By : Duele
Katakan...
Berapa waktu yang kupunya untuk mengakhiri hidup?
Dapatkan aku, kurung aku dalam sangkar emasmu.
Namun jeruji besi berkarat garam kudapat.
Katakan...
Berapa lama kau simpan aku hingga membusuk?
Satin emas membalut luka.
Mengikat warna pucat kebiruan tergelak dengan tubuh mengejang.
Siapa dapat lepaskan ini?
Mencekik.
Jeritan masal dalam hatiku melonjak.
Gemuruh rasa frustasi membuncah.
Gelora amarah menjebol pertahanan rasa damai.
Perburuan atas kelaparan dimulai.
Kebisuan yang dulu mengakar, kini mulai terbakar.
Taringku mengilat, membayang besi putih menancap berkelebat.
Gemuruhku tak selesai, bahkan terlalu awal untuk hilang.
Kau taruh aku dalam sangkar berkarat. Menyajikanku kehidupan hewani.
Kau lambungkan mimpiku, menyekar keindahan masa depan.
Kau bisikan janji surgawi, menjilat rasa pedih berganti geli bertabur seri.
Kau peluk jiwa dan ragaku, menghempaskannya jatuh membentur inti bumi.
Kau injak!
Kau jebloskan!
Kau kubur dengan satu hantaman keras batu sembrani.
Mengalirkan darah. kekecewaan tiada tara.
Hujam sumpahku, hujam gemuruh dendamku.
Hey, mimpi...
Kau pelacur!
Melacurkan diri, melacurkan hati.
Ulas senyummu, solek ketampanan dan kecantikan.
Merah darah, serunai membisik, menggoda.
Berdatang silih berganti dan tidak pernah mampu kukecap nyatamu.
Binal! Jalang!!!
Hey, perantara mimpi..
Wajah busuk, penghuni neraka!
Menyemai belatung dari onggok mayat mimpi-mimpi durjana.
Merenggut paksa dunia mereka, menyesap habis murni keinginan.
Menularkan kegilaan, ketidakwarasan atas kenyataan pahit realita.
Bedebah!
Hey, kalian semua!
Pengkhianat hati!
Pembunuh harga diri!
Lihat aku menghunus belati.
'Kan kutancapkan perasaan sakit dan terbuang ini di kedua bola mata kalian.
'Kan kugoreskan luka tak terperi yang tak akan pernah sembuh.
Kuracuni dan kuhancurkan akar hidup layaknya kau membunuh segala apa dayaku.
Sesakku, 'kan kubagi.
Sedihku, 'kan kuberi.
Amarahku, 'kan kucaci.
Senangku, 'kan kucabik!
Saat itu datang kuyakini kau terpuruk dalam dosa dunia birahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar