Title : THE PLEDGE
Finishing :
Maret 2011
Note Author : This is was edited for competition horror
novel at ended 2011
PART II
~*~
Kyo
melamun kala itu. Walau pelajaran sedang berlangsung, pikirannya tak fokus
memperhatikan pelajarannya. Jauh dari pelajaran yang sekarang sedang dibahas,
pikirannya melambung tinggi tentang percakapannya tadi malam dengan Toshiya di
tepian bendungan.
"Bagaimana
caranya aku membantumu?"
"Kau
hanya perlu memberitahukannya kalau aku masih disini."
"Pada
siapa?"
"Pada
orang yang kutunggui selama ini."
Kyo
tertawa aneh. "Bagaimana aku bisa tahu orang itu? Bahkan aku tidak pernah
bertemu dengannya."
Tapi
Toshiya tetap tenang, malah kini dia menunjuk sudut jembatan yang kembali
tergeletak sebuket kembang kecil. Kyo tak memperhatikan sebelumnya, siapa orang
yang selalu memberikannya karangan bunga?
"Apa
orang itu berada di sekitar sini?" tanya Kyo penasaran.
"Tidak.”
"Lalu
bagaimana cara aku menemukannya?"
Toshiya
tersenyum. "Dua hari lagi, pagi buta. Kau datanglah kemari, dia akan
datang memberikan karangan bunga untukku. Mengenangku, mengenang kematian pada
hari itu."
Kyo terhenyak.
…..
"Niimura!"
Kyo
terkejut ketika suara keras itu mengejutkannya. Sosok Niikura-sensei berdiri di
depannya dengan dahi mengerut.
"Jangan
melamun waktu pelajaran sedang berlangsung!"
"Maaf!”
~*~
"Kyo,
kau sebenarnya kenapa sih? Beberapa hari ini kau agak aneh." tanya
Daisuke.
"Aku
tidak apa-apa." Kyo mengelak.
"Kau
yakin?"
Kyo
mengangguk.
"Kau yakin bukan karena soal
hantu?" Daisuke membongkar rahasia.
"Dai...?"
Daisuke
menghela. "Entahlah, aku harus percaya ini atau tidak. Aku sudah dengar
sejak pertama kali masuk, kudengar kau punya kemampuan 'lebih'. Apa
benar?" tanyanya serius.
Kyo
menatap pemuda tirus itu serius. Namun akhirnya Kyo hanya menunduk.
"Aku
memang tidak bisa melihat hal-hal seperti itu. Tapi kalau kau memang benar bisa
melihat hantu, aku percaya padamu." ujarnya.
Kyo
hanya diam. "Dai..."
"Humm?"
"Aku
harap kita tetap berteman apapun yang terjadi." ujarnya.
"Kau
takut aku menjauhimu karena cibiran orang-orang?" tebaknya.
"Bukan
padaku, tapi pada Shinya."
Daisuke mematung. Kyo menghela
hingga akhirnya berujar kembali.
"Seseorang
mengadukanmu kepada Niikura-sensei, dia bilang melihat kau dan Shinya di
perpustakaan sedang-" Kyo tak melanjutkan kalimatnya. "Jaga sikapmu, jangan
terlalu memaksa Shinya."
~*~
Setelah
diberikan petunjuk oleh Toshiya. Maka dua hari kemudian, Kyo mencoba mencari
tahu tentang orang yang Toshiya tunggui. Pagi buta itu Kyo sudah bersiap dan
bersembunyi di balik pagar. Mengawasi jalan dan tepian bendungan yang masih
nampak lengang. Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, akhirnya munculah
sebuah mobil yang berhenti tepat dipinggir jembatan.
Toshiya
yang semula tak menampakkan diri kini muncul berdiri menatap mobil hitam itu.
Kyo yang memperhatikannya hanya bisa diam dan berusaha melihat dengan jelas.
Dalam kegelapan ini, sosok pria yang turun dari mobil itu terlihat agak samar.
Dia
mendekati bendungan, lalu melemparkan sebuah bunga disana. Kyo tertegun. Sampai
akhirnya dia berjalan mendekati sudut jembatan dan meletakan sekuntum bunga
mawar putih di sana. Sosok Toshiya hanya mematung menatapnya. Mulanya Kyo sama
sekali tak bisa mengenali wajah orang yang muncul di sana. Namun ketika mata
Kyo menangkap sesuatu yang keluar dari tubuh orang tersebut Kyo terkejut!
Asap-asap
pekat itu serupa dengan asap yang mengitari Niikura-sensei.
"Jadi
dia..."
~*~
Kyo
tidak habis pikir. Jadi itu sebabnya kenapa tempo hari Kyo sempat berpapasan
dengannya dalam bus? Apa itu alasannya?! Tapi apa maksud dari asap-asap pekat
yang mengelilinginya? Asap apa itu?
"Kyo!!!"
Mendadak
seorang teman sekelasnya datang dengan tergesa-gesa.
"Daisuke
bertengkar dengan Niikura-sensei!!!"
APA?!
~*~
"Dai?!"
Kyo
bergegas mendatanginya setelah melihat pemuda itu keluar dari ruang guru.
"Ada
apa?!" tanya Kyo panik.
"Nanti
kujelaskan! Kita harus ke ruang kesehatan sekarang!"
"Tapi
kenapa?" Kyo bingung.
"Shinya
pingsan!"
Shinya?
~*~
“Aku
tidak apa-apa. Sungguh. Kepalaku tadi hanya merasa sangat pusing sekali."
jawab Shinya ketika ia telah siuman dari pingsannya.
"Orang
itu menanyaimu macam-macam kan?" Daisuke gusar.
"Dai..."
"Shin,
apa kau merasa berat ketika berdekatan dengan Niikura-sensei?" tanya Kyo cepat.
Shinya
dan Daisuke menoleh padanya bersamaan. Daisuke lalu menoleh lagi ke arah Shinya
ketika dia mengangguk pelan. Daisuke segera berbalik pada Kyo.
"Kau
tahu sesuatu tentang ini pastinya! Katakan padaku Kyo!"
"Dai?"
Shinya bingung.
"Alasan
kau juga pingsan tempo hari juga jangan-jangan karena sesuatu yang kau 'lihat'.
Benar kan?"
Kyo membisu, Shinya nampak bingung
ketika Daisuke justru meminta jawaban pada Kyo tentang hal yang sama sekali tak
ia ketahui.
~*~
"Niimura?"
Guru
tersebut agak terkejut ketika melihat siswanya berdiri di depan pintu. Murid
cacat yang menatapnya dengan wajah serius. Entah apa maksudnya berdiri
menghalanginya disana.
"Sensei,
aku mau bicara sebentar."
.....
"Jadi
apa yang kau mau bicarakan?" tanya Niikura.
Kyo
memijat keningnya yang mulai merasa pening. Asap pekat itu semakin
menyakitinya. "Kau tahu soal orang yang pernah meninggal di bendungan
itu?" Niikura-sensei terkejut, matanya tak lepas menatap Kyo. "Kau...
orang yang menaruh karangan bunga itu disana kan?"
"Apa
maksudmu, Niimura?" Niikura-sensei mencoba tenang.
Kyo
semakin kuat memijat keningnya. Tapi dia harus mengatakannya pada pria ini.
"Kau
orang yang ditunggu dia kan?" Kyo serius.
"Dia
siapa?" Niikura masih menyangkal.
"...Toshiya."
Niikura-sensei pun akhirnya
terhenyak.
Toshiya...
~*~
Kyo
baru saja turun setelah mobil mereka berhenti di jembatan bendungan. Dengan
bergegas Niikura-sensei menghampiri bendungan itu. Namun mata Kyo tak luput
mengamati Toshiya yang tersenyum di tepian sana.
"Toshiya!"
Niikura-sensei nampak mencari-cari. "Dimana? Dimana dia, Niimura?!"
Kyo
menelan ludahnya dalam-dalam. Dengan ragu akhirnya Kyo menunjuk pada sosok
Toshiya yang berdiri di tepian bendungan. Niikura-sensei spontan berbalik,
berlari tergesa menyongsong tepian bendungan dengan cepat. Tapi disana
Niikura-sensei tiba-tiba mematung. Menunduk seolah berputus asa.
Kyo
yang baru saja datang kepada mereka hanya bisa bersikap tak enak. Kyo sadar,
Niikura-sensei tidak bisa melihat wujud Toshiya. Walau Kyo sudah berhasil
mempertemukan keduanya, namun bagi Niikura-sensei yang tak mampu melihat sosok
Toshiya ini sama saja dengan omong kosong!
"Maafkan
aku, Sensei..." Kyo bersalah.
Toshiya
tertegun. Tak ada yang bisa dilakukan agar Niikura mampu melihat Toshiya
disana. Berdiri gontai berharap Niikura dapat melihatnya. Toshiya merunduk,
bahkan kini menangis. Tangisan yang hanya bisa Kyo dengar namun tidak dengan
Niikura. Ini menyakiti perasaan Kyo tanpa langsung yang memberikan harapan
palsu pada keduanya. Toshiya dan Niikura sudah tidak mungkin lagi bersama.
Itu
takdirnya!
Walau
memaksa seperti apapun juga, kenyataannya orang yang telah meninggal tidak akan
pernah bisa bersama dengan dia yang masih hidup. Toshiya dan Niikura sudah
tidak bisa lagi menyertai satu sama lainnya.
Menyedihkan.
~*~
"Aku
tak percaya takdir tak bisa diubah. Aku tak percaya dengan keseriusanku sesuatu
yang tak mungkin tak bisa terjadi."
Kyo
menatap wajah Toshiya yang pucat. Bercerita pelan sambil tersenyum tipis,
mengingat kembali masa lalunya yang membawa mereka kembali mengulang masa
dimana peristiwa kematiannya terjadi.
"Kalau
memang kami tidak boleh bersama, kenapa Tuhan harus menciptakan perasaan
cintaku pada orang yang tidak tepat? Dan apakah aku salah jika aku
mempertahankannya? Aku juga mau bahagia." Toshiya lalu menoleh ke
belakangnya, menunjuk pada jembatan tua yang masih kokoh berdiri. Membentang besar,
menghubungkan kedua wilayah yang terpisah. Mata Kyo mengikuti arah ujung
telunjuk Toshiya yang menunjukkan tengah-tengah jembatan.
"Disana,
aku dan Kaoru berikrar akan sehidup semati. Disana juga, aku dan Kaoru
memutuskan untuk mati. Tapi disana,..." Toshiya berbalik menatap Kyo.
"...hanya aku yang mati."
Saat
itu hujan deras mengguyur, Toshiya dan Niikura berdiri di pinggir jembatan tua
ini. Dengan keyakinan pada keduanya untuk tetap memegang teguh ikrar suci
keduanya, Toshiya yang sedang tak sehat memang bergeming untuk tetap selalu
mencintai Niikura. Keputusan yang sudah mereka ambil sejak jauh-jauh hari, kini
tiba saat pengeksekusiannya.
"Kaoru..."
saat pelukan terakhir mereka, Niikura kembali meneguhkan keduanya. Toshiya tak
henti memeluknya, perasaan takut bercampur aduk menjadi satu saat dia tahu hari
ini akan menjadi hari kematiannya.
"Naiklah,
orang-orang itu akan segera datang mengejar kita." bisiknya.
Toshiya
mengikuti, naik pada pagar pembatas. Bersama Niikura, dia mengenggam tangan
prianya. Saat suara-suara itu datang Niikura dan Toshiya panik. Niikura
mengangguk pelan, mengisyaratkan bahwa ini adalah saatnya. Saat kedua tangan
mereka melepaskan pegangan pada pagar jembatan, tubuh keduanya meluncur ke
dalam air dan menghantamnya.
BYUUURR!!!
Terhempas
dan terbawa dalam pusara air bendungan yang pasang karena hujan. Namun dalam
ingatannya, genggaman Toshiya terlepas dari Niikura saat kesadarannya mulai
menghilang.
Toshiya!!!
"...akhirnya
aku sadar, Kaoru tak bersamaku."
Mata
Kyo nanar. Perasaannya turut prihatin. Ingin mengucap kalimat penyesalan dari
lubuk hatinya, namun ini bukan saat yang tepat. "Dan kau menunggunya
sampai sekarang?"
Toshiya
diam, hanya seuntai senyum getir dari bibirnya yang pucat terlihat seolah
menjawab, 'Ya'.
~*~
Sudah
tiga hari ini Niikura-sensei tak datang ke sekolah. Pihak sekolah hanya
mengatakan bahwa Niikura-sensei sedang tak sehat. Tapi walau pun begitu Kyo
tahu sebenarnya Niikura-sensei tak sakit, dia mungkin sedang memikirkan tentang
Toshiya beberapa hari lalu.
"Seharusnya
kau tidak membawanya ke sana." ucap Daisuke.
Kyo
hanya diam, sementara Shinya yang baru saja mengetahui tentang kejadian yang
sebenarnya hanya bisa merinding bahwa apa yang pernah menimpanya ternyata ulah
makhluk halus.
"Niikura-sensei
pasti sekarang menemuinya terus."
Kyo
melirik Daisuke spontan, seperti yang baru sadar sesuatu. Daisuke memberikan
petunjuk dimana dia bisa menemukan sang guru tersebut. Tak berapa lama Kyo
beranjak.
~*~
"Hhh! Hh!"
Dengan
nafas yang terengah-engah Kyo berjalan dengan cepat. Dengan bantuan kedua
tongkat setia pengganti kakinya, Kyo seolah berpacu dengan waktu untuk segera
kembali pada jembatan bendungan tersebut. Di belakangnya Daisuke dan Shinya
mengikuti.
Kyo
menoleh ke arah tepian bendungan, dan benar saja sesosok pria berkemeja duduk
menepi disana. "Niikura-sensei!" Bergegas Kyo segera mendatangi pria
yang kelihatannya sedang kalut disana.
"Niikura-sensei!"
panggilnya.
Niikura
yang terlihat santai hanya menoleh, namun kembali menatap air bendungan. Kyo
muncul beserta dua muridnya yang lain. Datang dengan wajah yang cemas, walaupun
wajah cemas itu tak terlihat dari Daisuke yang hanya melihat dengan pandangan
tak heran.
"Niikura-sensei..."
panggil Kyo lagi.
Pria
itu akhirnya bangkit dan turun dari sana. Namun kini dia bersandar pada pagar
pembatas bendungan.
"Aku
masih belum bisa menemuinya..."
Kyo
merunduk. Rasa sesal itu kembali menyakitinya. Namun berbeda dengan Daisuke,
pemuda itu justru mengatakan hal yang sebaliknya.
"Kau
memang tidak boleh menemuinya!" ujarnya, Shinya dan Kyo menoleh pada Daisuke.
"Kau tidak bisa terus menerus begini. Dia sudah meninggal dan kau harus
mengikhlaskannya! Apa kau sadar, kau yang seperti ini sudah sangat lama
menyiksanya sampai dia tidak bisa tenang?!"
"Dai..."
"Berhentilah
bersikap kekanakan, Sensei! Kau yang lebih tua dari kami, seharusnya kau harus
lebih bisa menerima apa yang sudah seharusnya terjadi!"
"Dai,
sudah!" Shinya menggiring pemuda tersebut.
Mungkin
benar apa yang dikatakan oleh Daisuke, namun mengatakan hal seperti itu disaat Niikura
sedang resah hati tentu saja itu akan menyakitinya. Terlebih lagi dia tahu,
Toshiya selama ini tidak bisa pergi karena menunggunya.
"Niikura-sensei..."
Kyo mencoba mendekat, namun matanya membelalak ketika kepulan asap pekat itu
kembali terlihat di sekitar punggung pria itu.
Kyo
mundur teratur. Mendadak matanya menangkap sekelebat sosok Toshiya yang berdiri
di tengah jembatan bendungan dengan kondisi yang berbeda sekali. Dimata Kyo
sekarang, sosok Toshiya hancur. Tubuhnya membiru kehijauan, bagai seseorang
yang sudah terlalu lama terendam dalam air. Wajahnya pucat dengan tubuh yang
basah, dengan bola matanya yang putih Toshiya menatap Kyo sengit.
"!!!"
Kyo
menoleh melihat Niikura-sensei dengan asap yang semakin banyak dan pekat, lalu
Kyo kembali menoleh pada Toshiya, tapi dia hilang!
Toshiya...
~*~
Sejak
saat itu Kyo tak pernah melihat penampakan Toshiya di sekitar bendungan. Hantu
itu seperti menghilang. Namun Kyo sadar, sebenarnya ada hal lain yang
sepertinya sedang Toshiya rencanakan. Entah apa itu, tapi kini pikiran Kyo melambung
pada sosok Niikura-sensei dengan asap hitamnya. Asap yang begitu pekat
menyakiti siapa pun yang berada didekatnya.
"Apa
mungkin...?"
Mungkinkah,
asap itu adalah hawa negatif yang Toshiya berikan padanya. Itu sebabnya mengapa
Kyo tak pernah merasakan aura hantu dari Toshiya selama ini. Apa benar begitu?
Jika benar asap pekat itu adalah asap milik Toshiya, maka Niikura-sensei dalam
bahaya!
~*~
“Tadi
pagi pergi ke sekolah?" Daisuke mengerutkan keningnya.
Pemuda
tinggi itu terkejut ketika menghubungi kediaman Terachi menanyakan Shinya yang
tidak masuk hari ini. Khawatir karena Shinya sakit kini berubah menjadi kepanikan
tak menentu karena setelah dia mendapat informasi, Shinya sudah pergi sejak
pagi. Namun hingga saat ini Shinya tak muncul di sekolah.
"Duh!!!
