Ngamen di jalan, ngamen di kereta, ngamen di tempat makan, ngamen di
terowongan KRL (dikirain mau mampus apa -__-), yah, sejak putus dari Daigo
hidupnya hancur. Tapi sejak itu pulalah Miyavi mengenal cinta baru dari
seseorang, Toshiya.
Yah, cowok yang sudah diidolakan
lama sekali oleh Miyavi. Ngga nyangka ajah pas ngamen di rumah makan Padang
ketemu sama cowok imut yang satu itu. Dengan ramah, dia memberikan uang receh
pada Miyavi yang saat itu begitu terenyuh melihat sang idola di depan mata. Dan
entah sejak kapan, bayangan Daigo berubah menjadi bayangan Toshiya yang tak
pernah bisa dia lupakan.
“Eh, tapi kan kami beda fandom
-__-” ujar Miyavi.
“Sssh! Fandom ngga usah di
bawa-bawa!” ujar Uruha lol
“Oh, maksudku. Dia kan sudah
punya pacar. Gini-gini aku tahu kok dia itu cinta mati sama leader band-nya.
Mana berani aku.” Miyavi ciut. Mengingat deadly stare dari yang punya band
metal.
“Loh, emang Meev-san ngga tau
ya?” celetuk Reita.
“Huh?”
“Toshiya-san kan sudah putus dari
Kaoru-san.”
“Tau darimana kamu?”
“UNDECIDED.”
GUBRAK! XD
*eeaaaa!* (Undecided – Judul fic
cerita cinta punya Rokka Purin lol Nah kalo yang ini author mau minta Royaltie
Kate DeSe double SUPREME!!! Hyakakakaaka!!!)
“Jadi aku harus bagaimana supaya
tidak menikah dengan gadis itu?” Miyavi jadi berubah pikiran; tidak mau
menikah. Miyavi yang depresi menyandar pada pada meja mixing radio. “Aku belum
mau menikah.” Katanya sambil menenggelamkan kepalanya pada permukaan
tombol-tombol aneh. Tanpa sadar sebuah tombol tertekan, output.
“Kami akan MENCULIKmu.”
“APUAAAAA!!!? O___O;;”
“Iya, kami bakal bersandiwara.
Sandiwara MENCULIK MIYAVI.” Tukas Aoi percaya diri.
~*~
Singkat cerita, hari yang
dinantikan pun tiba. Hari pernikahan Miyavi dengan anak produser yang sudah
disebutkan di atas. Saat itu Miyavi masih di ruang ganti, di make up. Pria
tinggi yang sudah mengecat kembali rambut menjadi hitam demi hari pernikahannya
ini tidak berbeda dengan penampilannya di PV Kekkonshiki no uta. Dengan tuxedo
putih dan kemeja yang bersih, Miyavi sudah hampir selesai di dandani sebagai
calon mempelai pengantin pria.
“Kamu sudah siap?” suara Bu
Tomomi muncul didalam ruangan, Reita mengikuti di belakangnya. Miyavi menoleh,
lalu mengangguk kecil. Tapi matanya tak lepas dari Reita yang mengangguk
memberi isyarat padanya.
Sandiwara segara dimulai.
“ADOOH!”
“Ada apa, Ruki?”
“Ini!!! Masa si Kai bawanya
pistol mainan!?” ujarnya keki.
“Wajarlah. Ini kan cuman
sandiwara.” Bela Aoi.
“Ngerti sih, tapi ngga kayak gini
juga kaleeee~”
Cpruuut!
Mendadak wajah Aoi basah karena
semprotan air dari pistol-pistolan tersebut. Aoi langsung melirik Kai yang
hanya nyengir kuda, hehe…
“EH! EH! Mobil pengantinnya
datang!” seru Uruha.
Mereka bersiap, mengintip di
balik dinding besar diluar terowongan. Tapi sayang ternyata itu bukan mobil
PSC; mobil tumpangan Miyavi. Nampaknya itu adalah mobil mempelai wanitanya.
“Ah, sialan! Mobil Miyavi kemana
nih?!” Aoi mulai cemas.
“Jangan-jangan mobilnya ngga
lewat sini. Jalan di depan kantor PSC kan masih di cor!” Ruki baru inget XDDD
“Adduuuuuh!!!” Mereka bingung.
Tapi Kai nampaknya biasa saja.
Drummer ceria yang hobi banget ketawa pas ngegebuk drum itu kini kelihatan
tenang memperhatikan laju mobil pengantin wanita yang tadi. Uruha mengkicol
Aoi, memberitahu bahwa pacarnya kelihatannya rada aneh.
‘Jangan-jangan, Kai masih punya
rasa sama Miyavi. Makanya dia ngga rela Miyavi kawin.’ Suara hati Ruki
nampaknya terdengar oleh dua orang yang lain; Uruha dan Aoi –yang kusut lol-
‘Bener.’ Gema suara Uruha
menyahut.
“Kai, kamu ngga usah ngeliatin
mobil itu. Kalau emang ternyata pernikahan ini harus terjadi, maka terjadilah!”
Aoi mendatangi prianya dengan raut yang kesal.
“Mobil itu…” gumam Kai.
“Iya, aku tahu. Itu mobil calon
ISTRInya Miyavi, udah deh kamu ngga usah aneh kayak gituh ngeliatinnya.” Ajak
Aoi menariknya dari sana.
“Tapi-”
“Kai!”
“Sudah sudah hentikan! Daripada
kalian bertengkar mendingan kita cepat menyusul Miyavi ke gereja. Siapa tahu
masih sempat!” ajak Ruki, Uruha cuman cengengesan.
Maka kelima pemuda itu pun
akhirnya bergerak dari sana. Walau pun Kai masih nampak aneh. Rasa-rasanya, Kai
tahu mobil sang mempelai wanita. Nomor plakat mobilnya nampaknya tak asing bagi
Kai.
“Salah liat ngga yah?” gumam Kai
pelan. Aoi meliriknya tanpa bicara.
~*~
Reita kebagian jadi supir
pengantin hari ini. Sebenarnya sih atas inisiatif sendiri. Demi lancarnya
sandiwara hari ini, dia mengajukan dirinya pada Bu Tomomi untuk membantu
menjadi supir seharinya Miyavi lol
“Duh, mereka terima sms gue ngga
ya?” Reita mulai gusar. Matanya mulai tak melirik sana-sini mencari-cari. Duduknya
mulai gelisah. Tapi, tiba-tiba Reita seperti mendapat jawaban atas
kegelisahannya. Tatkala matanya melihat pada kaca spion tengah yang memantulkan
bayangan mobil yang sejak tadi mengikuti mereka. Itu pasti mereka!
“A- aduuh Bundaaa~ perutku sakit sekali,
nih!” Reita tiba-tiba mengaduh.
“Heh??? Kamu kenapa?” Bu Tomomi
mulai panik.
“Mules.” Jawabnya dengan seringai
jelek di wajahnya. Miyavi menahan tawa di balik sarung tangannya.
“Ya- ya sudah. Kita berhenti di
pengisian bahan bakar dulu!”
Maka berhentilah mereka di
pengisian bahan bakar setempat. Reita segera keluar dari mobil, melirik pada
mobil hitam yang sama-sama berhenti walau cukup jauh dari tempat parkir mereka.
Dengan penuh percaya diri Reita mengacungkan jempol pada mobil tersebut lalu
melenggang ke dalam toilet untuk mengintip. Wah, akan jadi apa nih sandiwara
penculikan Miyavi versi mereka?
Sementara itu, Miyavi dan Bu
Tomomi menunggu di dalam.
“Bunda, aku ke mini market dulu
ya sebentar. Aku mau cari minum.” Tutur Miyavi.
“Aduh, jangan! Penampilan kamu
mencolok. Bisa di serang fans nanti! Sudah, biar aku saja. Kamu tunggu di sini
sebentar.” Jawabnya keluar dari mobil.
Aduh, nih nini pelet ngga bisa
diajak kerja sama amat sih, -batin Miyavi. Setelah Tomomi keluar, Miyavi
membukakan pintu mobilnya, menengok pada sekitarnya. Matanya juga mencari-cari.
Menurut rencana awal, penculikan akan dilakukan ketika mobil mereka berhenti
ketika Reita mulai berpura-pura. Itu berarti di tempat ini kan?!
Miyavi pun keluar dari mobil. Dan
benar saja, tak lama beberapa orang mencurigakan keluar dari mobil. Dengan
tudung kepala yang menutupi kepala dan wajah mereka. Mereka datang bak preman.
Miyavi memang tak mengenalinya, tapi ketika melihat salah satu diantara mereka
yang tingginya kurang dari yang lain, Miyavi yakin itu pasti mereka.
Okay, Miyavi akan menunggu.
Tak sampai tiga puluh detik.
Mereka berlari ke arah Miyavi dengan cepat sambil membawa sesuatu.
“Kalian datang juga.” Ujarnya.
Mereka tak menjawab, lalu menarik
Miyavi dengan kasar menuju mobil mereka yang terparkir. Tentu saja Miyavi ikut
saja dengan mereka. Hahaha!
Sementara itu, Ruki yang baru
melihat IPhone-nya sadar bahwa Reita sudah mengiriminya pesan sejak tadi.
“Eh! Ada sms dari Reita. Katanya
mereka berhenti di pengisian bensin di jalan xxxx!”
“Telepon! Bilang kita masih lama
sampainya, suruh Reita mengulur waktu.” Ujar Aoi.
BIIP! BIIP!
Reita terkejut ketika teleponnya
berbunyi. “Ruki?” gumamnya melihat nama sang penelpon lalu menjawab.
“Moshi-moshi?!”
“Reita, kau masih disana?”
“Iya.” Jawabnya semangat.
“Oh bagus.”
“Kalian lebih bagus lagi. Hebat
deh acting kalian membawa Miyavi.” Ujarnya di sela gelak tawa cekikikan
gemasnya.
“Huh?” Ruki bingung. “Kamu
ngomong apa, sih?” Ruki bingung. Tiba-tiba Aoi merampas telepon tersebut. “Hoy!
Rei! Ada apa?!”
“Ngga ada apa-apa. Aku lagi liat
kalian sekarang membius Miyavi. Padahal rencana kita kan ngga pakek
bius-biusan. Kalian hebat banget aktingnya pakek acara improvisasi gituh!”
Aoi hening.
“BEGOK!!!” semburnya. Ketiga
pemuda di mobil tersebut beserta Reita nun jauh disana tersentak. “Lo lagi
ngapain, kupret!!! Siapa yang bius Miyavi?!!!” sontak saja Aoi histeris.
“Ya- ya kalian lah! Siapa lagi?
Aku sedang mengintip kalian yang sekarang sedang membawa Miyavi.” Reita ling
lung.
“Adddoooooohhhhh!!! Lo kebanyakan
makan otak-otak neh!!! Gimana mungkin kami membawa Miyavi sedangkan kami masih
dalam perjalanan menuju kesana!” teriaknya.
“HAH! O_O” Reita sadar!
“Lagian, kalau kita lagi nyulik
Miyavi NGAPAIN JUGA GUE TELEPONAN SAMA ELU!!!!”
Reita hening sejenak. Tiba-tiba
dia berlari sambil berteriak,
“CULIIIIIIIIKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!”
XDDDDDDDDDDDDDD
To be continue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar