expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

01 Mei 2013

EXODUS (Part 13)

 
Title : EXODUS
Author : Duele
Finishing : April 2013
Genre : Fantasy
Rating : PG15
Chapter(s) : 13/on going
Fandom(s) : Dir en Grey
Pairing(s) : DiexShinya
Note Author : Thanks for keep reading this story J
 
 
 
*****
 
 
Die sedang membereskan barang-barang mereka ke dalam tas yang mereka bawa. Sepertinya ia sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Saat itu Kaoru datang.
 
“Apa kita akan segera pergi dari sini?”
“Iya.” Kata Die menyudahi pekerjaannya. “Kita sudah tertahan tiga hari di sini. Kita sudah kehilangan banyak waktu.”
“Tapi bagaimana dengan Hakuei? Dia kan baru sembuh?”
 
Mereka berdua menoleh ke arah Hakuei yang sedang diobati lukanya.
 
“Aku akan mencari kuda.” Katanya.
“Di sini?” Kaoru mengernyitkan kedua alisnya. “Mana ada kuda di hutan ini? Makhluk-mahkluk itu pasti sudah membinasakan semua makhluk hidup yang berdarah di tempat ini untuk santapan mereka.”
“Aku tidak peduli. Yang penting aku harus menemukan sesuatu dulu.”
“Jangan gegabah.”
 
Die terdiam, tiba-tiba Kaoru teringat sesuatu.
 
“Ini agak sedikit aneh.” ujarnya.
“Maksudmu?”
“Bukankah makhluk-makhluk itu bisa mencium darah? Hakuei terluka, tapi sudah tiga hari tempat kita aman.”
“Memangnya kau berharap kita diserang?” Die sewot.
“Bukan itu, Jenderal. Tapi apa kau berpikir kenapa makhluk-makhluk itu tidak muncul lagi?”
“Mungkin mereka sudah binasa semua.”
“Lalu bagaimana dengan Camui?”
 
Die membisu, ingatannya sekejap membawanya ke kejadian beberapa malam silam. Dimana Die mampu mengalahkannya setelah dari dalam tubuhnya keluar cahaya yang sangat terang hingga mampu melelehkan vampire itu. Namun, sejak malam itu Die banyak bungkam. Ia tak banyak bicara kepada siapapun termasuk Kaoru. Tetapi Pangeran Hyde sepertinya menyadari sesuatu.
 
 
Saat Die memutuskan untuk mencari kuda, diam-diam Pangeran Hyde membuntutinya. Tetapi Die tahu dan menyuruhnya untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
 
“Jangan membuntutiku, aku tidak suka penguntit!” Katanya tanpa berbasa-basi.
 
Pangeran Hyde yang sudah diketahui keberadaan akhirnya keluar dari persembunyiannya. Dia berjalan mendekat, tetapi tak cukup dekat dengan posisi Die berdiri. Ia tetap menjaga jarak.
 
“Ada apa?” Die berbalik.
“Aku mau tahu, apakah kau yang membuat makhluk-makhluk itu menjadi takut?”
“Apa maksudmu?”
“Siluman-siluman itu, juga Camui.”
 
Die memasang wajah yang datar. Pangeran Hyde kembali bicara.
 
“Camui, vampire itu katanya sudah hidup ribuan tahun. Dia berpindah-pindah tempat dan sudah menempati hutan ini hampir 200 tahun lamanya. Selama ini tak ada siapapun yang mampu membuatnya menjadi seperti itu. Selama ini belum pernah kudengar bahwa ada makhluk yang mampu mengalahkan vampire selain matahari.”
“Kenapa kau bicara begitu?”
 
Mulanya Pangeran Hyde hanya menatapnya saja, tetapi kemudian dia mengeluarkan lengannya yang tertutupi oleh baju.
 
“Kulitku juga terkena, hampir hangus.” Ujarnya kemudian menutupnya lagi. “Tapi ini tidak parah dan tidak terlalu sakit karena dia pulih dengan sendirinya. Tetapi saat tubuhmu mengeluarkan sinar terang itu, aku juga sempat merasakan perasaan bahwa aku akan mati.”
 
Die masih tidak menjawab.
 
“Mungkin karena aku juga sekarang bukan manusia asli, melainkan sudah menjadi setengah vampire. Setengah iblis.”
“Aku tetap tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan.”
“Aku hanya ingin tahu. Kau ini sebetulnya siapa?”
 
Die berjalan mendekatinya, Hyde mundur selangkah. Namun matanya melihat Die mengeluarkan sesuatu dari balik baju zirahnya yang tebal. Dia mengeluarkan sebuah mata kalung dengan liontin dengan mata berwarna hijau kebiruan yang sangat indah. Belum pernah Hyde lihat batu permata seindah itu.
 
“Ini jimat.” Jawabnya. “Bukan aku yang mengeluarkan sinar itu, tapi benda ini.”
 
Hyde melihat kepada Die dengan wajah yang seolah tidak percaya.
 
“Orangtuaku yang memberikannya padaku sewaktu aku masih bayi. Semua kakak-kakakku juga memilikinya. Jadi jangan salah paham, bukan aku yang bersinar melainkan benda ini.”
“Batu apa itu?”
“Aku tidak tahu. Aku hanya diminta untuk selalu memakainya. Dan karena semua kakak-kakakku memakainya, aku terus mengenakannya. Dan akan aku pakai sampai aku mati.” Jawab Die. Alasan lain mengapa dia begitu ngotot adalah kalung itu pemberian kedua orangtuanya yang kini membantu menunggunya untuk dihidupkan kembali. Tiba-tiba Die merasa kesal sendiri. “Aku sendiri yang akan membunuh Ursula dengan kedua tanganku.” Sumpahnya.
 
 
*****
 
 
Shinya tercenung ketika membereskan peralatan obatnya dan hampir saja melonjak karena Kyo muncul di hadapannya.
 
“Kyo-nii…”
 
Kyo memandangnya dengan mata yang tajam.
 
“Ikut aku, aku mau bicara.”
 
Tak jauh dari gua tempat mereka beristirahat, Kaoru melihat sosok Shinya dan Kyo berjalan ke dalam hutan.
 
“Mau ke mana mereka?” pikirnya.
 
Shinya berhenti setelah Kyo berhenti tak jauh di depannya. Wajah Kyo yang kelihatan sangar sekarang semakin sadis saat melihatnya. Shinya yang tidak mengerti apapun jadi bingung sendiri.
 
“Ada apa, Kyo-nii?” tanya Shinya; polos.
“Shin, aku tak suka dengan keteledoranmu tadi pagi.”
 
Deg!
Shinya tercenung. Kaget.
 
“Aku minta kau mawas diri. Jauhi pemuda itu. Kau harus sadar posisimu sekarang siapa? Kau punya peran penting di sini dan aku tidak mau kau jatuh lebih dulu dalam bujuk rayu bangsa manusia.”
 
Shinya menundukkan kepalanya dalam-dalam.
 
“Kenapa kita mengambil jalan ini? Kau sendiri yang sudah tahu akan jadi seperti ini, bukan? Kita memang akan membantu membinasakan para penyihir hitam itu sebelum kegelapan itu datang. Kau ingat itu, Shin?”
 
Shinya mengangguk.
 
“Aku bukan tak suka kau mendapatkan teman. Tapi aku pikir ini terlalu cepat kalau kau sampai terlalu percaya pada orang-orang itu.” Kyo berjalan mendekatinya, “terutama pemuda bernama Die itu.”
 
Shinya membisu.
 
 
*****
 
 
Shinya kembali ke gua sementara Kyo berkeliaran. Ketika ia sampai, Kaoru menyambutnya dengan pertanyaan yang membuatnya tersadar.
 
“Kalian bertengkar? Ada masalah?” tanyanya.
 
Shinya menggeleng sambil mengumbar senyum canggung. Kaoru sedikit mengerti jika Shinya tidak bisa memberitahukannya.
 
“Tidak apa-apa. Tapi kalau kau mau cerita, cerita saja padaku atau pada teman-teman yang lain yang lebih kau percaya.”
“Bukan begitu,”
“Hm?”
 
Tubuh Shinya seperti layu, wajahnya kelihatan muram. Shinya merasa serba salah. Di satu sisi ia setuju dengan Kyo untuk misi utamanya mengawal mereka semua. Namun di sisi lain, Shinya sudah mulai mempercayai mereka semua. Tiba-tiba Kaoru merangkulnya dengan senyum lebar.
 
“Kau tak perlu takut. Kami tidak akan memaksamu dan berpikir bahwa kau menyembunyikan sesuatu dari kami. Benar kan, Haku?” liriknya pada Hakuei yang tersenyum kecil.
“Benar. Benar. Kau tidak perlu bingung, Shinya.”
“Kami tahu posisimu yang mungkin masih belum saatnya berbagi dengan kami.”
 
Shinya tersenyum lega. “Terima kasih, Kaoru… Hakuei…”
 
Ketiga orang itu tersenyum. Shinya merasa benar-benar memiliki teman sekarang. Tetapi senyuman itu tidak nampak pada seorang pendatang baru yang melihat sebuah ketidaksukaan saat ia melihat Shinya bersama orang lain.
 
“Kau kenapa?” tanya Hyde.
 
Die meliriknya dengan dingin. Hyde bergidik ngeri. Tanpa bicara, Die memutar balik badannya dan kembali ke hutan. Hyde hanya bisa memperhatikannya dengan raut yang bingung. Saat ia melihat ke arah gua, Shinya dan kedua teman-temannya sedang tertawa senang. Hyde sepertinya bisa menebak mengapa air muka Die berubah secepat itu.
 
“Ini menarik.”
 
 
*****
 
 
“Kita akan berangkat besok pagi-pagi sekali. Aku harap semuanya sudah disiapkan. Karena aku tidak menemukan kuda jadi kita akan menempuh perjalanan dengan berjalan kaki.”
 
Keputusan Die sore itu menutup kebimbangan mengenai perjalanan mereka. Sudah diputuskan mereka akan mulai melaksanakan perjalanan besok pagi.
 
“Kau baik-baik saja kan?”
“Tenang saja, Jenderal, aku sudah bisa berjalan.” Jawab Hakuei.
 
Die mengangguk dengan senyum tipis. Matanya menyisir satu per satu orang di dalam gua itu. Dimulai dari Kaoru yang kelihatannya berminat untuk mulai istirahat, srigala pemalas yang kerjanya hanya berbaring saja, vampire jadi-jadian yang entah mengapa akan menjadi penghalang perjalanan mereka dan penyihir Shinya, ah… Die membuang muka saat Shinya menatapnya balik.
 
 
Malam sebelum perjalanan dimulai, mereka semua nampak menikmati sisa makanan yang masih tersisa. Hanya Die yang sepertinya tidak betah berlama-lama untuk tetap bersantai di dalam gua. Jenderal muda itu bersiap-siap dengan panah dan pedangnya.
 
“Kau mau kemana?” tanya Kaoru penasaran melihatnya begitu siap.
“Berburu makanan.”
“Aku ikut.”
“Kalau begitu bersiaplah.”
 
Namun baru saja Die berkata begitu, jalannya seperti terhuyung.
 
“Kau baik-baik saja?”
“Ya, ya aku baik.”
“Mukamu pucat sekali. Kau sakit?”
“Aku tidak apa-apa. Badanku lelah karena tidak pernah bertarung.” Kilahnya.
 
Kaoru menghela kecil saat Die beranjak keluar, saat itulah dia berpapasan dengan Shinya yang baru saja mengumpulkan kayu-kayu kecil untuk pembakaran. Die malas menatapnya. Namun Shinya melihatnya dengan wajah minat.
 
“Kau sakit.”
“Tidak.”
“Wajahmu pucat.”
“Wajah pucat bukan berarti sakit. Kau bawel sekali.” Katanya, ketus.
 
Ia lalu meninggalkan Shinya yang bermuka bingung. Kemudian Kaoru muncul.
 
“Kau tenang saja, aku bersamanya.” Ujarnya.
“Kalian mau kemana?”
“Persediaan makanan habis, untuk perjalanan nanti kami harus mencari bahan makanan.”
“Semalam ini?” Shinya kuatir.
“Tidak apa-apa.”
 
Kaoru melewatinya juga. Shinya memandangi kepergian mereka pasrah. Kyo menatapnya dengan mata sengit.
 
 
*****
 
 
“Kita mau mencari apa?” tanya Kaoru yang tidak melihat satupun binatang hidup.
“Mencari hewan sudah pasti mustahil. Cari buah atau umbi-umbian saja. Kemarin aku sempat melihat beberapa pohon berbuah di sekitar sini.”
“Baiklah.”
 
Die berjalan lebih cepat, Kaoru masih memperhatikan sekitarnya. Matanya menangkap sebuah pohon mangga besar yang buahnya nampak menggiurkan.
 
“Aku menemukan satu!” serunya.
“Bagus! Aku akan cek ke sebelah sana.” Tukas Die berjalan lebih dalam.
 
Sebenarnya, Die berjalan ke dalam hutan bukan untuk mencari makanan melainkan untuk melihat sesuatu yang ia curigai sejak tadi. Die merasa bahwa dirinya sedang diawasi, dan jika Die tidak salah menduga orang itu pasti…
 
“Akh!!”
 
Shinya terjatuh ke tanah. Dengan cepat Die menarik tangannya.
 
“Kenapa kau tidak tunggu saja di gua?! Di sini berbahaya!”
“Kau tahu bahwa tempat ini berbahaya kenapa masih berkeliaran?”
“Kau ini…” Die menggeleng. “Ini keadaan darurat.”
“Kau bisa menunda perjalanan kita besoknya lagi, setelah siang hari kau mencari bekal perjalanan. Bukan pada malam hari. Mungkin sekarang makhluk-makhluk itu tidak muncul kemarin, tapi hari ini…”
“Kau bisa meramal kan?” Die mengalihkan pembicaraan. Shinya terdiam, “Lalu kau tahu kira-kira apa yang akan terjadi setelah ini?”
 
Shinya membisu. Die menariknya ke semak belukar dan menjatuhkannya ke tanah. Shinya terkejut sekali. Belum sempat dia menyadari apa yang sedang terjadi, Die merayap naik ke atasnya dan menahan tubuhnya tetap berada di atas tanah. Mata Shinya membulat, bibirnya terkatup kuat-kuat.
 
“Kau tahu apa yang terjadi lima menit setelah ini? Masa depan. Kau bisa meramalkannya, bukan?” Die menatapnya lekat, Shinya kelihatan gugup sekali. “Ini…!”
“Hnn!!”
 
Mata Shinya semakin membelalak saat bibir Die menekan bibirnya kuat. Shinya tetap mengatupkan bibirnya saat pria itu memaksa masuk dan mengisap bibirnya secara brutal.
 
“Nnhh!!” Shinya berusaha menghindar, tetapi kepalanya dipegangi. Kedua tangannya berusaha mendorong pria ini namun sia-sia.
 
Shinya benci!
Maka tanpa sepengetahuan Die, Shinya mengejutkannya dengan sihirnya sehingga pemuda itu terpental dari tubuhnya.
 
Brukk!!
 
Shinya segera bangkit dari tanah dan menatap tubuh Die yang tersungkur. Pemuda berparas cantik itu segera bangun dan berlari dari sana. Meninggalkan Die yang melihatnya dengan senyum sinis. Tetapi senyuman itu kandas dengan cepat. Die bangkit dari tanah dan berniat untuk kembali mencari makanan, di saat yang sama terdengar suara teriakan Kaoru yang semakin lama semakin jelas terdengar.
 
“..ya!! bahaya!!!”
 
Die terdiam di sana saat bunyi keras itu terdengar semakin lama semakin dekat. Ia melihat ke atas, dimana pohon-pohon di sebrangnya sepertinya bergoyang, disusul oleh bunyi jatuh dan ambruk. Kepulan debu terbang ke udara dan sekilat kemudian ia melihat sosok Kaoru berlari cepat ke arahnya. Mata Die membelalak saat melihat di belakangnya ada sesosok monster besar yang mengejarnya.
 
“Kaoru!!”
 
“Jenderal Die!!”
 
Die segera berlari menyongsongnya sambil mengeluarkan pedang miliknya. Kaoru berlari menghindar saat Die mengayunkan pedangnya menebas monster raksasa di hadapan mereka. Tetapi tebasannya tidak terlalu berarti untuk monster yang menyerupai ogre tersebut.
 
“Bagaimana ada ogre di sini!” teriak Die di sisi lain.
“Aku tidak tahu!! Saat aku mencari makanan mereka muncul!!”
“Mereka?” Die mendelik. “Maksudmu mereka ada lebih dari satu!?”
“TIGA!”
 
 
*****
 
 
Gusrakk!!
 
 
Hakuei merosot dan jatuh ke bawah dari tumpukan tanah di atas gua. Pemuda yang masih belum sembuh dari lukanya itu harus berjuang melawan ogre yang tiba-tiba muncul secara mengejutkan. Tiba-tiba saja mereka muncul dan menggetar gua tempat mereka beristirahat. Mereka panik yang panik langsung kabur begitu melihat adanya raksasa mengerikan yang menginjak-injak gua mereka.
 
“Awas!!”
 
Kyo melompat dan berusaha menggigitnya, tetapi ia dilempar balik hingga menabrak batang kayu.
 
“Kyo!!” Hakuei membantu srigala berbulu perak itu.
 
“Bagaimana bisa ada ogre di sini?!” Hyde muncul dan mencoba mengalihkan perhatiannya.
“Harus kujawab apa?!” Hakuei menjawab asal.
“Bodoh!”
 
Hyde melompat ke sana kemari untuk mengalihkan perhatiannya. Tadinya sang ogre kebingungan dengan gerakan Hyde yang begitu gesit hingga ogre bertampang seperti manusia itu menggelengkan kepalanya bingung. Ogre yang mulai kesal itu kemudian mengayunkan senjatanya hingga menabrak tiga sampai empat pohon sekaligus. Hyde terkejut saat ia hampir saja terkena.
 
“Awas!!”
 
 
Di lain situasi, Shinya berlari-lari karena salah satu dari ogre itu mengejarnya. Ia bertemu dengan raksasa itu saat ia hendak kembali ke gua. Ternyata ramalannya mengenai kejadian buruk yang akan terjadi malam ini terbukti sudah. Tadinya Shinya hendak memberitahu Die dan Kaoru tentang ramalannya, tetapi nasib memperlakukannya buruk. Dan kini Shinyapun mau tak mau terkena getahnya.
 
Ogre yang mengejar Shinya saat itu memiliki senjata seperti pemukul besar yang terbuat dari kayu super besar. Ia mengayunkannya dan merobohkan pohon-pohon di sekitarnya. Shinya terus saja menghindar, tetapi kemudian ia terpeleset dan jatuh, saat sebuah pohon besar tumbang dan hampir mengenainya.
 
“Hyaaaa!!”
 
Pohon itu jatuh tepat di sampingnya. Shinya yang masih kaget, berusaha bangkit kembali, namun ia tertahan karena pakaiannya menyangkut dan tergencet batang kayu. Ia menarik paksa bajunya yang tersangkut pada batang kayu pohon tersebut. Sementara ogre itu melihatnya dengan minat, ia ingin menangkap Shinya dan memakannya. Shinya masih berusaha melepaskan diri dan berhasil merobek hampir seluruh pakaiannya untuk dapat lepas dari sana sesaat sebelum tangan ogre raksasa itu berhasil mendapatkannya. Shinya berlari menghindar dan melafalkan sebuah mantra dan berlari menuju anak sungai.
 
Tidak berhasil mendapatkan Shinya, ogre itu menjerit marah dan mulai mengejar Shinya brutal. Dia terus-menerus mengayunkan tongkat besarnya untuk mengenai Shinya yang berlari di bawahnya. Kakinya yang besar mencoba menginjaknya. Tetapi Shinya berhasil berkali-kali menghindar berlari ke sana dan kemari. Hingga kemudian dia terpojok. Di depannya hanya ada sungai besar membentang, di bawahnya jurang dalam dengan air terjun.
 
“!!!”
 
Kakinya berhenti tepat sebelum ia melangkah ke jurang. Kerikil dan batu-batu kecil yang ia pijak beberapa jatuh dan membuatnya bergidik. Tapi ogre itu semakin dekat!
 
 
Die dan Kaoru berlari silang untuk mengecoh ogre bermata tiga itu. Dentuman dari hantaman kayu pemukulnya membuat pohon-pohon di sana banyak yang roboh.
 
“Kita harus melakukan sesuatu!!” Kaoru berkata.
“Matanya!” Die menjawab. “Kita harus butakan matanya!”
“Caranya?”
 
Die berpikir keras, lalu menoleh ke atas pohon besar.
 
“Panjat pohon!!”
 
 
Ogre itu terdiam sambil mengendus-enduskan hidungnya di sekitarnya. Hakuei, Kyo dan Hyde sedang bersembunyi dari monster mengerikan itu. Dengan Hakuei yang tidak sehat, Kyo yang bertubuh hewan, dan Hyde yang hanya setengah vampire membuat mereka semua tak memiliki tenaga untuk mampu mengalahkan ogre ini. Yang dapat mereka lakukan adalah bersembunyi sementara ketiganya merencanakan sesuatu untuk dapat menjebak sang ogre.
 
“… tak jauh dari sini ada sebuah jurang sempit. Jika kita mampu mengecohnya dan membuat ogre itu mengejar kita sampai ke jurang itu, kita jatuhkan dia di sana.” Ujar Hyde.
“Itu bagus.”
“Masalahnya siapa yang akan menjadi umpan?” Kyo bertanya.
 
Mereka bertiga saling menatap satu sama lain. Hakueipun menunjuk Kyo, namun Kyo berkilah.
 
“Dia tak suka daging srigala.”
 
Kemudian, Hakuei menatap Hyde.
 
“Dagingku sudah busuk, aku kan setengah vampire.”
 
Lalu Hakuei menunjuk dirinya sendiri dengan wajah tak rela, yang langsung disambut anggukan dari keduanya.
 
 
Ogre itu mengayunkan senjatanya dan hampir mengenai Shinya.
 
“Hyaaa!!”
 
Pukulan keras itu meretakan tanah di sisi sungai hingga membuat airnya berhamburan. Shinya segera bangkit dari sana, dan melompat ke arah jurang. Ogre itu melihatnya dan mencoba menangkap tubuh Shinya yang meluncur dengan tangan kosong. Tetapi ogre itu tak mendapatkannya karena Shinya meluncur dengan cepat dan jatuh ke dalam sungai. Ogre itu mengambil pemukulnya dan melemparkannya ke arah sungai tepat dimana Shinya jatuh.
 
Boom!!
 
Ogre itu meremat batang pohon di sampingnya, kemudian berbalik pergi. Tetapi ia tak menyadari dari dalam sungai sebuah cahaya menyilaukan muncul dan kemudian pemukul dari sang ogre melayang dan berbalik menyerang pemiliknya.
 
JEDUK!
 
“Graaaaooowww!!”
 
Ogre itu marah dengan rasa sakit di kepalanya, ia melihat pemukulnya tergeletak di tanah. Kemudian perhatiannya teralih dengan cahaya yang berpendar di bawah jurang. Ogre itupun mendekati jurang dan melihat cahaya menyilaukan di sana. Ia bingung. Sekejap kemudian muncul seekor naga besar yang melesat ke langit gelap, ogre itu mendongak dan melihat naga yang terbuat dari air itu berbelok dan meluncur balik ke bumi dengan kecepatan tinggi.
 
Duuaaasshh!!
 
Naga air itu menabrak sang ogre hingga ia terjatuh dihantam naga air yang langsung mencair kembali setelah bertabrakan dengannya. Ogre itu pun pingsan dengan memar besar melukai wajahnya.
 
Bruk!
 
Di bawah sana, Shinya berdiri di tengah-tengah sungai dengan air yang sudah menipis di bawah kakinya. Tubuhnya basah dan matanya menatap ke atas jurang. Nafasnya tersengal karena kelelahan. Tetapi Shinya tak mau berlama-lama di sana, ia segera pergi dari sungai itu. Namun ia tak sadar seseorang mengawasinya dan menyerangnya secara tiba-tiba.
 
Craaash!!
 
Sesuatu mengenainya. Yang Shinya rasakan saat itu adalah ketika ia ditabrak sesuatu yang tak kasat mata dari sisi kanannya hingga tubuhnya terangkat dari tanah dan terpental menabrak dinding tanah di sisi kirinya.
 
Jduk!!
 
“Ukh!”
 
Gabruk!!
 
Shinya jatuh berguling dan kemudian terkapar tak sadarkan diri.
 
Dari balik kegelapan di sisi sungai, seseorang berpakaian serba hitam muncul.
 
 
GABRUK!!
 
Ogre besar itu jatuh dan mati, setelah Die dan Kaoru menusuk ketiga matanya secara bersamaan. Tadi ogre itu bergerak sembarangan dan akhirnya ia jatuh dengan kepalanya menghantam bebatuan besar yang akhirnya membunuhnya. Die berdiri di atas mayat ogre itu untuk melihatnya dari dekat. Ia masih penasaran dengan kemunculan ogre ini.
 
“Apa mungkin si vampire itu juga memelihara ogre ini setelah tahu bahwa kita bisa membunuh binatang-binatang penghisap darahnya?” ujar Kaoru.
 
Tapi Die hanya diam saja, sampai kemudian dia menyadari sesuatu di bawah kakinya. Ia melihat sebuah simbol pentagram yang sepertinya ia kenali.
 
“Sialan!” pekiknya. “Ini bukan ulah Camui!!”
 
Die segera melompat dari atas ogre tersebut, sesaat kemudian ogre itu berubah menjadi abu hitam di tanah.
 
“Ini ulah penyihir hitam!”
 
 
*****
 
 
Die dan Kaoru bertemu dengan Hakuei serta teman-teman lainnya. Dengan wajah panik mereka menceritakan mengenai ogre yang barusan mereka kalahkan. Mereka sama sekali tidak mengetahui bagaimana bisa ogre-ogre itu muncul.
 
“Lalu ogre itu lenyap begitu saja.” Ujar Hakuei.
“Tapi kalian semua baik-baik saja kan?” tanya Kaoru perhatian.
“Iya, Pangeran. Kau tenang saja.”
 
Namun ada satu orang yang sepertinya gusar sekali di antara mereka.
 
“MANA SHINYA?!” kata Jenderal Die.
 
 
 
 
 
Continue…

3 komentar:

  1. ihh eyang daidai makin porno, LOL *dijitak

    Baca part ini berasa lagi nonto anim shingeki no kyojin pah o(>.<)o
    banyak raksasa pemakan manusia, hiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. orang2 pada ngomongin anime ini shingeki no kyojin kayaknya seru amat. Seru ya?

      Hapus
    2. seru pah, lumayan bikin mabok ngliatin kyojin ngunyahin badan orang, darah & potongan tubuh dimana2 gitu~
      diceritainnya manusia udah mau punah makanya mereka idup ngelawan kyojin2 pemangsa manusia itu, animnya emang lg tenar banget di jepang :3

      Hapus