Kemana dia?!" Daisuke semakin panik ketika mencoba menghubungi ponsel
Shinya, namun tak dijawab. Daisuke berlari kembali menuju kelasnya, mencari Kyo
karena kini Daisuke curiga pada sesuatu. Tapi ternyata Kyo pun sudah
menghilang.
"Ck!"
~*~
Srrr!
Hujan
turun dengan deras petang itu. Awan mendung kian memperkelam suasana. Walau
hujan ini tanpa petir namun tetap saja menakutkan dengan bunyi guntur di ujung
langit. Kyo yang sudah bisa menebak kemana perginya Niikura-sensei segera
mendatangi jembatan bendungan. Meski pun dengan hujan yang terus mengguyur
tubuh kecilnya, Kyo harus bisa mencegah segala kemungkinan yang terburuk.
"Toshiya!"
Kyo menjerit tatkala melihat sosok Toshiya di tepian bendungan. Berdiri seperti
biasanya dengan tubuh yang basah kuyup.
Entah ini karena hujan atau memang sosok aslinya yang tewas tenggelam. Namun
parasnya tak semengerikan kemarin.
“Toshiya!!!"
Kyo mencoba mendekat, tapi...
GABRUK!
Kyo
terjatuh. Ia lupa kekurangannya, Kyo tak bisa berlari untuk menjangkau si hantu
manis tersebut. Namun Kyo kembali bangkit sekuat tenaga.
"Toshiya,
hentikan!!!" jeritnya.
Toshiya
hanya menatapnya datar. Kyo yang terengah-engah mendongak padanya.
"Jangan
melakukan hal itu! Kau bisa menyakiti Niikura!"
Tapi
Toshiya tetap masih bungkam.
"Toshiya!"
"Jangan
menggertakku!" Toshiya marah.
Kyo
tertegun. Seketika sosok Toshiya berubah, kembali mengerikan. Paras manisnya
yang sering tersenyum kini berubah menjadi sosok hantu menyeramkan. Pucat dan
basah dengan air yang terus merembes dari ujung kepala hingga ujung kakinya.
Malah kini perlahan asap-asap hitam itu muncul di sekelilingnya.
Ternyata
benar, asap pekat yang selama ini mengitari Niikura-sensei adalah aura jahat
milik Toshiya.
Nafas
Kyo terengah sambil menatapnya. "Jangan Toshiya... Biarkan dia tetap
hidup."
"Kau
tahu? Menunggu dan terus menunggu bukan hal yang menyenangkan? Kau tahu sudah
berapa lama aku hidup dalam kesendirian? Kau tahu rasanya mati dengan banyak
sekali penyesalan?"
Kyo
membisu.
"Kau
tahu rasa sakit yang kurasakan setiap kalinya dia datang memberikanku karangan
bunga tapi dia tidak menggubrisku? Kau tahu rasa sakitnya? Sekarang aku
menemukan orang yang sudah bisa meyakinkannya untuk mengikutiku. Terima kasih
Kyo~"
"BUKAN!
Bukan begitu!!!" Kyo menjerit. "Aku tak pernah berniat membantumu
untuk membujuknya agar mengikutimu! Aku hanya mau membantu agar dia tahu kalau
kau ada dan dia sadar dia harus melepaskan jiwamu!!! Kau harus kembali ke
alammu!"
"Aku
tak akan pergi sebelum aku membawa Kaoru!!!" jeritnya, hilang bersama kepulan
asap-asap pekat yang mendadak hilang tersapu hujan.
"TOSHIYA!!!"
Kyo berteriak. "Toshiya..." namun Kyo sadar sekarang makhluk itu
sudah mendapatkan peluang untuk mengambil keinginannya.
Dan
ini semua karena Kyo!
"Niikura-sensei!!!"
Deg!
Kyo
terkejut ketika mendengar suara itu memanggil seseorang yang dia kenal. Kyo
segera bangkit dari tanah dan menatap ujung jembatan dimana terlihat buram
karena derasnya hujan malam ini. Disana, di ujung jembatan ada sosok Niikura
yang datang mendatangi jembatan. Di belakangnya ada Shinya yang berlari
mengikutinya.
"Shinya!!!"
Kyo bangkit dan berjalan mendatangi mereka.
"Niikura-sensei!!!
Jangan kesana!!" Shinya menarik lengan pria itu, namun mendadak Shinya
terjatuh tanpa sebab.
GABRUK!
"Ah!"
Shinya
yang sadar sesuatu yang aneh terjadi pada gurunya tersebut terus mengikutinya
dan akhirnya sampai ke tempat ini. Entah apa yang terjadi dengan wali kelasnya
itu, Niikura-sensei seperti seseorang yang sedang terhipnotis. Berjalan tanpa
berhenti dan tak menggubris panggilan Shinya sejak tadi.
"Niikura-sensei,
Anda jangan kesana!" Shinya perlahan bangkit ketika Niikura berhenti di
tepian jembatan. Berbalik dan menatap sungai bendungan yang kini pasang karena
hujan yang terus mengguyur.
"Jangan!!!"
Shinya kembali mencoba mendekat, namun...
"AH!!"
Pemuda berparas manis itu terkejut tatkala matanya menangkap sesosok tubuh lain
yang terlihat di balik tubuh Niikura.
Sosok
dengan wajah yang pucat tanpa bola mata hitam itu terlihat mengerikan. Dengan
warna wajah yang pucat pasi kehijauan namun membiru, serta di beberapa ruas
wajahnya nampak kulitnya yang terkelupas. Shinya roboh.
Shinya
jatuh terduduk, dia ketakutan saat sosok menyeramkan itu berjalan mendekatinya.
Shinya menyeret dirinya mundur perlahan. Dia takut sekali!
"Shinya!"
Kyo yang masih berada jauh dari tempatnya sedari tadi memanggilnya, namun
karena hujan deras ini seolah mampu menenggelamkan suaranya. Hingga sesaat
kemudian, jeritan Shinya terdengar di balik tirai hujan ini.
"AAAAAAAAAAAA!!!!!"
"SHINYAAAA!!!"
Kyo menjerit!
Pemuda
itu sekuat tenaga berlari, namun lagi-lagi kecacatan fisiknya menghalanginya.
Ketika Kyo jatuh berulang-ulang Kyo mengutuk dirinya sendiri!
"Shinya!
Shinyaaa!!!" Kyo bersalah! Kyo menyesal!
Karena
ulahnya yang membantu Toshiya kini keselamatan teman-temannya terancam. Saat
suara Shinya tak lagi terdengar dan hanya suara hantaman air hujan yang
bergemericik menbentur jalan, Kyo kehilangan dirinya sendiri. Menangis keras, menyesali
kekurangannya yang selalu lamban dan selalu terlambat untuk bisa menjangkau
sesuatu. Bahkan untuk menyelamatkan temannya sendiri dia tak sanggup. Jangankan
teman, membantu dirinya sendiri saja Kyo kewalahan!
Dan
yang tersisa hanya isak tangis dari Kyo yang terus mengutuk keberadaan dirinya
sendiri. Tapi sesuatu kini singgah ke hadapan Kyo. Saat mata berairnya melihat
sosok Niikura yang kini mulai naik ke pagar jembatan. Dia akan melompat!
"Niikura-sensei!"
Dia
berusaha bangkit tapi tenaganya habis. Kedua tangannya seolah lemas tak
bertenaga untuk kembali mengangkat bobot tubuhnya yang tak bisa di angkat hanya
dengan satu kakinya saja.
"Niikura-sensei!!!"
Tapi
setiap detiknya akan menjadi saat-saat yang menentukan untuk keselamatan pria
tersebut. Kyo sadar, pemuda itu dikendalikan oleh Toshiya. Asap-asap pekat itu
yang mendorongnya untuk melakukan ini!
"Ck!"
Kyo
tak mau berdiam diri! Kyo tak mau melihat jasad tak bernyawa lagi! Kyo tidak
mau menyebabkan kematian dan kemalangan pada orang-orang yang ada disekitarnya
lagi. Jika Shinya tumbang untuk menyelamatkan pria ini, maka Kyo harus
menggantikannya!
Kyo segera berpegangan pada besi-besi pagar
jembatan. Kyo tak mau menggunakan kedua tongkatnya untuk berdiri kali ini. Kyo
harus menunjukkan bahwa ada sisi kemauan besar dalam dirinya yang mampu
membuatnya berdiri! Walau pun itu menyakitkannya, Kyo bisa menerimanya.
Daripada menjadikannya seseorang yang lemah, yang tidak bisa mengerjakan apapun
hanya karena tersandung kecacatan fisik!
"Niikura-sensei!"
dengan bersusah payah akhirnya Kyo berhasil bangkit, walau pun itu masih
terlalu sulit dan menyakitkan bagi kakinya yang hilang. Tumpuan kakinya yang
kanan membuatnya jauh lebih lelah menopang beban tubuh Kyo seorang diri.
"Niikura!!!"
Kyo mencoba menjangkaunya, namun...
"Lepaskan!"
"Aaarrgh!"
tangan Kyo membeku tanpa sempat menjangkau Niikura yang berada tepat di
hadapannya. Kini mata Kyo melihat sosok Toshiya yang datang dari balik hujan,
mendekatinya dengan sosoknya yang menyeramkan.
"Kaoru
milikku. Aku bersumpah akan melenyapkan siapa pun yang menghalangi
jalanku!" suara Toshiya menggema di telinga Kyo.
Matanya
membelalak pada Toshiya yang sudah berubah tabiat. Rasa cinta dan dendamnya
yang dia bawa sampai mati kini membawanya menjadi hantu penasaran yang haus
akan nyawa. Dan sedetik kemudian, Niikura melompat dari sana.
"TIDAAAAAKKKK!!!!"
Kyo histeris!
GREP!
"!!!"
Mata
Kyo membelalak besar saat Daisuke muncul dan memegangi Niikura yang meloncat ke
bendungan.
"
Dai!?" Kyo terkejut, tapi lega.
"Sial!!!
Siaaaallll!!!" Daisuke mengumpat tatkala sekarang dirinya ikut terseret
dalam masalah ini.
Tetap
memegangi lengan gurunya tersebut dan bertahan pada ujung jembatan. Toshiya
yang mengetahui masih ada orang lain yang menghalangi jalannya kini murka.
Terlebih lagi melihat Daisuke di sana. Toshiya ingat apa yang dikatakan Daisuke
pada Niikura, dia juga mau mencegah Niikura untuk menemuinya. Dia juga seorang
penghalang, dan Toshiya harus melenyapkannya juga!
"Dai!
Jangan lepaskan peganganmu!" Kyo berteriak. Namun dia sendiri harus berhadapan
dengan Toshiya yang masih menghadangnya di sana.
"Toshiya..."
"Aku
akan melenyapkan siapa pun yang menghalangi jalanku." ujarnya.
Kyo
terkejut, itu seperti sebuah ancaman baginya. Namun Kyo sadar, sebenarnya
kata-kata Toshiya kini tertuju pada Daisuke.
"Ugh!"
Daisuke mulai kewalahan!
Air
hujan ini membuat pegangannya menjadi licin. Tapi Daisuke tetap bertahan di sana,
ketika dirasa tangannya semakin lemah memegangnya, Daisuke menggunakan kedua
tangannya untuk memeganginya hingga hanya tersisa kekuatan pada kedua kakinya
yang dia tahan pada pagar besi jembatan. Tapi tiba-tiba Daisuke mengerang
kesakitan.
"Ngh!
Ggghhh!!!"
"Daisuke!!"
Kyo mencoba membantu namun tubuhnya masih membatu.
Dimatanya
nampak kepulan asap hitam itu kini mengelilingi leher sahabatnya tersebut. Daisuke
merasa lehernya tercekik oleh sesuatu yang tidak nampak. Toshiya menatap mereka
dengan sengit.
"Toshiya!!!
Hentikaan!!! Kau bukan hanya akan membunuh Niikura, tapi juga Dai!" Kyo
berteriak lagi.
Tapi
Toshiya tak peduli. Hantu itu terus menyiksa Daisuke, hingga Daisuke tak tahan.
Kedua pegangannya melemas, tubuh Niikura perlahan merosot hingga Daisuke hanya
bisa memegang pergelangan tangannya.
"Ugh!"
Daisuke sudah tak tahan lagi.
"
Daisuke!!!!"
Sampai
akhirnya, Daisuke pun terjungkal ikut terjun bersama Niikura.
BYUUUUURRRRR!!!
"DAISUKE!!!!!"
Tubuh
Kyo lemas kini, terjatuh tak berdaya melihat temannya jatuh dalam bendungan.
Airmatanya mengalir tanpa bisa ia hentikan, Kyo menyesal!!! Pemuda itu menangis
histeris. Sementar didepannya Toshiya hanya mampu menatapnya datar, tanpa
peduli perasaan Kyo.
"Maafkan
aku, Kyo." Toshiya berujar.
Namun
saat tak ada yang bisa Kyo lakukan dan berpikir ini sudah berakhir, tiba-tiba
dia dikejutkan oleh suara dentuman air lainnya.
BYUUR!!
Menandakan
ada seorang lagi yang terjun dalam bendungan.
“SHINYA!" Kyo mendongak, saat
itu juga pikirannya langsung tertuju pada Shinya!
Toshiya
dan Kyo menoleh spontan ke bendungan.
"SHINYAAAAAAA~!!!!"
Shinya
terjun!
Dia
benar-benar terjun dalam bendungan untuk menyelamatkan Daisuke. Tanpa
mempedulikan air bendungan yang sedang naik dan deras. Mereka bisa saja
terbunuh bersamaan!
"Shinya...!" Kyo melihat
pada air bendungan yang semakin mengganas. Airmatanya kembali jatuh. Tapi kini
dia menatap Toshiya dengan mata yang kesal.
"Kalau
kau mencintai Niikura harusnya kau bisa mengikhlaskan dia pergi!!! Kalau kau
memang menyayanginya harusnya kau bisa menjadi orang yang patut dia
tunggu!!!"
Toshiya
hanya diam.
"Kau
tahu Niikura menyayangimu? Kau tahu dia masih mencintaimu! Kau sendiri melihat
bagaimana dia tidak bisa melupakanmu dan terus mengenangmu, apa itu semua tidak
cukup buatmu?!"
"Aku
tidak butuh apapun, aku hanya butuh Kaoru disisiku!"
"Sadarlah
Toshiya!!!" Kyo memukul tanah kesal. "Dia pun menunggumu!!! Dua kali
jauh lebih sulit darimu yang sudah berada di dunia fana!!! Dia bertahan dan
terus memelihara perasaannya sama sepertimu!!! Dua kali jauh menyakitkan
menjaga perasaan semacam itu saat kita hidup daripada kau yang sudah mati!
Jangan terlalu egois!"
Toshiya
tercengang.
"Kau
tahu hidup dengan perasaan bersalah? Kau tahu hidup dikelilingi dengan mimpi
buruk tentang kematian orang-orang yang kau sayangi? Aku mencoba mengenang
mereka yang aku sayang dengan tetap hidup dan menjadi sesuatu yang lebih berharga
dari sekarang!! Kau tahu kenapa? Karena mereka mencintaiku dan aku percaya
mereka mau aku berbahagia!"
Kyo
terendam dalam lara isaknya.
"Kenapa
kau harus mengurung dirimu dengan kebencian dan dendam? Kenapa kau tidak
memberikannya kebebasan, kau mencintainya... bukan memperbudaknya. Berikan dia
cintamu, bukan mengambil cintanya. Aku tahu kau mencintainya Toshiya.... aku
tahu... tapi.."
Mata
Kyo mulai buram, nafasnya mulai terengah. Apakah Toshiya yang membuatnya
seperti ini? Apa Toshiya yang sudah muak kini membuatnya kembali tercelakai
oleh asap pekat itu?
"Aahh..."
Kyo pun tak sadarkan diri.
~*~
Ketika
sadar, Kyo telah berada di rumah sakit. Shinya dan Daisuke selamat, begitu juga
dengan Niikura walau pun kondisinya belum sembuh benar. Pria itu masih belum
sadarkan diri setelah tenggelam.
Dalam
kasus semalam, Shinya-lah yang menyelamatkan Daisuke dan Niikura-sensei. Pemuda
kurus itu berhasil menarik Daisuke ke pinggir bendungan lebih dulu dan
membuatnya sadar walau dengan susah payah. Dan ketika keduanya hendak
menyelamatkan Niikura yang terombang-ambing diderasnya pusara bendungan, mereka
terkejut.
"Niikura-sensei
sudah tergeletak di pinggir bendungan." begitu jawab Shinya ketika
menceritakan masalah itu pada Kyo.
Kyo
sadar sesuatu, Toshiya mungkin sudah mau memaafkan segala apa yang terjadi pada
dirinya. Apa Toshiya mendengarkannya semalam?
~*~
Kyo
menjenguk gurunya yang belum sadar sejak semalam. Pemuda kecil itu hanya bisa
menatap sosok Niikura yang terkulai lemas di ranjangnya.
"Asap
pekat itu masih ada..."
Walau
tak sepekat biasanya. Ternyata Toshiya masih belum melepaskannya sepenuhnya.
~*~
"Kenapa
masih datang kesini?" Toshiya berujar tanpa melihat Kyo yang memang datang
kembali ke tepian bendungan sore itu.
Kyo
hanya terdiam. Hanya bisa menatap sosok hantu Toshiya yang masih bisa dia
lihat, duduk termangu menatap bendungan tanpa bergerak. Kyo yang baru saja di
perbolehkan pulang dari rumah sakit bergegas datang ke tempat ini tanpa
sepengetahuan Daisuke atau pun Shinya.
"Kau
masih belum melepaskannya?"
Toshiya
semakin merunduk. Namun tak lama Toshiya menghilang dari pandangan Kyo dengan
sendirinya.
"Toshiya..."
Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar