expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Follow me

20 Mei 2013

VANITAS


Title : VANITAS

Author : Duele

Finishing : Agustus 2011

Genre : Angst

Rating : PG15

Chapter(s) : Oneshot

Fandom(s) : Dir en grey

Staring : Kyo

Disclaimer : Vanitas – Dir en grey

Note : Kehampaan… Ketiadaan… Vanitas.

 

~*~

 

Goodbye to you

The eyes won’t look back

To have love passionately

Listening closely to hear the murmur

(Vanitas “Emptiness” – Dir en grey)

 

***

 

Kuterbaring, tergeletak dalam hampa.

Adakah sesuatu yang bisa membuat hasrat ini kembali bergairah? Saat tak lagi kurasakan cahaya kehidupan bersinar dalam diriku. Aku… hampa…

 

Kosong.

Tak berisi. Tak bermakna. Tak berjiwa.

Separuh nafasku hilang bersama hembusan angin malam pekat menusuk tulang. Adakah sesuatu yang bisa membuat perasaan ini kembali menghangat? Saat tak lagi kurasakan api kebahagiaan menyelimuti. Padam.

 

Gelap.

Kelam. Hitam. Tak berbayang.

Walau kulihat cahaya rembulan, namun tak mampu membuatku melihat indahnya pelita. Adakah matahari yang bisa menyinari dan menuntunku kembali berpijar?

 

Kusembunyikan airmata ini saat kau pergi. Kusembunyikan luka ini saat kau tiada. Karena ku tak mau kepergianmu menyisakan luka. Walau luka itu menyayat dalam hati, tak ingin menangis kurasa, tak ingin bersedih kuharap.

 

Bulan merah menangis. Bulan biru menyendu. Rasa rinduku tak terburu.

Tak habis rasa sakit ini menyegat dan mengoyak. Perasaanku habis terombang ambing. Ambigu dalam keinginan dan perbuatanku. Kuingin kau bersamaku, kuingin kau disisiku. Satu hal yang tidak mampu kudapatkan kesediaanmu.

 

Kau yang telah pergi, bagaimana aku mengejarmu?

 

Kuucapkan selamat tinggal tanpa derai. Walau menatap wajah elokmu, selalu tertambat perih yang kurasa.

Kuhilangkan semua mimpi atas engkau.  Walau semua tabir mimpi telah kurangkai menjadi sebuah cerita masa depan kita.

 

Kenapa kematian harus ada melengkapi kehidupan?

 

Pertanyaan yang tak akan pernah terjawab karena sebuah hal yang mutlak. Tak bisa ditolak.

Jawaban serupa yang kudapat saat kudengar desau hujan berbisik. Mengatakan segala kemufakatan yang telah berjalan dalam garis bernama takdir.

 

Namun takdir inilah yang memupuk cinta. Berkobar membara dalam rasa. Menyala dan membakar hasrat. Hingga saat kau memadamkannya, aku hampa.

Tak berjiwa, tak bermakna.

 

Engkau yang disana, apa bisa menatap rasa rindu dan pedih dihatiku?

Engkau yang disana, apa telah berevolusi menjadi bidadari?

Engkau yang disana, apa telah mendapat syurga kecil keabadian?

 

Kenapa hampa ini tetap membawaku berseru padamu? Walau jelas kurasa hampa ini ada karenamu.

 

Dan ketika semua bayang menjadi gelap gulita. Kau datang membawa diri. Menyuguhkan secawan arak hitam. Tersenyum begitu rupawan menyajikan cantiknya wajah malaikat. Mendekapku, menyesapiku.

 

Inikah syurga? Berpijak pada putihnya awan yang acap kali kuterawang diluasnya angkasa. Aroma harum yang menguar tercium manis. Bagai gula-gula dan rasa vanilla.

 

Namun saat kudekap kembali bidadari kecilku, dia lepas. Memuai, bagai asap yang tak pernah bisa kujamah. Menghilang, bersamaan dengan syurga yang kupandang. Aromanya kini berubah menjadi pekat dengan zat-zat memabukan.

 

Dimanakah aku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar