Title
: Amon
Author
: Duele
Finishing
: Oktober 2011
Genre
: AU, Darkness
Rating
: PG15
Chapter(s)
: oneshot
Fandom(s)
: Dir en Grey
Pairing(s)
: General
Disclaimer
: Dum Spiro
Spero – Dir en grey
Note
Author : Salah satu judul dari fanfic nazaar saya dari Album Dum Spiro Spero
(14 title) - Dir en Grey
~*~
Iblis.
Inilah
kami, sekumpulan iblis yang terbuat dari api. Kebencian, kemarahan, kedengkian,
syirik dan iri hari merupakan tujuan utama para iblis hidup. Kami turun ke
dunia dimana kami bisa mencari tujuan hidup, berkelakar ke dunia fana yang di
huni oleh milyaran makhluk yang bernama manusia.
Tingkatan
terendah yang harus kami lenyapkan. Manusia hanyalah debu yang tak sederajat
dengan kami. Tetapi kenapa mereka lebih diutamakan? Karena catatan kelam itulah
kami mulai melancarkan cara untuk menjerat mereka pada dosa. Memperlihatkan
pada Tuhan, dzat yang menciptakan kami agar menarik segala kebaikannya untuk
debu kotor seperti manusia di bumi.
***
“Shinya!”
Toshiya menarik pemuda itu dari koridor menepi pada sebuah kelas yang kebetulan
sedang kosong. Wajah Toshiya begitu merah dengan senyum yang terus berkembang
sejak tadi.
“Totchi,
ada apa? Kenapa tergesa-gesa begitu?” Tanya Shinya tak mengerti.
“Aku-
aku…” Toshiya mengambil nafas untuk menenangkan diri. Shinya mengangguk-angguk
tak mengerti mengikuti gerakan kepala Toshiya yang naik turun. Sekiranya telah
tenang, Toshiya pun berkata, “Haaa~, aku, jadian dengan…” matanya menatap mata
Shinya yang masih tak berkedip. “… Kaoru.”
Spontan
mata Shinya membulat, mulutnya menganga tak percaya.
“Yang
benar?!”
Toshiya
mengangguk-angguk percaya diri.
***
Sejak
jadian dengan Kaoru, tentu saja Toshiya semakin bersemangat datang ke sekolah.
Apalagi sekarang Kaoru sudah tak sungkan untuk mengantar jemput pemuda jangkung
itu ke sekolah atau ke gedung kesenian yang jaraknya di sebrang sekolah.
Bunga-bunga
seolah mekar setiap kali mereka bersama. Toshiya yang sudah mengidolakan Kaoru
yang masih seniornya sejak lama tak pernah menduga bahwa senior idamannya yang
satu itu juga menaruh hati padanya. Habis, tampangnya kelewat jutek, sih.
Bahkan saking jutek dan judesnya dia terhadap junior bahkan pada seangkatannya,
orang-orang menjulukinya, Mr. Harshman.
Sebuah
keberuntungan bagi Toshiya, karena cintanya tersampaikan.
“Mau
kemana?” tanya Shinya ketika Toshiya beranjak dari kursinya.
“Mau
ke atas.” Katanya sambil menunjuk plafon, Shinya terbengong-bengong sambil
berpikir, bagaimana bisa?!
“Duh,
Shinya! Ke atas itu maksudnya aku mau ke kelasnya Kaoru! Telmi, ah!” ujarnya
sambil meninggalkan pemuda itu sendirian.
Dasar
Toshiya, mentang-mentang sudah dapat pacar jadi lupa temen, deh!
Sebenarnya
sih, Shinya tidak pernah keberatan soal hubungan Kaoru dan Toshiya. Bahkan,
Shinya adalah orang pertama yang mendukung hubungan mereka. Sampai saat ini pun
Shinya masih selalu mengontrol kisah cinta teman sebangkunya tersebut.
“Aku
kesal, Shin!!!” suatu hari Toshiya bercerita, bahwa ada seorang anak perempuan
dari junior mereka yang nekat mendekati Kaoru. Padahal, Kaoru sudah mengatakan
bahwa ia telah memiliki pacar. “Nekat, dia! Cari mati!!” Toshiya menggebu.
Shinya
hanya bisa diam. Kemudian setelah emosi pemuda itu agak mereda, Shinya mencoba
mengelus bahunya untuk menghiburnya.
“Sabar.
Kaoru kan emang popular sebagai icon gitaris band di sekolah kita. Gara-gara
band dia kan sekolah kita bisa masuk nominasi acara Pansi terpopuler, wajar
kalau-”
“Duh!
Shinya! Nggak usah dijelasin juga aku ngerti. Tapi ngertiin perasaan aku dong!
Bete, kan!”
Shinya
menghela nafas.
“Biar
ngga bete, kita ke toko Dango-nya Die, yuk!” ajaknya.
Mulanya
Toshiya menolak, tetapi Shinya terus membujuk hingga pemuda itu mengiyakannya.
“Shin,
kau tahu saja cara membuatku sedikit lega.”
Shinya
tersenyum.
***
Namun
beberapa hari kemudian tersiar kabar yang tidak enak. Kaoru jalan dengan junior
yang mendekatinya tersebut. Toshiya semakin murka dibuatnya.
“Ugh!!”
“Tenang
dulu…”
“Gimana
bisa tenang!! Kaoru-nya juga tolol abis, mau aja ngeboncengin si ganjen!”
“Mungkin
anak itu memang butuh tumpangan. Jadi kamu sabar dulu. Dengar dulu penjelasan
dari Kaoru.”
“Shin,
kalau Kaoru mengaku, itu keajaiban! Aku tahu wataknya! Banyak yang dia
sembunyikan dariku selama ini. Diluarnya saja dia kelihatan peduli, dalamnya?”
Toshiya segera membuang muka ketika Shinya menatapnya. “Kalau begini, lebih
baik putus!”
“Kau
yakin mau putus dengan Kaoru?”
Toshiya
membisu.
Layaknya
pasangan pada umumnya, mendengar gossip semacam ini tentu saja membuat hubungan
Toshiya dan Kaoru menjadi renggang. Kaoru tetap bersikeras padanya bahwa itu
hanyalah sebuah tumpangan biasa untuk menolong, sementara Toshiya masih kukuh
menyangka hubungan keduanya tidak hanya sebatas itu. Ia curiga, jangan-jangan
Kaoru justru sudah ‘jadian’ dibelakangnya.
“Terserahlah
kalau kamu mikirnya gitu. Aku capek ngejelasinnya.” Tutur Kaoru sebelum
akhirnya pria itu pergi meninggalkan Toshiya yang masih kesal.
Kaoru
juga menyebalkan!
Hubungan
keduanya semakin lama semakin rumit. Shinya yang terlalu baik dan kasihan pada
Toshiya sengaja membawanya untuk hang out di luar bersamanya. Tidak tahunya
mereka justru bertemu dengan Kyo, mantan Toshiya.
“Ngapain
kamu undang dia?” bisikan Toshiya terdengar berat ditelinga Shinya.
“Nggak
apa-apa, kan? Toh, kita cuman mau makan bareng sama nonton. Kyo tadinya janjian
sama aku, tapi sekalian aku bawa kamu jalan-jalan juga. Nggak apa-apa, ya
Totchi…” jawab Shinya sambil berbisik.
“Kenapa
bisik-bisik?” tanya Kyo menurunkan sebelah alisnya.
“Ah,
ngga apa-apa, kok!” Toshiya dan Shinya menjawab bersahutan.
Malam
itu mereka pergi bersama, menghabiskan sisa waktu weekend dengan nonton,
karaoke, pergi ke pub dan bersenang-senang bersama.
“Aduh,
Kyo, maaf yah. Aku jadi merepotkanmu.” Shinya mengatupkan kedua tangannya di
depan wajahnya.
Kyo
yang baru saja membantu Toshiya yang mabuk masuk ke dalam mobil hanya tersenyum
kecil.
“Nggak
apa-apa kok, Shin. Aku yang akan mengantarnya sampai rumah.”
“Eh.
Kyo-san, sepertinya kau harus membawa Toshiya ke tempatmu.”
“Ee?
Kenapa?”
“Hari
ini sebetulnya Toshiya mau menginap di rumahku karena orang tuanya yang pergi
ke luar kota. Jadi dirumahnya tidak akan ada orang sampai Senin besok.”
“Oooh.”
Kyo
mengangguk.
***
Senin
paginya, Toshiya mulai protes pada Shinya tentang kejadian tempo hari. Toshiya
sedikit kesal karena Shinya membiarkannya dibawa oleh Kyo, tapi lagi-lagi
Shinya mampu membuat Toshiya maklum.
“Hhh,
lainkali aku tidak akan mau diajak hang out sama kamu lagi!” tuturnya ngambek.
“Ahahaha~”
Shinya hanya bisa tertawa.
Tetapi
karena masalah itulah semua biang kehancuran dimulai. Ternyata, Kaoru yang
mengikuti Toshiya Sabtu kemarin mendapati pacarnya tersebut bermalam dengan
orang ia benci. Bagi Kaoru, tipe mantan seperti Kyo-lah yang harus diwaspadai
karena mereka setipe. Dari situ, Kaoru mulai memperdebatkan hal ini. Toshiya
dan Kaoru kembali beradu mulut. Kali ini lebih heboh, karena tidak tahu tempat.
