Title : EXODUS
Author : Duele
Finishing
: April 2013
Genre : Fantasy
Rating : PG15
Chapter(s) : 13/on
going
Fandom(s) : Dir
en Grey
Pairing(s) :
DiexShinya
Note Author :
Thanks for keep reading this story J
*****
Die sedang membereskan
barang-barang mereka ke dalam tas yang mereka bawa. Sepertinya ia sudah bersiap-siap
untuk melanjutkan perjalanan. Saat itu Kaoru datang.
“Apa kita akan segera pergi dari
sini?”
“Iya.” Kata Die menyudahi
pekerjaannya. “Kita sudah tertahan tiga hari di sini. Kita sudah kehilangan
banyak waktu.”
“Tapi bagaimana dengan Hakuei? Dia
kan baru sembuh?”
Mereka berdua menoleh ke arah
Hakuei yang sedang diobati lukanya.
“Aku akan mencari kuda.” Katanya.
“Di sini?” Kaoru mengernyitkan
kedua alisnya. “Mana ada kuda di hutan ini? Makhluk-mahkluk itu pasti sudah
membinasakan semua makhluk hidup yang berdarah di tempat ini untuk santapan
mereka.”
“Aku tidak peduli. Yang penting aku
harus menemukan sesuatu dulu.”
“Jangan gegabah.”
Die terdiam, tiba-tiba Kaoru
teringat sesuatu.
“Ini agak sedikit aneh.” ujarnya.
“Maksudmu?”
“Bukankah makhluk-makhluk itu bisa
mencium darah? Hakuei terluka, tapi sudah tiga hari tempat kita aman.”
“Memangnya kau berharap kita
diserang?” Die sewot.
“Bukan itu, Jenderal. Tapi apa kau
berpikir kenapa makhluk-makhluk itu tidak muncul lagi?”
“Mungkin mereka sudah binasa semua.”
“Lalu bagaimana dengan Camui?”
Die membisu, ingatannya sekejap
membawanya ke kejadian beberapa malam silam. Dimana Die mampu mengalahkannya
setelah dari dalam tubuhnya keluar cahaya yang sangat terang hingga mampu
melelehkan vampire itu. Namun, sejak malam itu Die banyak bungkam. Ia tak
banyak bicara kepada siapapun termasuk Kaoru. Tetapi Pangeran Hyde sepertinya
menyadari sesuatu.
Saat Die memutuskan untuk mencari
kuda, diam-diam Pangeran Hyde membuntutinya. Tetapi Die tahu dan menyuruhnya
untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
“Jangan membuntutiku, aku tidak
suka penguntit!” Katanya tanpa berbasa-basi.
Pangeran Hyde yang sudah diketahui
keberadaan akhirnya keluar dari persembunyiannya. Dia berjalan mendekat, tetapi
tak cukup dekat dengan posisi Die berdiri. Ia tetap menjaga jarak.
“Ada apa?” Die berbalik.
“Aku mau tahu, apakah kau yang
membuat makhluk-makhluk itu menjadi takut?”
“Apa maksudmu?”
“Siluman-siluman itu, juga Camui.”
Die memasang wajah yang datar.
Pangeran Hyde kembali bicara.
“Camui, vampire itu katanya sudah
hidup ribuan tahun. Dia berpindah-pindah tempat dan sudah menempati hutan ini
hampir 200 tahun lamanya. Selama ini tak ada siapapun yang mampu membuatnya
menjadi seperti itu. Selama ini belum pernah kudengar bahwa ada makhluk yang
mampu mengalahkan vampire selain matahari.”
“Kenapa kau bicara begitu?”
Mulanya Pangeran Hyde hanya
menatapnya saja, tetapi kemudian dia mengeluarkan lengannya yang tertutupi oleh
baju.
“Kulitku juga terkena, hampir
hangus.” Ujarnya kemudian menutupnya lagi. “Tapi ini tidak parah dan tidak
terlalu sakit karena dia pulih dengan sendirinya. Tetapi saat tubuhmu
mengeluarkan sinar terang itu, aku juga sempat merasakan perasaan bahwa aku
akan mati.”
Die masih tidak menjawab.
“Mungkin karena aku juga sekarang
bukan manusia asli, melainkan sudah menjadi setengah vampire. Setengah iblis.”
“Aku tetap tidak mengerti dengan
apa yang kau bicarakan.”
“Aku hanya ingin tahu. Kau ini sebetulnya
siapa?”
Die berjalan mendekatinya, Hyde
mundur selangkah. Namun matanya melihat Die mengeluarkan sesuatu dari balik
baju zirahnya yang tebal. Dia mengeluarkan sebuah mata kalung dengan liontin
dengan mata berwarna hijau kebiruan yang sangat indah. Belum pernah Hyde lihat
batu permata seindah itu.
“Ini jimat.” Jawabnya. “Bukan aku
yang mengeluarkan sinar itu, tapi benda ini.”
Hyde melihat kepada Die dengan
wajah yang seolah tidak percaya.
“Orangtuaku yang memberikannya
padaku sewaktu aku masih bayi. Semua kakak-kakakku juga memilikinya. Jadi
jangan salah paham, bukan aku yang bersinar melainkan benda ini.”
“Batu apa itu?”
“Aku tidak tahu. Aku hanya diminta
untuk selalu memakainya. Dan karena semua kakak-kakakku memakainya, aku terus
mengenakannya. Dan akan aku pakai sampai aku mati.” Jawab Die. Alasan lain
mengapa dia begitu ngotot adalah kalung itu pemberian kedua orangtuanya yang
kini membantu menunggunya untuk dihidupkan kembali. Tiba-tiba Die merasa kesal
sendiri. “Aku sendiri yang akan membunuh Ursula dengan kedua tanganku.”
Sumpahnya.
*****
Shinya tercenung ketika membereskan
peralatan obatnya dan hampir saja melonjak karena Kyo muncul di hadapannya.
“Kyo-nii…”
Kyo memandangnya dengan mata yang
tajam.
“Ikut aku, aku mau bicara.”
Tak jauh dari gua tempat mereka
beristirahat, Kaoru melihat sosok Shinya dan Kyo berjalan ke dalam hutan.
“Mau ke mana mereka?” pikirnya.
Shinya berhenti setelah Kyo
berhenti tak jauh di depannya. Wajah Kyo yang kelihatan sangar sekarang semakin
sadis saat melihatnya. Shinya yang tidak mengerti apapun jadi bingung sendiri.
“Ada apa, Kyo-nii?” tanya Shinya;
polos.
“Shin, aku tak suka dengan
keteledoranmu tadi pagi.”
Deg!
Shinya tercenung. Kaget.
“Aku minta kau mawas diri. Jauhi
pemuda itu. Kau harus sadar posisimu sekarang siapa? Kau punya peran penting di
sini dan aku tidak mau kau jatuh lebih dulu dalam bujuk rayu bangsa manusia.”
Shinya menundukkan kepalanya
dalam-dalam.
“Kenapa kita mengambil jalan ini?
Kau sendiri yang sudah tahu akan jadi seperti ini, bukan? Kita memang akan
membantu membinasakan para penyihir hitam itu sebelum kegelapan itu datang. Kau
ingat itu, Shin?”
Shinya mengangguk.
“Aku bukan tak suka kau mendapatkan
teman. Tapi aku pikir ini terlalu cepat kalau kau sampai terlalu percaya pada
orang-orang itu.” Kyo berjalan mendekatinya, “terutama pemuda bernama Die itu.”
Shinya membisu.
*****
Shinya kembali ke gua sementara Kyo
berkeliaran. Ketika ia sampai, Kaoru menyambutnya dengan pertanyaan yang
membuatnya tersadar.
“Kalian bertengkar? Ada masalah?”
tanyanya.
Shinya menggeleng sambil mengumbar
senyum canggung. Kaoru sedikit mengerti jika Shinya tidak bisa
memberitahukannya.
“Tidak apa-apa. Tapi kalau kau mau
cerita, cerita saja padaku atau pada teman-teman yang lain yang lebih kau
percaya.”
“Bukan begitu,”
“Hm?”
Tubuh Shinya seperti layu, wajahnya
kelihatan muram. Shinya merasa serba salah. Di satu sisi ia setuju dengan Kyo
untuk misi utamanya mengawal mereka semua. Namun di sisi lain, Shinya sudah
mulai mempercayai mereka semua. Tiba-tiba Kaoru merangkulnya dengan senyum
lebar.
“Kau tak perlu takut. Kami tidak
akan memaksamu dan berpikir bahwa kau menyembunyikan sesuatu dari kami. Benar
kan, Haku?” liriknya pada Hakuei yang tersenyum kecil.
“Benar. Benar. Kau tidak perlu
bingung, Shinya.”
“Kami tahu posisimu yang mungkin
masih belum saatnya berbagi dengan kami.”
Shinya tersenyum lega. “Terima
kasih, Kaoru… Hakuei…”
Ketiga orang itu tersenyum. Shinya
merasa benar-benar memiliki teman sekarang. Tetapi senyuman itu tidak nampak
pada seorang pendatang baru yang melihat sebuah ketidaksukaan saat ia melihat
Shinya bersama orang lain.
“Kau kenapa?” tanya Hyde.
Die meliriknya dengan dingin. Hyde
bergidik ngeri. Tanpa bicara, Die memutar balik badannya dan kembali ke hutan.
Hyde hanya bisa memperhatikannya dengan raut yang bingung. Saat ia melihat ke
arah gua, Shinya dan kedua teman-temannya sedang tertawa senang. Hyde
sepertinya bisa menebak mengapa air muka Die berubah secepat itu.
“Ini menarik.”
*****
“Kita akan berangkat besok
pagi-pagi sekali. Aku harap semuanya sudah disiapkan. Karena aku tidak menemukan
kuda jadi kita akan menempuh perjalanan dengan berjalan kaki.”
Keputusan Die sore itu menutup
kebimbangan mengenai perjalanan mereka. Sudah diputuskan mereka akan mulai
melaksanakan perjalanan besok pagi.
“Kau baik-baik saja kan?”
“Tenang saja, Jenderal, aku sudah
bisa berjalan.” Jawab Hakuei.
Die mengangguk dengan senyum tipis.
Matanya menyisir satu per satu orang di dalam gua itu. Dimulai dari Kaoru yang
kelihatannya berminat untuk mulai istirahat, srigala pemalas yang kerjanya
hanya berbaring saja, vampire jadi-jadian yang entah mengapa akan menjadi
penghalang perjalanan mereka dan penyihir Shinya, ah… Die membuang muka saat
Shinya menatapnya balik.
Malam sebelum perjalanan dimulai, mereka
semua nampak menikmati sisa makanan yang masih tersisa. Hanya Die yang
sepertinya tidak betah berlama-lama untuk tetap bersantai di dalam gua.
Jenderal muda itu bersiap-siap dengan panah dan pedangnya.
“Kau mau kemana?” tanya Kaoru
penasaran melihatnya begitu siap.
“Berburu makanan.”
“Aku ikut.”
“Kalau begitu bersiaplah.”
Namun baru saja Die berkata begitu,
jalannya seperti terhuyung.
“Kau baik-baik saja?”
“Ya, ya aku baik.”
“Mukamu pucat sekali. Kau sakit?”
“Aku tidak apa-apa. Badanku lelah
karena tidak pernah bertarung.” Kilahnya.
Kaoru menghela kecil saat Die
beranjak keluar, saat itulah dia berpapasan dengan Shinya yang baru saja
mengumpulkan kayu-kayu kecil untuk pembakaran. Die malas menatapnya. Namun
Shinya melihatnya dengan wajah minat.
“Kau sakit.”
“Tidak.”
“Wajahmu pucat.”
“Wajah pucat bukan berarti sakit.
Kau bawel sekali.” Katanya, ketus.
Ia lalu meninggalkan Shinya yang bermuka
bingung. Kemudian Kaoru muncul.
“Kau tenang saja, aku bersamanya.”
Ujarnya.
“Kalian mau kemana?”
“Persediaan makanan habis, untuk
perjalanan nanti kami harus mencari bahan makanan.”
“Semalam ini?” Shinya kuatir.
“Tidak apa-apa.”
Kaoru melewatinya juga. Shinya
memandangi kepergian mereka pasrah. Kyo menatapnya dengan mata sengit.
*****
“Kita mau mencari apa?” tanya Kaoru
yang tidak melihat satupun binatang hidup.
“Mencari hewan sudah pasti mustahil.
Cari buah atau umbi-umbian saja. Kemarin aku sempat melihat beberapa pohon
berbuah di sekitar sini.”
“Baiklah.”
Die berjalan lebih cepat, Kaoru
masih memperhatikan sekitarnya. Matanya menangkap sebuah pohon mangga besar
yang buahnya nampak menggiurkan.
“Aku menemukan satu!” serunya.
“Bagus! Aku akan cek ke sebelah
sana.” Tukas Die berjalan lebih dalam.
Sebenarnya, Die berjalan ke dalam
hutan bukan untuk mencari makanan melainkan untuk melihat sesuatu yang ia
curigai sejak tadi. Die merasa bahwa dirinya sedang diawasi, dan jika Die tidak
salah menduga orang itu pasti…
“Akh!!”
Shinya terjatuh ke tanah. Dengan
cepat Die menarik tangannya.
“Kenapa kau tidak tunggu saja di
gua?! Di sini berbahaya!”
“Kau tahu bahwa tempat ini
berbahaya kenapa masih berkeliaran?”
“Kau ini…” Die menggeleng. “Ini
keadaan darurat.”
“Kau bisa menunda perjalanan kita
besoknya lagi, setelah siang hari kau mencari bekal perjalanan. Bukan pada
malam hari. Mungkin sekarang makhluk-makhluk itu tidak muncul kemarin, tapi
hari ini…”
“Kau bisa meramal kan?” Die
mengalihkan pembicaraan. Shinya terdiam, “Lalu kau tahu kira-kira apa yang akan
terjadi setelah ini?”
Shinya membisu. Die menariknya ke
semak belukar dan menjatuhkannya ke tanah. Shinya terkejut sekali. Belum sempat
dia menyadari apa yang sedang terjadi, Die merayap naik ke atasnya dan menahan
tubuhnya tetap berada di atas tanah. Mata Shinya membulat, bibirnya terkatup
kuat-kuat.
“Kau tahu apa yang terjadi lima
menit setelah ini? Masa depan. Kau bisa meramalkannya, bukan?” Die menatapnya
lekat, Shinya kelihatan gugup sekali. “Ini…!”
“Hnn!!”
Mata Shinya semakin membelalak saat
bibir Die menekan bibirnya kuat. Shinya tetap mengatupkan bibirnya saat pria
itu memaksa masuk dan mengisap bibirnya secara brutal.
“Nnhh!!” Shinya berusaha
menghindar, tetapi kepalanya dipegangi. Kedua tangannya berusaha mendorong pria
ini namun sia-sia.
Shinya benci!
Maka tanpa sepengetahuan Die,
Shinya mengejutkannya dengan sihirnya sehingga pemuda itu terpental dari
tubuhnya.
Brukk!!
Shinya segera bangkit dari tanah
dan menatap tubuh Die yang tersungkur. Pemuda berparas cantik itu segera bangun
dan berlari dari sana. Meninggalkan Die yang melihatnya dengan senyum sinis.
Tetapi senyuman itu kandas dengan cepat. Die bangkit dari tanah dan berniat
untuk kembali mencari makanan, di saat yang sama terdengar suara teriakan Kaoru
yang semakin lama semakin jelas terdengar.
“..ya!! bahaya!!!”
Die terdiam di sana saat bunyi
keras itu terdengar semakin lama semakin dekat. Ia melihat ke atas, dimana pohon-pohon
di sebrangnya sepertinya bergoyang, disusul oleh bunyi jatuh dan ambruk.
Kepulan debu terbang ke udara dan sekilat kemudian ia melihat sosok Kaoru
berlari cepat ke arahnya. Mata Die membelalak saat melihat di belakangnya ada
sesosok monster besar yang mengejarnya.
“Kaoru!!”
“Jenderal Die!!”
Die segera berlari menyongsongnya
sambil mengeluarkan pedang miliknya. Kaoru berlari menghindar saat Die
mengayunkan pedangnya menebas monster raksasa di hadapan mereka. Tetapi
tebasannya tidak terlalu berarti untuk monster yang menyerupai ogre tersebut.
“Bagaimana ada ogre di sini!”
teriak Die di sisi lain.
“Aku tidak tahu!! Saat aku mencari
makanan mereka muncul!!”
“Mereka?” Die mendelik. “Maksudmu
mereka ada lebih dari satu!?”
“TIGA!”
*****
Gusrakk!!
Hakuei merosot dan jatuh ke bawah
dari tumpukan tanah di atas gua. Pemuda yang masih belum sembuh dari lukanya
itu harus berjuang melawan ogre yang tiba-tiba muncul secara mengejutkan.
Tiba-tiba saja mereka muncul dan menggetar gua tempat mereka beristirahat.
Mereka panik yang panik langsung kabur begitu melihat adanya raksasa mengerikan
yang menginjak-injak gua mereka.
“Awas!!”
Kyo melompat dan berusaha
menggigitnya, tetapi ia dilempar balik hingga menabrak batang kayu.
“Kyo!!” Hakuei membantu srigala
berbulu perak itu.
“Bagaimana bisa ada ogre di sini?!”
Hyde muncul dan mencoba mengalihkan perhatiannya.
“Harus kujawab apa?!” Hakuei
menjawab asal.
“Bodoh!”
Hyde melompat ke sana kemari untuk
mengalihkan perhatiannya. Tadinya sang ogre kebingungan dengan gerakan Hyde
yang begitu gesit hingga ogre bertampang seperti manusia itu menggelengkan
kepalanya bingung. Ogre yang mulai kesal itu kemudian mengayunkan senjatanya
hingga menabrak tiga sampai empat pohon sekaligus. Hyde terkejut saat ia hampir
saja terkena.
“Awas!!”
Di lain situasi, Shinya
berlari-lari karena salah satu dari ogre itu mengejarnya. Ia bertemu dengan
raksasa itu saat ia hendak kembali ke gua. Ternyata ramalannya mengenai
kejadian buruk yang akan terjadi malam ini terbukti sudah. Tadinya Shinya
hendak memberitahu Die dan Kaoru tentang ramalannya, tetapi nasib
memperlakukannya buruk. Dan kini Shinyapun mau tak mau terkena getahnya.
Ogre yang mengejar Shinya saat itu
memiliki senjata seperti pemukul besar yang terbuat dari kayu super besar. Ia
mengayunkannya dan merobohkan pohon-pohon di sekitarnya. Shinya terus saja
menghindar, tetapi kemudian ia terpeleset dan jatuh, saat sebuah pohon besar
tumbang dan hampir mengenainya.
“Hyaaaa!!”
Pohon itu jatuh tepat di
sampingnya. Shinya yang masih kaget, berusaha bangkit kembali, namun ia tertahan
karena pakaiannya menyangkut dan tergencet batang kayu. Ia menarik paksa
bajunya yang tersangkut pada batang kayu pohon tersebut. Sementara ogre itu
melihatnya dengan minat, ia ingin menangkap Shinya dan memakannya. Shinya masih
berusaha melepaskan diri dan berhasil merobek hampir seluruh pakaiannya untuk
dapat lepas dari sana sesaat sebelum tangan ogre raksasa itu berhasil
mendapatkannya. Shinya berlari menghindar dan melafalkan sebuah mantra dan
berlari menuju anak sungai.
Tidak berhasil mendapatkan Shinya,
ogre itu menjerit marah dan mulai mengejar Shinya brutal. Dia terus-menerus
mengayunkan tongkat besarnya untuk mengenai Shinya yang berlari di bawahnya.
Kakinya yang besar mencoba menginjaknya. Tetapi Shinya berhasil berkali-kali menghindar
berlari ke sana dan kemari. Hingga kemudian dia terpojok. Di depannya hanya ada
sungai besar membentang, di bawahnya jurang dalam dengan air terjun.
“!!!”
Kakinya berhenti tepat sebelum ia
melangkah ke jurang. Kerikil dan batu-batu kecil yang ia pijak beberapa jatuh
dan membuatnya bergidik. Tapi ogre itu semakin dekat!
Die dan Kaoru berlari silang untuk
mengecoh ogre bermata tiga itu. Dentuman dari hantaman kayu pemukulnya membuat
pohon-pohon di sana banyak yang roboh.
“Kita harus melakukan sesuatu!!”
Kaoru berkata.
“Matanya!” Die menjawab. “Kita
harus butakan matanya!”
“Caranya?”
Die berpikir keras, lalu menoleh ke
atas pohon besar.
“Panjat pohon!!”
Ogre itu terdiam sambil
mengendus-enduskan hidungnya di sekitarnya. Hakuei, Kyo dan Hyde sedang
bersembunyi dari monster mengerikan itu. Dengan Hakuei yang tidak sehat, Kyo
yang bertubuh hewan, dan Hyde yang hanya setengah vampire membuat mereka semua
tak memiliki tenaga untuk mampu mengalahkan ogre ini. Yang dapat mereka lakukan
adalah bersembunyi sementara ketiganya merencanakan sesuatu untuk dapat
menjebak sang ogre.
“… tak jauh dari sini ada sebuah
jurang sempit. Jika kita mampu mengecohnya dan membuat ogre itu mengejar kita
sampai ke jurang itu, kita jatuhkan dia di sana.” Ujar Hyde.
“Itu bagus.”
“Masalahnya siapa yang akan menjadi
umpan?” Kyo bertanya.
Mereka bertiga saling menatap satu
sama lain. Hakueipun menunjuk Kyo, namun Kyo berkilah.
“Dia tak suka daging srigala.”
Kemudian, Hakuei menatap Hyde.
“Dagingku sudah busuk, aku kan
setengah vampire.”
Lalu Hakuei menunjuk dirinya
sendiri dengan wajah tak rela, yang langsung disambut anggukan dari keduanya.
Ogre itu mengayunkan senjatanya dan
hampir mengenai Shinya.
“Hyaaa!!”
Pukulan keras itu meretakan tanah
di sisi sungai hingga membuat airnya berhamburan. Shinya segera bangkit dari
sana, dan melompat ke arah jurang. Ogre itu melihatnya dan mencoba menangkap
tubuh Shinya yang meluncur dengan tangan kosong. Tetapi ogre itu tak
mendapatkannya karena Shinya meluncur dengan cepat dan jatuh ke dalam sungai.
Ogre itu mengambil pemukulnya dan melemparkannya ke arah sungai tepat dimana
Shinya jatuh.
Boom!!
Ogre itu meremat batang pohon di
sampingnya, kemudian berbalik pergi. Tetapi ia tak menyadari dari dalam sungai
sebuah cahaya menyilaukan muncul dan kemudian pemukul dari sang ogre melayang
dan berbalik menyerang pemiliknya.
JEDUK!
“Graaaaooowww!!”
Ogre itu marah dengan rasa sakit di
kepalanya, ia melihat pemukulnya tergeletak di tanah. Kemudian perhatiannya
teralih dengan cahaya yang berpendar di bawah jurang. Ogre itupun mendekati
jurang dan melihat cahaya menyilaukan di sana. Ia bingung. Sekejap kemudian
muncul seekor naga besar yang melesat ke langit gelap, ogre itu mendongak dan melihat
naga yang terbuat dari air itu berbelok dan meluncur balik ke bumi dengan
kecepatan tinggi.
Duuaaasshh!!
Naga air itu menabrak sang ogre
hingga ia terjatuh dihantam naga air yang langsung mencair kembali setelah
bertabrakan dengannya. Ogre itu pun pingsan dengan memar besar melukai wajahnya.
Bruk!
Di bawah sana, Shinya berdiri di
tengah-tengah sungai dengan air yang sudah menipis di bawah kakinya. Tubuhnya
basah dan matanya menatap ke atas jurang. Nafasnya tersengal karena kelelahan.
Tetapi Shinya tak mau berlama-lama di sana, ia segera pergi dari sungai itu.
Namun ia tak sadar seseorang mengawasinya dan menyerangnya secara tiba-tiba.
Craaash!!
Sesuatu mengenainya. Yang Shinya
rasakan saat itu adalah ketika ia ditabrak sesuatu yang tak kasat mata dari
sisi kanannya hingga tubuhnya terangkat dari tanah dan terpental menabrak
dinding tanah di sisi kirinya.
Jduk!!
“Ukh!”
Gabruk!!
Shinya jatuh berguling dan kemudian
terkapar tak sadarkan diri.
Dari balik kegelapan di sisi
sungai, seseorang berpakaian serba hitam muncul.
GABRUK!!
Ogre besar itu jatuh dan mati,
setelah Die dan Kaoru menusuk ketiga matanya secara bersamaan. Tadi ogre itu
bergerak sembarangan dan akhirnya ia jatuh dengan kepalanya menghantam bebatuan
besar yang akhirnya membunuhnya. Die berdiri di atas mayat ogre itu untuk melihatnya
dari dekat. Ia masih penasaran dengan kemunculan ogre ini.
“Apa mungkin si vampire itu juga
memelihara ogre ini setelah tahu bahwa kita bisa membunuh binatang-binatang
penghisap darahnya?” ujar Kaoru.
Tapi Die hanya diam saja, sampai
kemudian dia menyadari sesuatu di bawah kakinya. Ia melihat sebuah simbol
pentagram yang sepertinya ia kenali.
“Sialan!” pekiknya. “Ini bukan ulah
Camui!!”
Die segera melompat dari atas ogre
tersebut, sesaat kemudian ogre itu berubah menjadi abu hitam di tanah.
“Ini ulah penyihir hitam!”
*****
Die dan Kaoru bertemu dengan Hakuei
serta teman-teman lainnya. Dengan wajah panik mereka menceritakan mengenai ogre
yang barusan mereka kalahkan. Mereka sama sekali tidak mengetahui bagaimana
bisa ogre-ogre itu muncul.
“Lalu ogre itu lenyap begitu saja.”
Ujar Hakuei.
“Tapi kalian semua baik-baik saja
kan?” tanya Kaoru perhatian.
“Iya, Pangeran. Kau tenang saja.”
Namun ada satu orang yang
sepertinya gusar sekali di antara mereka.
“MANA SHINYA?!” kata Jenderal Die.
Continue…
ihh eyang daidai makin porno, LOL *dijitak
BalasHapusBaca part ini berasa lagi nonto anim shingeki no kyojin pah o(>.<)o
banyak raksasa pemakan manusia, hiii
orang2 pada ngomongin anime ini shingeki no kyojin kayaknya seru amat. Seru ya?
Hapusseru pah, lumayan bikin mabok ngliatin kyojin ngunyahin badan orang, darah & potongan tubuh dimana2 gitu~
Hapusdiceritainnya manusia udah mau punah makanya mereka idup ngelawan kyojin2 pemangsa manusia itu, animnya emang lg tenar banget di jepang :3