Di sekolah.
“Sesukamu
saja!” Toshiya menggebrak pintu kelas hingga beberapa pasang mata menatap pada
mereka dengan wajah yang aneh.
Sudah
pasti, setelah ini hubungan mereka akan kandas.
Tetapi
setiap kali berpikir untuk putus dari Kaoru, rasanya hati Toshiya tidak rela.
Berpisah begitu saja hanya karena masalah seperti ini. Seharusnya mereka lebih
dewasa dan bisa intropeksi diri. Apalagi bertengkar di tempat umum. Duh,
benar-benar memalukan.
Maka
beberapa hari kemudian, ketika sekolah telah sepi karena hari mulai menjelang
senja, Toshiya meminta Shinya untuk mengantarnya ke studio. Biasanya di jam
sore seperti ini pun pria itu masih asyik berkutat dengan gitar kesayangannya.
“Ingat,
jaga emosimu.” Kata Shinya memperingatkan.
“Iya,
iya, aku tahu.”
Mereka
muncul di pintu depan.
“Ingat,
kau mau minta maaf.” Kata Shinya lagi.
Toshiya
menghela malas, “Iya, Shinya~”
Shinya
tersenyum geli saat Toshiya mendorong pintu studio yang lumayan berat. Hingga
akhirnya kedua pasang mata itu terkejut ketika melihat Kaoru bersama wanita
lain?
“Toshiya?!”
Kaoru terkesiap.
Wanita
itu mundur dan bersembunyi di belakang Kaoru.
“Ini
tidak seperti yang kau bayangkan…” Kaoru mencoba menjelaskan.
Namun
amarah sudah menguasai Toshiya dan meletup ke ubun-ubunnya.
“Jalang!”
Toshiya menyongsong mereka, Kaoru berusaha menghalangi.
“Toshiya!
Toshiya! Tenang dulu!”
“Kau
tidak menyuruhku tenang tapi kau memicu amarahku! Apa yang kau lakukan dengan
gadis sialan ini!?”
“Tidak
ada apa-apa!” Kaoru menghalanginya.
“Minggir,
kau! Kau sama saja dengan si jalang ini!”
“Toshiya!!
Jaga omonganmu!”
“Ugh!”
Terjadilah
dorong mendorong dan pertahanan diantara keduanya. Gadis itu nampak kebingungan
dan ketakutan ketika suasana mulai menjadi panas. Ia bingung harus lari atau
tetap diam di sana. Sementara Shinya hanya diam melihat perkelahian mereka.
Duk!
Toshiya
berhasil menyingkirkan Kaoru dari hadapannya, segera saja pria yang sudah kalap
itu mendorong wanita itu dan mencekiknya dengan bernafsu. Kaoru yang melihat
pertengkaran diantara mereka menjadi semakin sulit berusaha memisahkan.
“Lepaskan
dia, Toshiya! Kau bisa membunuhnya!!”
“Aku
memang akan membunuhnya!”
“Dia
hanya mau pamitan padaku!”
“Bohong
kau!!” Toshiya menepis lengan Kaoru dan kembali mencekik gadis itu dengan penuh
amarah.
“Ukkh!”
gadis itu mulai kesulitan bernafas, walau ia mencoba melawan Toshiya tetapi
kekuatan dari pemuda itu lebih besar darinya hingga ia mulai kejang.
“Toshiya!!!
Dia bisa mati!!! Hentikaaan!!!” Kaoru berusaha melepaskannya. Tetapi lagi-lagi
Kaoru berhasil dipentalkannya. Kaoru kewalahan, ia melirik Shinya yang sejak
tadi hanya diam memperhatikan mereka. “Shinya!! Jangan diam saja, bantu aku!!”
Shinya
mematung. Kaoru berusaha melerai keduanya, tetapi terlambat ketika gadis itu
telah meregang nyawa.
Bruk!
Tubuhnya
jatuh, terkulai tak bernyawa. Mata Toshiya membelalak besar, keringatnya
mengucur. Ia baru sadar setelah gadis itu mati. Kaoru juga tak kalah terkejut
dengannya. Pemuda itu begitu syok melihat gadis itu benar-benar tak bergerak
dengan mata yang memerah. Dia mati.
“To--Toshiya…”
Toshiya
melirik ke arah Kaoru dengan wajah yang pucat. Ia sudah membunuh orang! Kaoru
segera menghampiri tubuh gadis itu dan mengecek detak jantung lewat detak
lehernya.
Berhenti!
“Dia
mati!” Kaoru melihat Toshiya dengan sengit. “Kau benar-benar membunuhnya!”
Kaki
Toshiya lemas seketika. Pemuda itu seolah kehilangan keseimbangan dan mulai
limbung, jatuh terduduk menghadapi kenyataan. Dia sudah membunuh. Kaoru
bangkit, pria itu beranjak menuju pintu keluar, tetapi Shinya justru
menghalangi pintunya. Pria itu berdiri sambil memegangi pintu kedap suara
dengan kedua tangannya yang berada di belakangnya.
“Shinya…?”
“Kau
tidak boleh pergi.” ujarnya.
“Aku
harus memanggil pertolongan! Kau gila membiarkan semua ini jadi terjadi?” Kaoru
emosi sambil berusaha merebut pintu. Namun, lagi-lagi Shinya menghalangi. Ia
menatap Kaoru dengan mata yang aneh. Kaoru terhenyak, “Sebenarnya kau mau apa?”
Shinya
menatap Toshiya yang masih syok, entah kenapa mata Shinya memancarkan cahaya
merah yang berkedip.
“Bangun,
Toshiya.”
Seketika,
cahaya yang sama dengan mata Shinya kini ada di mata Toshiya. Pemuda itu
mengikuti apa kata Shinya. Kaoru melirik mereka berdua bergantian.
“Sekarang,
kau bunuh dia.”
Kaoru
terperanjat. “Shinya!!!”
“Ingat,
Toshiya. Dia sudah berselingkuh dibelakangmu. Dia juga tidak peduli padamu.
Jadi lebih baik, Kaoru juga mati.”
“Shinya!”
Kaoru berteriak. Ada apa ini?! Ketika dia berbalik, Toshiya mengambil tangkai
mic dan membuang kepala micnya sembarang. “Toshiya, kau kenapa?!!!”
“Bunuh
dia.” Gumam Shinya.
Kaoru
melirik Shinya dengan rasaa tak percaya, kemudian kembali menengok ke arah
Toshiya yang melemparkan tangkai micnya tegak lurus padanya. Dan,
JLEB!
Mata
Kaoru membulat tatkala rasa sakit itu menyegat di perutnya. Darah mengucur ke
lantai dengan deras, bahkan beberapa saat sempat menyembur. Tak sampai beberapa
detik, pemuda itu jatuh.
Bruk!
Tewas.
Senyum
melengkung dari bibir Shinya ketika Kaoru kehilangan nyawanya. Mendadak, tubuh
Toshiya lunglai dan ikut ambruk menyusul Kaoru. Tenaganya habis. Hal
selanjutnya yang terjadi, Shinya membuka pintu studio dan pergi meninggalkan
mereka. Sekilas, senyuman sinis itu nampak dari bibirnya yang jingga.
Tugas
kami para iblis, adalah untuk menyesatkan kalian. Kebahagiaan kami adalah
melihat kehancuran dari manusia itu sendiri. Perbuatan bodoh kalian yang selalu
meributkan hal-hal yang tidak logis. Jika kami berhasil membuat kehancuran, itu
artinya, kami telah membuat kerajaan kami berdiri semakin kokoh.
Semua
yang kami lakukan adalah sebuah perencanaan. Sebuah bisikan yang menggoda.
Bisikan yang berbalut kesenangan dan kebaikan, tetapi menyimpan maksud untuk
menjerumuskan kalian. Bentuk dan rupa kami samarkan, dengan balutan senyum dan
canda. Semata hanya untuk menjerat kalian.
Segala
amarah, nafsu dan kedengkian adalah butiran dosa yang kami cari. Kami membantu
memupuk keserakahan, kecemburuan, kemarahan dan angkara murka. Hingga kalian
menuruti kami, dan mau bergabung menjadi seorang budak. Manusia yang diperbudak
oleh Iblis.
Terima
kasih untuk menjadi korban kami hari ini. Esok, kami memulai dengan tugas yang
baru. Sama dengan hari ini, menebarkan dosa dan menjadikan kalian sebagai
pendosa.
Budak
kami. Para Iblis.
……
Biip.
Biip. Biip.
Kyo
melirik ponselnya yang berbunyi. Ia mengambil dan melihat nama seseorang yang
tak asing terpajang di layarnya.
“Hallo,
Shinya?”
“Hallo, Kyo-san. Bisa kita bertemu
besok?”
“Tentu…”
Satu
ajakan telah kalian terima, maka bersiaplah untuk menerima ajakan-ajakan kami
selanjutnya.
FINISH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar